Rabu, 26 Agustus 2015

Jenasah Cik Tjouk Djan Chok



Puisi 26 Agustus 2015
Jenasah Cik Tjouk Djan Chok
Eh, kasihan dia. Sudah lima hari terbaring di PUKYe.
Satu dua pelayat tiap hari datang bawakan formalin
PUKYe sudah lama tak mampu beli formalin
Alasannya selalu sama, “Koko yang biasa beli sudah lama pergi entah ke mana.”
                Semasa hidup, Cik Tjouk selalu menunduk saat potong rambut. Hanya itu yang kuingat.
                Tukang potong rambutnya Ekke Pamela, laki-laki biasa. Langgananku juga.
                Tiga hari sebelum kematiannya, Cik Tjouk kebetulan menegurku di Pasar Godean.
                Ia tertawakanku habis-habisan, “Gilak kau bro! Lo cari kondom di tempat kaya gini? Mana ada!”
                 “Harusnya di mana?” Tanyaku cari solusi kan.
                “Ya di tempat Ekke aja langsung! Dah paham mereka tu!”
Kurang ajar. Setan keparat. Djan Chok tenan! Jingan!
Marah penuh maluku selalu terpendam erat-erat.
Demi harga diri, ingin kuhabisi saja Cik Tjouk. Ide bagus tapi terlambat.
Cik Tjouk yang sebenarnya tersayang sudah mati lebih dulu.
Polisi selalu mencurigai Ekke Pamela, sebut saja Amel, biar mudah dan makin ganjen.

“Oya, Cik Tjouk juga tak pernah menatap mata seseorang saat bicara.”
Semua hal mencurigakan selalu kulaporkan pada polisi.
Mereka mengembangkan perkara menuju alibi baru, bunuh diri.
“Apalagi yang kau ketahui tentang Ny. Tjouk?” AKBP Billy mencoba bertanya lebih lanjut.
Jawabku, “Cik Tjouk sebenarnya seorang lelaki. Fisiknya saja yang perempuan. Payudaranya memang ada. Besar juga. Itu kadang buat saya jijik pak! Nah, pemeriksaan forensik kiranya sudah cukup jelas tentang ini. Yang sebenarnya ingin saya sampaikan adalah perilakunya itu lho. Tau lah, sukanya kan ke tempat Ekke Pamela dan yang lain juga. Intinya, sebagai laki-laki, Cik Tjouk menyukai perempuan tapi tidak sebagai laki-laki straight namun sebagai perempuan lesbi. Rumit ah, gelap.”

Sebelum matahari berlalu hari ini, aku harus mengambil jenasahnya. Akan kukremasi sendiri. Polisi sudah memberi ijin dan biaya yang diambil dari rekening Cik Tjouk.
Uang sisanya ternyata masih banyak. Ya sudah, kami bagi-bagi saja termasuk untuk biaya administrasi tutup perkara. Kamu mau dikit?

2 komentar:

  1. jancuk mengandung misteri cinta ilahi yang membawa kedamaian bagi segenap isi bumi dari keraknya yang dahulu diyakini sebagai neraka sampai pada awannya yang dulu disangka sarang Zeus yang lagi sibuk rekreasi

    BalasHapus
    Balasan
    1. aku telah bertekad untuk mengakhiri segala sisa sarapan pagi ini dengan jus semangka kemarin sore yang mulai ditumbuhi belatung telanjang,
      mereka menari berjamaan seakan sedang mengagungkan kenikmatan sensualitas pertama dan terakhirnya

      Hapus