Selasa,
4 Agustus 2015
Baca-Baca
Koran Hari Ini
Dua
dewa telah turun dari langit kesembilan,
Lihailah menarikan dendang kesehatan
Sedang dua yang lain terjatuh dari
tampuk kekuasaannya, sehingga kepala mereka kan terbenam dalam naungan galian
paculcul.
Hari ini penuh dengan dua. Termasuk dua
kerajaan besar tempat mereka mungkin tinggal
Menggelarkan senandung berita, pertemuan
besar, membahas masa depan, entah dengan atau tidak dengan, harapan
Lihatlah dua sejoli itu, kompak sekali,
senasib walau tidak sepenanggungan
Dua sejoli dapat berupa dua manusia, dua
negara, dua organisasi
Pada saat yang indah ini, mereka
menyatakan diri
Untuk kembali pada ortodoksi, sebab
berasalah dari jauh persahabatannya
Ingin kembali, ke jati diri, di tempat
jauh
Tanpa asimilasi, tanpa reduksi, tanpa
puisi, dan tanpa rahmat disini
Pembacaan koran hari
ini kuakhiri pada sosok Eunice Tong yang inspiratif. Tak perlu lagi menyebutkan
ia anak siapa. Prestasinya patut diteladani. Dedikasinya patut dijadikan acuan
orang yang ingin menggeluti satu bidang. Konsistensi mendatangkan kebahagiaan
melalui hobi yang direalisasi menjadi pundi-pundi integritas dan finansial.
Ia telah sejak kecil
mendapat cekokan dedikasi. Dunia penuh harapan dengan segala kemapanan telah ia
nikmati sejak semula. Ilmu, pengalaman, modal, finansial, kiranya tidak menjadi
penghalang baginya. Tapi aku?
Aku tidak bermain musik
sejak kecil, apakah aku bisa jadi musician?
Aku tidak disiplin
membaca buku sejak kecil, dapatkah aku jadi penulis?
Aku tidak memiliki
mimpi menakjubkan sejak kecil, dapatkan aku jadi orang?
Haruskah segalanya
bermula sejak kecil harus ini dan itu?
Benarkah tidak ada kata
terlambat untuk memulai dan meneruskan?
Dari manakah datangnya
dedikasi?
Dari manakah datangnya
uang?
Apa yang sebenarnya aku
inginkan?
Pertanyaan terakhir
menjadi juru gelitik utama dalam tulisan ini. Membaca tentang orang-orang hebat
seakan membuatku merasa terbawa arus mereka. Kata MT, seakan-akanpun sudah
cukup untuk mengawali realita. Bila toh tidak tercapai, apa salahnya? Why not
untuk mencoba mengambil resiko dan seterusnya. Demikian itu tadi yang sering
digaungkan oleh para ahli. Aku telah bosan dengan romantisme itu.
Dedikasi. Hobi.
Kesenangan untuk menghabiskan waktu dan menjalani hari-hari penuh makna. Bukan
dengan berpergian ke banyak tempat. Bukan dengan biaya yang mahal. Sebenarnya.
Mengapa tidak
melakukannya?
Bila bisa bahagia
dengan itu mengapa tidak?
Bila itu nanti bisa
menghasilkan uang, why not?
Hobi, dedikasi,
kesenangan menghabiskan waktu, mengisi hari-hari dengan makna, “itu” tadi
kulakukan dengan membaca dan jalan kaki. Mimpiku adalah menghabiskan sebanyak
mungkin waktu di perpustakaan Sanata Dharma yang mahalengkap. Menulis buah
pikir hasil berselancar, mengunggahnya lewat blog, web pribadi, maupun channel
youtube, mendapat feed back, dan kalau akhirnya mendapat uang dari iklan,
mengapa tidak? Kalau hobi dan passion ini bisa jadi mata pencaharian, mengapa
tidak? Kebahagiaanku, uangku.
Kebahagiaanku akan
mutlak kala telah mapan secara finansial. Apa itu matang finansial? Bisa hidup
dari bunga deposito saja. Setidaknya aku butuh 2 miliar rupiah diendapkan di
bank.
Kebahagiaanku akan
mautlak kala telah meninggalkan rumah orang tua dan memulai rumah tangga dalam
kesendirian dahulu. Mandiri yang mutlak. Berdiri sendiri untuk mengurus
segalanya. Syukur-syukur bisa di luar Jogja.
Jadi yang kubutuhkan
adalah uang, untuk move on.
Dengan ini saya mohon
kepada 1 miliar orang di dunia, dengan hormat tolonglah buka sekali saja
channel youtube saya. Dengan itu saya akan dapat 1 miliar viewer. Kalau 1000
viewer dihargai 1 US Dollar saja (sebagaimana yang dinyatakan Bayu Skak), maka
saya akan mendapat 1 juta US Dollar. Dengan ini saya akan move on yang
sebenarnya.
Inilah tujuan utama
kegiatan saya di dunia maya dan jerih payah dalam memberikan informasi bermakna
sehingga 1 miliar orang itu akan memberikan kontribusinya yang tidak berdampak
signifikan pada kondisi finansial mereka.
Uang, $ 1 million, jujur saja. Inilah
tujuan utama saya.
What’s wrong with that?
So what kan?
Tentu dedikasi akan terus berjalan
sampai ajal menjemput.
Menjadi pengarang berkualitas,
Man of idea, man of proposal, man of
story, man of information, man of meaning
Through my voice, I wanna bring a peace
Through my voice, I wanna bring a reflection
Through my voice, I wanna bring an
understanding
Through my voice, I wanna bring a
happiness
Through my voice, I wanna bring a new
words
Through my voice, I wanna bring a new
hope
This
is my reason to alive
This
is the way that gives me meaning
Although I theLeming, I always say it
with my only heart
In innocence, honesty, and sometimes in
madness
This is me, as it is, without any mask,
without to much superego
I hope, I’ll help you in every
circumstances, and you help me too.
Thank you so much.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar