Senin, 17 Agustus 2015

Bisnis Kesenian Masa Kini



Essay 12 Agustus 2015
Bisnis Kesenian Masa Kini
Bisnis kesenian masa kini sudah berubah. Cara bisnis masa lalu telah tidak berlaku. Teknologi informasi dan komunikasi telah mentransformasi. Cara baru perlu ditempuh. Ide baru perlu dipikirkan bila pegiat seni masih ingin konsisten. Konsisten mencari nafkah melalui jalur bisnis kesenian.
Saya berbicara berdasarkan teladan pengalaman pribadi, itu sudah pasti. Bukan menggurui atau ingin mengungguli, namun memberi empati. Ketika simpati dirasa tidak cukup, hati risih dirundung sempitnya celah tak bertepi.
Menjual CD, RBT, serasa sudah mati. Selamat tinggal sajalah cara-cara lama!
Jelas bagiku bukan hanya sekadar mati, tapi sungguh sudah sangat mati. Aku, seorang penggemar sastra, seni tulisan dan tulis menulis, tanpa dasar finansial adekuat, ingin memasuki bisnis kesenian dunia. Mungkinkah orang seperti ini menjual karyanya?
Tidak bisa!
Jalan tengah untuk golongan menengah kebawah pecinta senia adalah produksi. Produksi seninya yang otentik secara mandiri. Bak berdiri tanpa kekasih hati, menarikan sendratari tanpa ada yang menghadiri. Itulah jalan terjal pertama kali, ketika dari niatannya telah muncul produk-produk seni. Siap berkembang, siap bertumbuh mengikuti keinginan pribadi dan pasar. Demi sedikit pundi-pundi penghasilan utama, kecuali bagi mereka, pekerja-pekerja luhur yang menjadikan kesenian sebagai mata pencaharian sampingan.
Tidak ada yang salah!
Ada yang benar!
Mari lihat jalan itu! Awal mula bisnis, langkah menghasilkan uang. Bisnis adalah uang. Apapun sekarang bisa jadi uang: ide bisa jadi uang, tulisan bermutu belum tentu jadi uang tapi bisa jadi juga, tulisan tak bermutu bisa jadi uang, gombalan bisa jadi uang, goyang aneh-aneh bisa jadi uang. Yang penting bisa jadi uang kan? Apa gunanya sekarang, sebuah idealitas tanpa uang sedang ia butuh juga nasi untuk makan sehari?
Mari lihat jalan itu: Youtube, blogspot, wordpress, twitter, facebook, www, dan beragam media sosial lain baik yang gratis maupun berbayar. Jalanilah itu! Hati-hatilah! Bila kau tidak beruntung, tinggal bagaimana caranya untuk survive. Bila beruntung, baru, berhati-hatilah! Jalanmu kan semakin terjal saja.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar