Jumat, 25 September 2015

Filsafat Perkembangan Organisme Puncak



Refleksi 21 September 2015
Filsafat Perkembangan Organisme Puncak
Masih berdasarkan pembacaan Dunia Sophie. Terimakasih sebelumnya buat Jostein Gaarder.
Tulisan ini diilhami oleh filsafat klasik masa Yunani yang senang untuk mengklasifikasikan segala hal dalam hidup ini. Saya menangkap hal lain. Mari kita fokuskan pada klasifikasi mahluk hidup. Lihatlah kesesuaian antara sejarah bumi menurut agama dan menurut ilmu biologi atau sains. Pada mulanya belum ada hewan maupun manusia. Yang ada lebih dulu adalah daya dukung mahluk hidupnya. Sederhananya, sebelum tercipta kuda pastilah sudah ada rumput terlebih dahulu. Sebelum ada ikan pastilah sudah ada air terlebih dahulu. Sebelum ada air pastilah ada bumi terlebih dulu. Contoh lain yang lebih cerdas, pikirkan sendiri.
Berdasarkan rantai keberadaan mahluk tersebut, pikirkanlah: apakah manusia adalah organisme puncak? Organisme puncak adalah organisme yang ada bukan untuk mengadakan yang lain. Secara lebih tepat, organisme puncak adalah organisme yang sudah tidak memungkinkan organisme lain untuk ada. Maksudnya begini, kalau kita lihat rumput, keberadaannya nampak bermanfaat untuk keberadaan organisme lain yang lebih tinggi, misalnya kuda.
Saya sangat berhati-hati untuk menjelaskan tapi bila orang mengerti maka ia mungkin akan menyimpulkan bahwa rumput akan berevolusi menjadi kuda. Ah, kalau sudah menyebut kata itu, banyak kalangan akan sinis. Silahkan saja. Saya tidak mau memusuhi kaum agama.
Akhir-akhir ini saya juga sedang melakukan pembacaan pada The Origin of Species karya Darwin. Sayangnya saya membaca versi terjemahan bahasa Indonesia. Rasanya terjemahannya bagus sih sehingga kesimpulan saya Darwinnya saja yang kurang memiliki kecerdasan dalam menyusun kalimat. Alur pikirnya masih belum baik. Runtutan narasinya membingungkan dan kurang memikat. Apakah saya memikat? Apakah saya penulis yang biak dan bermutu? Tentu saja tidak. Jadi maafkanlah aku oh arwah Darwin yang sekarang entah dimana. Aku tidak ingin meresahkanmu.
Dalam keadaan ini aku juga sedang berjuang seperti Marx. Curcol sedikit ya, Marx itu mampu bikin tulisan yang bagus dan memikat padahal ia ngetiknya ditengah keriuhan keluarganya. Lebih lagi, ia juga menulis ditengah himpitan kemiskinan. Halah, mungkin ia pakai permen karet atau apa untuk menutup telinganya sehingga tuli sementara. Mungkin ia pakai earphone dan menulis sambil mendengarkan Bon Jopi atau Metalikka. Angels kan kaya, mungkin ia yang mbeliin.
Sekianlah tentang tulisan ini. Judul yang lebih make sense adalah ‘Filsafat Perkembangan Organisme Menuju Puncak’. Semoga saya nanti bisa merevisi tulisan ini jadi lebih baik. Sekian terimakasih dulu. Saya mau move on dulu. Semoga hari ini bisa kembali waras pikiran ini. Mohon doa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar