Cerpen
6 Agustus 2015
Delution
of Mister D
Dapatkah Mister D
menaklukkan dunia? Kini ia sedang dalam masa move on sekali lagi. Agamanya
sekarang menjadi baru. Agama lama telah ditinggalkan sama sekali. Ia dengar
bahwa agama baru ini lebih benar, lebih baik, dan lebih diridhoi oleh Tuhan.
Selain agama, Mister D
juga diketahui sedang menyusun mata pencaharian baru. Terbaru seakan belum
pernah dijalani seorangpun. Ia yakin, dengan ini akan memperoleh uang sungguh
amat banyak, $10b.
Lalu apa yang akan
dilakukannya dengan uang tersebut? Mungkin saja Mister D akan berganti kelamin
menjadi Mis D. Ganti jadi perempuan? Bukan berarti ia tidak akan menyesal dan
kembali menjadi lelaki. Lelaki sukses. Lelaki yang berhasil menjalani kodrat
sebagai manusia berkepemilikan penis, sperma, dan kemampuan untuk menghamili
wanita.
Seandainya Mister D
menjadi perempuan, seandainya menjadi lelaki lagi, seandainya ia lelaki dalam
tubuh perempuan, seandainya dia perempuan dalam tubuh lelaki, seandainya dia
seorang lesbian dalam tubuh lelaki, dan seandainya ia gay dalam tubuh
perempuan, ternyata tidak sesederhana mempelajari agama baru lalu menjadi
sembuh serta merta. Film-film ramadhan itu sungguh sangat reduksionistik.
Sebenarnya Mister D
paling jengkel dengan beberapa orang yang sering mengatakan: “Tidak sesederhana
itu!” Mereka orang-orang tidak tahu diri yang ternyata tidak mapan secara
finansial. Mereka bangga dengan pekerjaannya karena hanya dalam ranah itu saja
kemuliaannya. Sesampai di rumah? Kembalilah jadi ibu rumah tangga dan
bapak-bapak yang duduk di teras sambil merokok dan dirasani beberapa tetangga menyedihkan.
Itulah sebabnya, Mister
D kini membenci diri sendiri. Masalah gender telah ia tinggalkan sepenuhnya.
Tak lagi cemas ia dengan seksualitasnya. Beberapa hal lain juga telah dijadikan
topik pembicaraan ketika saya ngobrol dengan satu dua nenek-nenek yang senang
menganyam besek di teras rumah Nyonya Sufiastuti, RT 4, RW 5, Dusun Kalijagan,
Kelurahan Jaganan, di suatu kecamatan di Jawa Tengah.
Saya hanya mampir-mampir
saja sih. Masih mengenakan stelan jas Armance, teman semasa kecilku. Senang
saja bisa tertawa-tawa dengan para lansia yang tulus hati mencari tambahan uang
saku dengan menjual beberapa kodi besek tiap bulannya. Kalau saja mereka mau,
satu hari bisa satu kodi, tapi kalau demikian bisa cepat koit.
Nah, poinnya waktu itu
jadi semakin seru ketika mbah Suriah (83, tapi masih memotong bambu sendiri
dari kebun) antusias sekali dalam membicarakan fakta-fakta Mister D. Tak
ketinggalan, omah Iraniah (79, asam urat, menanti potongan bambu mbah Suriah)
juga sekonyong-konyong jadi enerjik bila sudah mulai membicarakan Mister D.
Saya jadi makin
penasaran padahal hanya lewat dari jalan-jalan saja waktu itu. Bahkan ada juga
satu ibu bernama Komeini (67, cucunya telah punya cucu) yang rela membuatkan
teh manis bila saya rela meluangkan waktu untuk membahas perihal Mister D.
Baik, segala fakta
tentang Mister D saya ungkapkan semua. Sebagaimana hukum telah bicara di
pengadilan, saya tak mencoba menutupi beberapa hal kecuali pokok yang
mengharuskan pemberian bumbu di sana-sini, satu hal yang sangat saya hindari
karena bisa digunakan orang untuk menyerang dari satu tempat yang tersembunyi
selagi keadaan kondusif untuk memukul balik, balas dendam atas pemenjaraan
terpidana, akibat ulah culas mulut pengacara seperti saya ini yang selalu
menjalin persahabatan baik dengan semua orang termasuk pak Armance yang amat
termasyur sampai kepada orang selevel ibu Suriah yang tidak termashur. Oya,
meski telah lanjut usianya, ibu Suriah tetap memancarkan rona masa mudanya. Tak
dapat saya pungkiri, pastilah kala 20 tahunan dulu usianya, paling cantiklah ia
diantara para bunga desa ini.
Komeini membuka
percakapan dengan lesu, “Seandainya Mister D mau membuka diri sedikit saja,
kami pasti akan mencoba mencintainya. Masa ia bilang bahwa tak ada sama sekali
orang yang mencintainya! Memang tak mungkin kalau semua orang dipaksa
mencintainya. Ya tapi kalau satu dua kan pasti ada lah!”
Ibu Suriah memberi
bumbu halus yang menyengat, “Yaaaa bisa gitu ya bisa ga gitu juga karna itu
semua tergantung dari yang itu, riwayat pekerjaan, pernikahan, kesungguhan hati
untuk memberi tunjangan kepada lurah setempat setelah memberi fee untuk tiga
pejabat eselon 3 yang sedang ditugaskan di desa ini.”
Dalam hati saya, “Omong
opo to buk!”
“Eh Iraniah!” Komeini
tiba-tiba saja memanggi omah Iraniah untuk masuk. Saya menghalangi, “Tidak usah
repot-repot bu! Saya tidak akan lama lagi kok. Ini segera mau meninggal, ee
meninggalkan tempat ini karna mau ke Dubai, dipanggil His Highness soalnya!
Ck.”
Ternyata Komeini telah
menyiapkan soto khusus untuk menjamu saya. Kasihan Iraniahnya, asam urat telah
menyebabkan ia lupa diri, susah berjalan, juga sering terngiang-ngiang sendiri
tentang kesedihan Mister D.
Saya sama sekali tidak
bisa menampik kebaikan hati mereka. Soto Komeini sudah terkenal sampai Qatar
dan Bahrain. Konon, Prince Alwaleed bin Talal juga pernah memesannya secara
rahasia saat pernikahannya yang sangat sederhana. Waktu itu dikabarkan oleh
infotainment Indonesia bahwasanya soto Komeini disebut-sebut sebagai makanan
paling misterius dengan rasa yang paling melayang.
Jadwal penerbangan
harus saya batalkan. Demi menggunjingkan Mister D, saya harus SMS BBM pada His
Highness bahwa akan telat untuk menghadiri lomba pacuan kuda di dekat Jumeirah.
Oke, gapapa lah.
Setelah soto dan
Komeininya sudah datang, kami segera makan dengan lahap. Saya terkaget-kaget,
“Dimanakah Iraniah? Iraniah dimana bu?”
“Ia sudah pulang lewat
belakang tadi. Maaf ya dik, agak buru-buru nampaknya. Katanya sih mau ngejar
dokter di Piyungan yang katanya bisa menyembuhkan asam uratnya. Bu Iraniah
ingin pengobatan yang sekali bisa sembuh begitu sih.”
“Ok. Gapapa.” Saya
sebenarnya masih ingin memandangi sisa-sisa rona kecantikannya. Selah.
Suasana sore makin mencekam.
Tinggal saya dan Komeini. Soto telah habis tapi anehnya pembicaraan mengenai
Mister D belum juga dilanjutkan ke taraf yang lebih signifikan. Rasanya makin
buang-buang waktu demi sebuah soto yang biasa saja ternyata.
“Jadi dik, Mister D itu
kini malah ingin pergi selamanya!” Akhirnya dimulai juga. Ternyata pembicaraan
ini ditunda beberapa waktu untuk menunggu delapan bapak-bapak yang ingin
bergabung. Sekarang mulai ramai orang. Saya jadi malu karena belum mandi dan
belum ganti pakaian. Waduh.
“Ingin pergi gimana
maksudnya bu?” Gapapalah, lanjut saja. Demi data berharga.
“Mau meninggalkan
identitasnya sebagai orang Jawa gitu!”
“Ia mau jadi orang Arab
den.” Sahut pak Ali (61, enerjik meski terlalu miskin).
“Ya tak apa sebenarnya
kan! Toh ia sudah berkontribusi banyak bagi budaya Jawa kita-kita ini!” Giliran
pak Hamdan (77, awet muda dan baik hati) memberi fakta.”
“Ya mungkin memang
demikian adanya. Saya juga telah mendownload album mocopatnya di youtube,
lagu-lagu campursarinya juga bagus di forshared. Kemarin bahkan ia juga baru
menuntaskan Conserto Bawa Sekar Pamularsih katampen gendhing Asmaradata Sl.
Pathet 9. Kita kalah Jawa pokoknya.” Saya mencoba memberi pembelaan.
“Tapi ya gimana ya,
aneh-aneh sih dia orangnya. Kaya sih kaya, tapi ya ga gitu dong. Kalau
gitu-gituan ya janganlah tinggal di kampung kita ini dong ya!” Pak Salman (80,
suami ketiga ibu Iraniah) mencoba suatu propaganda.
“Maaf ya bapak ibu
sekalian, ijinkan saya bertanya, pernahkan ada dari anda sekalian yang mencoba
bicara baik-baik dengan Mister D?”
Mereka serentak
menjawab, “Belum!”
Ternyata mereka kalah
dengan kewibawaan Mister D yang sebagian besar berasal dari kekayaannya. Mereka
juga tidak enak bila harus menyatakan ketidaksukaan pada Mister D yang selama
ini telah memberi beasiswa secara merata termasuk kepada warga se-RT yang kaya
dan tidak rawan miskin. Jangan dipungkirin, Mister D terkenal sebagai orang
sangat baik-baik, tapi itu tadi, aneh.
Kalian segeralah
mengirim SMS BBM atau SMS Wa kalau ada yang tidak jelas dalam pesan ini. Saya
akan segera mengemail balik sebelum bos mengetahui data-data penting ini. Pesan
dalam akun email saya akan terdelete secara otomatis kurang dari 10 detik. Bila
kalian macam-macam, komputer akan eror seketika. Bayangkan, kadar eror itu akan
menyebabkan layar komputer meledak, menimbulkan api, dan akhirnya membakar
wajahmu.
Setelah urusan dengan
Mister D kita bereskan, kalian harus mengirimiku uang untuk kehidupan
sehari-hari. Sebaiknya beberapa darimu juga memesan soto Komeini agar Iraniah
tidak curiga. Sotonya harus dikenalkan secara lebih luas misalnya kepada pak
Armance di Milan yang belum sempat saya temui.
Sent.
Selesai sudah agenda
hari ini. Mister D telah beres. Besok adalah giliran Mister E di RT 8 RW 9,
Kelurahan Tanjung Sari, di salah satu kecamatan di Jawa Timur. Beberapa orang
yang terlibat antara lain pak Hasan (45, penderita kista), bu Hayatillah (30,
sudah punya cucu), dan mbah Basir (69, juru propaganda).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar