Puisi Balada 24 Agustus 2015
Jalan
Mbah Sastrondleming, Legenda Pribadiku
Orang-orang dengan legenda
menakjubkan: Santiago The Alchemist, Paulo Coelho, Oprah Winfrey, Bob Marley,
James Brown, John Lennon, Chrisye, Kuntowijoyo, Umar Kayam, Rendra, Bayu Skak,
Ellen deGeneres, Justin Bieber, Taylor Swift, Eka Gustiwana, Olga Syahputra,
Sule, Nunung, Dedi Corbuzier, Agnes Mo, Agustinus Wibowo, Dee Lestari, Erich
Weiner, Benedict de Spinoza, Bunda Teresa, Jallaludin Rumi, Sunan Kalijaga,
Karen Armstrong, Rama Van Lith, Rama Mangun, Cak Nun, dan akhirnya Damar
Wiyono.
Dari Sang Alkemis sampai saya. Lihat
saja pagi ini yang begitu tidak mengenakkan bagi badanku. Sungguh loyo kala
tadi hendak mencicil skripsi namun menjadi penuh gairah ketika menuliskan satu
dua langkah Sastrondleming, legenda pribadiku.
Menjalani legenda pribadi tidak
pernah melelahkan tubuh
Tak ada kantuk, tak ada lapar, tanpa
haus,tanpa patah semangat, tanpa putus asa
Selalu membara apinya, selalu
semangat tulang-tulangnya
Selalu kenyang dalam puasa, selalu
bekerja dalam kelaparan
Lihatlah jalan ke depan: puasa
setiap hari, kelaparan karena memang tak ada yang dimakan. Kehausan, kecuali
mau minum air sungai. Pandangi dan tiduri rerumputan segar yang tak mengenal
waktu itu, makanan masa depanmu. Tak ada alasan untuk otot lemah dan sakit
penyakit, sawah dan ladang menanti untuk diolah. Padi menanti untuk memunculkan
bulir-bulirnya sembari diairi ratusan galon air yang diangkut dari sungat nun
jauh di bawah. Dengan apalagi bila tidak mengandalkan otot dan nafas yang
terengah-engah.
Tak ada alasan untuk tidak bekerja.
Banyak tanah pemakanan yang lusuh menanti untuk dipercantik. Dedaunan yang
berserakan dapat dikumpulkan untuk pupuk dan reklamasi tanah. Buku di
perpustakaan terlalu banyak untuk dibaca seumur hidup. Gagasan di otak seperti
mau meledak karena overkapasitas. Organisasi ini dan organisasi itu juga selalu
menanti kehadiranku untuk bergabung dalam pelayanan kegembiraan jiwa: Evening
Choir, Gema Kasih, Darmoyuwono, Peduli Choir, Paulus Soromintan Community Cell,
beberapa Kapel Adorasi Abadi, Maiyahan di Kasihan, ikut seminar ini itu, dan
lain sebagainya.
Untuk saat ini kuteruskan terlebih
dulu untuk menumpahkan isi otakku yang menjadi biang keladi susahnya hati dan
pegalnya badan. Pikiran harus segera kosong untuk bisa melakukan aktivitas
lain. Membaca salah satunya, diterima seperti cangkir kosong, setengah kosong,
setengah penuh, atau penuh sehingga tumpeh-tumpeh.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar