Puisi Balada Jumat, 21 Agustus 2015
Bebek
Hitam Putih
Pak Wilujeng adalah penggembala
bebek. Bebek hitam putih. Warnanya benar-benar demikian, percaya saja! Bebek
soklat sekarang sudah mainstream. Ditinggalkan jadi kenangan. Sebab mereka yang
dikorbankan jadi santapan, tak lagi mengenyangkan. Berenang ke tepian Danau
Cantik, tak bertenaga lagi. Bebek oh bebekku, bosan sudah berbaris dalam
penantian telur harapan finansial. Cintailah kini transformasimu, menuju bebek
model baru.
05.00 WIB, setelah shalat subuh,
para bebek digiring menuju tempat sepermainan. Lumpur menyenangkan, comberan
kesegaran, sembari telurkan janji suci. Kadang pak Wilujeng harus bingung,
bebek bertelur di bawah kolong tempat tidur kayu bakarku. Jadi bagiankulah
kenikmatan tambahan akibat dadar telur bebek. Dimakan sambil membaca majalah
porno, diimpor khusus dari negri seberang. Ditemukanlah berita bahwasanya untuk
ke depan, akan ada perubahan signifikan. Cangkang telur apapun akan berwarna
kemerahan. Pak Wilujeng mulai gelisah.
07.00 WIB, coba cari peruntungan.
Bebek hitam putih harus diselundupkan sebagian. Mesti dilestarikan sebelum
peradaban baru memaksakan eksistensi mereka. Akulah akhirnya, menjelma budak
belian pak Wilujeng. Tiap hari bertugas khusus, mencukur bulu bebek, simpan hitam
putihnya di peranginan, dan menanti hari baik untuk sembunyi-sembunyi.
12.00 WIB, hari baik telah tiba.
Diputuskanlah untuk berniat. Niat pelestarian alam, jadikan alam sebagaimana
adanya, meski tanpa hadirnya bebek hitam putih.
15.00 WIB, tidak! Suatu saat
dagingnya harus tersaji rapi untuk sang Raja Bestari. Harus dinikmati di atas
buritan kapal berlabuh, sembari jaring ikan pari-pari di Danau Cantik.
20.00 WIB, sepakat. Bu Wilujeng
telah melahirkan jabang bebi. Indah warnanya. Sayang, bukan hitam putih.
Untungnya, kini kami telah empat orang. Lebih ringan tuk pegang tongkat kendali
otoritas penggembalaan bebek. Jeleknya, aku tak lagi berkuasa.
00.00 WIB, tibalah saat sendiri,
dalam imajinasi. Keluar jadi niatan hati. Saat tepat yang tiba ketika dinanti.
Malah timbul kegelisahan mentari pagi. Enggan munculkan diri. Semalam sibuk
menari-nari dalam umbaran janji. Janji yang telah mati.
00.30 WIB, nyatalah! Imajinasi
satu-satunya jalan. Sebaik-baik solusi, seindah-indah delusi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar