Essay
12 Agustus 2015
Bisnis
Kesenian Masa Kini
Bisnis kesenian masa
kini sudah berubah. Cara bisnis masa lalu telah tidak berlaku. Teknologi
informasi dan komunikasi telah mentransformasi. Cara baru perlu ditempuh. Ide
baru perlu dipikirkan bila pegiat seni masih ingin konsisten. Konsisten mencari
nafkah melalui jalur bisnis kesenian.
Saya berbicara
berdasarkan teladan pengalaman pribadi, itu sudah pasti. Bukan menggurui atau
ingin mengungguli, namun memberi empati. Ketika simpati dirasa tidak cukup,
hati risih dirundung sempitnya celah tak bertepi.
Menjual CD, RBT, serasa
sudah mati. Selamat tinggal sajalah cara-cara lama!
Jelas bagiku bukan
hanya sekadar mati, tapi sungguh sudah sangat mati. Aku, seorang penggemar
sastra, seni tulisan dan tulis menulis, tanpa dasar finansial adekuat, ingin
memasuki bisnis kesenian dunia. Mungkinkah orang seperti ini menjual karyanya?
Tidak bisa!
Jalan tengah untuk
golongan menengah kebawah pecinta senia adalah produksi. Produksi seninya yang
otentik secara mandiri. Bak berdiri tanpa kekasih hati, menarikan sendratari
tanpa ada yang menghadiri. Itulah jalan terjal pertama kali, ketika dari
niatannya telah muncul produk-produk seni. Siap berkembang, siap bertumbuh
mengikuti keinginan pribadi dan pasar. Demi sedikit pundi-pundi penghasilan
utama, kecuali bagi mereka, pekerja-pekerja luhur yang menjadikan kesenian
sebagai mata pencaharian sampingan.
Tidak ada yang salah!
Ada yang benar!
Mari lihat jalan itu!
Awal mula bisnis, langkah menghasilkan uang. Bisnis adalah uang. Apapun
sekarang bisa jadi uang: ide bisa jadi uang, tulisan bermutu belum tentu jadi
uang tapi bisa jadi juga, tulisan tak bermutu bisa jadi uang, gombalan bisa
jadi uang, goyang aneh-aneh bisa jadi uang. Yang penting bisa jadi uang kan?
Apa gunanya sekarang, sebuah idealitas tanpa uang sedang ia butuh juga nasi
untuk makan sehari?
Mari lihat jalan itu:
Youtube, blogspot, wordpress, twitter, facebook, www, dan beragam media sosial
lain baik yang gratis maupun berbayar. Jalanilah itu! Hati-hatilah! Bila kau
tidak beruntung, tinggal bagaimana caranya untuk survive. Bila beruntung, baru,
berhati-hatilah! Jalanmu kan semakin terjal saja.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar