Senin, 17 Agustus 2015

Baca-Baca Koran Hari Ini



Selasa, 4 Agustus 2015
Baca-Baca Koran Hari Ini
Dua dewa telah turun dari langit kesembilan,
 Lihailah menarikan dendang kesehatan
Sedang dua yang lain terjatuh dari tampuk kekuasaannya, sehingga kepala mereka kan terbenam dalam naungan galian paculcul.
Hari ini penuh dengan dua. Termasuk dua kerajaan besar tempat mereka mungkin tinggal
Menggelarkan senandung berita, pertemuan besar, membahas masa depan, entah dengan atau tidak dengan, harapan
Lihatlah dua sejoli itu, kompak sekali, senasib walau tidak sepenanggungan
Dua sejoli dapat berupa dua manusia, dua negara, dua organisasi
Pada saat yang indah ini, mereka menyatakan diri
Untuk kembali pada ortodoksi, sebab berasalah dari jauh persahabatannya
Ingin kembali, ke jati diri, di tempat jauh
Tanpa asimilasi, tanpa reduksi, tanpa puisi, dan tanpa rahmat disini
Pembacaan koran hari ini kuakhiri pada sosok Eunice Tong yang inspiratif. Tak perlu lagi menyebutkan ia anak siapa. Prestasinya patut diteladani. Dedikasinya patut dijadikan acuan orang yang ingin menggeluti satu bidang. Konsistensi mendatangkan kebahagiaan melalui hobi yang direalisasi menjadi pundi-pundi integritas dan finansial.
Ia telah sejak kecil mendapat cekokan dedikasi. Dunia penuh harapan dengan segala kemapanan telah ia nikmati sejak semula. Ilmu, pengalaman, modal, finansial, kiranya tidak menjadi penghalang baginya. Tapi aku?
Aku tidak bermain musik sejak kecil, apakah aku bisa jadi musician?
Aku tidak disiplin membaca buku sejak kecil, dapatkah aku jadi penulis?
Aku tidak memiliki mimpi menakjubkan sejak kecil, dapatkan aku jadi orang?
Haruskah segalanya bermula sejak kecil harus ini dan itu?
Benarkah tidak ada kata terlambat untuk memulai dan meneruskan?
Dari manakah datangnya dedikasi?
Dari manakah datangnya uang?
Apa yang sebenarnya aku inginkan?
Pertanyaan terakhir menjadi juru gelitik utama dalam tulisan ini. Membaca tentang orang-orang hebat seakan membuatku merasa terbawa arus mereka. Kata MT, seakan-akanpun sudah cukup untuk mengawali realita. Bila toh tidak tercapai, apa salahnya? Why not untuk mencoba mengambil resiko dan seterusnya. Demikian itu tadi yang sering digaungkan oleh para ahli. Aku telah bosan dengan romantisme itu.
Dedikasi. Hobi. Kesenangan untuk menghabiskan waktu dan menjalani hari-hari penuh makna. Bukan dengan berpergian ke banyak tempat. Bukan dengan biaya yang mahal. Sebenarnya.
Mengapa tidak melakukannya?
Bila bisa bahagia dengan itu mengapa tidak?
Bila itu nanti bisa menghasilkan uang, why not?
Hobi, dedikasi, kesenangan menghabiskan waktu, mengisi hari-hari dengan makna, “itu” tadi kulakukan dengan membaca dan jalan kaki. Mimpiku adalah menghabiskan sebanyak mungkin waktu di perpustakaan Sanata Dharma yang mahalengkap. Menulis buah pikir hasil berselancar, mengunggahnya lewat blog, web pribadi, maupun channel youtube, mendapat feed back, dan kalau akhirnya mendapat uang dari iklan, mengapa tidak? Kalau hobi dan passion ini bisa jadi mata pencaharian, mengapa tidak? Kebahagiaanku, uangku.
Kebahagiaanku akan mutlak kala telah mapan secara finansial. Apa itu matang finansial? Bisa hidup dari bunga deposito saja. Setidaknya aku butuh 2 miliar rupiah diendapkan di bank.
Kebahagiaanku akan mautlak kala telah meninggalkan rumah orang tua dan memulai rumah tangga dalam kesendirian dahulu. Mandiri yang mutlak. Berdiri sendiri untuk mengurus segalanya. Syukur-syukur bisa di luar Jogja.
Jadi yang kubutuhkan adalah uang, untuk move on.
Dengan ini saya mohon kepada 1 miliar orang di dunia, dengan hormat tolonglah buka sekali saja channel youtube saya. Dengan itu saya akan dapat 1 miliar viewer. Kalau 1000 viewer dihargai 1 US Dollar saja (sebagaimana yang dinyatakan Bayu Skak), maka saya akan mendapat 1 juta US Dollar. Dengan ini saya akan move on yang sebenarnya.
Inilah tujuan utama kegiatan saya di dunia maya dan jerih payah dalam memberikan informasi bermakna sehingga 1 miliar orang itu akan memberikan kontribusinya yang tidak berdampak signifikan pada kondisi finansial mereka.

Uang, $ 1 million, jujur saja. Inilah tujuan utama saya.
What’s wrong with that?
So what kan?
Tentu dedikasi akan terus berjalan sampai ajal menjemput.
Menjadi pengarang berkualitas,
Man of idea, man of proposal, man of story, man of information, man of meaning
Through my voice, I wanna bring a peace
Through my voice, I wanna bring a reflection
Through my voice, I wanna bring an understanding
Through my voice, I wanna bring a happiness
Through my voice, I wanna bring a new words
Through my voice, I wanna bring a new hope
            This is my reason to alive
            This is the way that gives me meaning
Although I theLeming, I always say it with my only heart
In innocence, honesty, and sometimes in madness
This is me, as it is, without any mask, without to much superego
I hope, I’ll help you in every circumstances, and you help me too.
Thank you so much.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar