Senin, 17 Agustus 2015

Delution of Mister D



Cerpen 6 Agustus 2015
Delution of Mister D
Dapatkah Mister D menaklukkan dunia? Kini ia sedang dalam masa move on sekali lagi. Agamanya sekarang menjadi baru. Agama lama telah ditinggalkan sama sekali. Ia dengar bahwa agama baru ini lebih benar, lebih baik, dan lebih diridhoi oleh Tuhan.
Selain agama, Mister D juga diketahui sedang menyusun mata pencaharian baru. Terbaru seakan belum pernah dijalani seorangpun. Ia yakin, dengan ini akan memperoleh uang sungguh amat banyak, $10b.
Lalu apa yang akan dilakukannya dengan uang tersebut? Mungkin saja Mister D akan berganti kelamin menjadi Mis D. Ganti jadi perempuan? Bukan berarti ia tidak akan menyesal dan kembali menjadi lelaki. Lelaki sukses. Lelaki yang berhasil menjalani kodrat sebagai manusia berkepemilikan penis, sperma, dan kemampuan untuk menghamili wanita.
Seandainya Mister D menjadi perempuan, seandainya menjadi lelaki lagi, seandainya ia lelaki dalam tubuh perempuan, seandainya dia perempuan dalam tubuh lelaki, seandainya dia seorang lesbian dalam tubuh lelaki, dan seandainya ia gay dalam tubuh perempuan, ternyata tidak sesederhana mempelajari agama baru lalu menjadi sembuh serta merta. Film-film ramadhan itu sungguh sangat reduksionistik.
Sebenarnya Mister D paling jengkel dengan beberapa orang yang sering mengatakan: “Tidak sesederhana itu!” Mereka orang-orang tidak tahu diri yang ternyata tidak mapan secara finansial. Mereka bangga dengan pekerjaannya karena hanya dalam ranah itu saja kemuliaannya. Sesampai di rumah? Kembalilah jadi ibu rumah tangga dan bapak-bapak yang duduk di teras sambil merokok dan dirasani beberapa tetangga menyedihkan.
Itulah sebabnya, Mister D kini membenci diri sendiri. Masalah gender telah ia tinggalkan sepenuhnya. Tak lagi cemas ia dengan seksualitasnya. Beberapa hal lain juga telah dijadikan topik pembicaraan ketika saya ngobrol dengan satu dua nenek-nenek yang senang menganyam besek di teras rumah Nyonya Sufiastuti, RT 4, RW 5, Dusun Kalijagan, Kelurahan Jaganan, di suatu kecamatan di Jawa Tengah.
Saya hanya mampir-mampir saja sih. Masih mengenakan stelan jas Armance, teman semasa kecilku. Senang saja bisa tertawa-tawa dengan para lansia yang tulus hati mencari tambahan uang saku dengan menjual beberapa kodi besek tiap bulannya. Kalau saja mereka mau, satu hari bisa satu kodi, tapi kalau demikian bisa cepat koit.
Nah, poinnya waktu itu jadi semakin seru ketika mbah Suriah (83, tapi masih memotong bambu sendiri dari kebun) antusias sekali dalam membicarakan fakta-fakta Mister D. Tak ketinggalan, omah Iraniah (79, asam urat, menanti potongan bambu mbah Suriah) juga sekonyong-konyong jadi enerjik bila sudah mulai membicarakan Mister D.
Saya jadi makin penasaran padahal hanya lewat dari jalan-jalan saja waktu itu. Bahkan ada juga satu ibu bernama Komeini (67, cucunya telah punya cucu) yang rela membuatkan teh manis bila saya rela meluangkan waktu untuk membahas perihal Mister D.
Baik, segala fakta tentang Mister D saya ungkapkan semua. Sebagaimana hukum telah bicara di pengadilan, saya tak mencoba menutupi beberapa hal kecuali pokok yang mengharuskan pemberian bumbu di sana-sini, satu hal yang sangat saya hindari karena bisa digunakan orang untuk menyerang dari satu tempat yang tersembunyi selagi keadaan kondusif untuk memukul balik, balas dendam atas pemenjaraan terpidana, akibat ulah culas mulut pengacara seperti saya ini yang selalu menjalin persahabatan baik dengan semua orang termasuk pak Armance yang amat termasyur sampai kepada orang selevel ibu Suriah yang tidak termashur. Oya, meski telah lanjut usianya, ibu Suriah tetap memancarkan rona masa mudanya. Tak dapat saya pungkiri, pastilah kala 20 tahunan dulu usianya, paling cantiklah ia diantara para bunga desa ini.
Komeini membuka percakapan dengan lesu, “Seandainya Mister D mau membuka diri sedikit saja, kami pasti akan mencoba mencintainya. Masa ia bilang bahwa tak ada sama sekali orang yang mencintainya! Memang tak mungkin kalau semua orang dipaksa mencintainya. Ya tapi kalau satu dua kan pasti ada lah!”
Ibu Suriah memberi bumbu halus yang menyengat, “Yaaaa bisa gitu ya bisa ga gitu juga karna itu semua tergantung dari yang itu, riwayat pekerjaan, pernikahan, kesungguhan hati untuk memberi tunjangan kepada lurah setempat setelah memberi fee untuk tiga pejabat eselon 3 yang sedang ditugaskan di desa ini.”
Dalam hati saya, “Omong opo to buk!”
“Eh Iraniah!” Komeini tiba-tiba saja memanggi omah Iraniah untuk masuk. Saya menghalangi, “Tidak usah repot-repot bu! Saya tidak akan lama lagi kok. Ini segera mau meninggal, ee meninggalkan tempat ini karna mau ke Dubai, dipanggil His Highness soalnya! Ck.”
Ternyata Komeini telah menyiapkan soto khusus untuk menjamu saya. Kasihan Iraniahnya, asam urat telah menyebabkan ia lupa diri, susah berjalan, juga sering terngiang-ngiang sendiri tentang kesedihan Mister D.
Saya sama sekali tidak bisa menampik kebaikan hati mereka. Soto Komeini sudah terkenal sampai Qatar dan Bahrain. Konon, Prince Alwaleed bin Talal juga pernah memesannya secara rahasia saat pernikahannya yang sangat sederhana. Waktu itu dikabarkan oleh infotainment Indonesia bahwasanya soto Komeini disebut-sebut sebagai makanan paling misterius dengan rasa yang paling melayang.
Jadwal penerbangan harus saya batalkan. Demi menggunjingkan Mister D, saya harus SMS BBM pada His Highness bahwa akan telat untuk menghadiri lomba pacuan kuda di dekat Jumeirah. Oke, gapapa lah.
Setelah soto dan Komeininya sudah datang, kami segera makan dengan lahap. Saya terkaget-kaget, “Dimanakah Iraniah? Iraniah dimana bu?”
“Ia sudah pulang lewat belakang tadi. Maaf ya dik, agak buru-buru nampaknya. Katanya sih mau ngejar dokter di Piyungan yang katanya bisa menyembuhkan asam uratnya. Bu Iraniah ingin pengobatan yang sekali bisa sembuh begitu sih.”
“Ok. Gapapa.” Saya sebenarnya masih ingin memandangi sisa-sisa rona kecantikannya. Selah.
Suasana sore makin mencekam. Tinggal saya dan Komeini. Soto telah habis tapi anehnya pembicaraan mengenai Mister D belum juga dilanjutkan ke taraf yang lebih signifikan. Rasanya makin buang-buang waktu demi sebuah soto yang biasa saja ternyata.
“Jadi dik, Mister D itu kini malah ingin pergi selamanya!” Akhirnya dimulai juga. Ternyata pembicaraan ini ditunda beberapa waktu untuk menunggu delapan bapak-bapak yang ingin bergabung. Sekarang mulai ramai orang. Saya jadi malu karena belum mandi dan belum ganti pakaian. Waduh.
“Ingin pergi gimana maksudnya bu?” Gapapalah, lanjut saja. Demi data berharga.
“Mau meninggalkan identitasnya sebagai orang Jawa gitu!”
“Ia mau jadi orang Arab den.” Sahut pak Ali (61, enerjik meski terlalu miskin).
“Ya tak apa sebenarnya kan! Toh ia sudah berkontribusi banyak bagi budaya Jawa kita-kita ini!” Giliran pak Hamdan (77, awet muda dan baik hati) memberi fakta.”
“Ya mungkin memang demikian adanya. Saya juga telah mendownload album mocopatnya di youtube, lagu-lagu campursarinya juga bagus di forshared. Kemarin bahkan ia juga baru menuntaskan Conserto Bawa Sekar Pamularsih katampen gendhing Asmaradata Sl. Pathet 9. Kita kalah Jawa pokoknya.” Saya mencoba memberi pembelaan.
“Tapi ya gimana ya, aneh-aneh sih dia orangnya. Kaya sih kaya, tapi ya ga gitu dong. Kalau gitu-gituan ya janganlah tinggal di kampung kita ini dong ya!” Pak Salman (80, suami ketiga ibu Iraniah) mencoba suatu propaganda.
“Maaf ya bapak ibu sekalian, ijinkan saya bertanya, pernahkan ada dari anda sekalian yang mencoba bicara baik-baik dengan Mister D?”
Mereka serentak menjawab, “Belum!”
Ternyata mereka kalah dengan kewibawaan Mister D yang sebagian besar berasal dari kekayaannya. Mereka juga tidak enak bila harus menyatakan ketidaksukaan pada Mister D yang selama ini telah memberi beasiswa secara merata termasuk kepada warga se-RT yang kaya dan tidak rawan miskin. Jangan dipungkirin, Mister D terkenal sebagai orang sangat baik-baik, tapi itu tadi, aneh.
Kalian segeralah mengirim SMS BBM atau SMS Wa kalau ada yang tidak jelas dalam pesan ini. Saya akan segera mengemail balik sebelum bos mengetahui data-data penting ini. Pesan dalam akun email saya akan terdelete secara otomatis kurang dari 10 detik. Bila kalian macam-macam, komputer akan eror seketika. Bayangkan, kadar eror itu akan menyebabkan layar komputer meledak, menimbulkan api, dan akhirnya membakar wajahmu.
Setelah urusan dengan Mister D kita bereskan, kalian harus mengirimiku uang untuk kehidupan sehari-hari. Sebaiknya beberapa darimu juga memesan soto Komeini agar Iraniah tidak curiga. Sotonya harus dikenalkan secara lebih luas misalnya kepada pak Armance di Milan yang belum sempat saya temui.
Sent.
Selesai sudah agenda hari ini. Mister D telah beres. Besok adalah giliran Mister E di RT 8 RW 9, Kelurahan Tanjung Sari, di salah satu kecamatan di Jawa Timur. Beberapa orang yang terlibat antara lain pak Hasan (45, penderita kista), bu Hayatillah (30, sudah punya cucu), dan mbah Basir (69, juru propaganda).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar