Essay Rabu, 9 September 2015
Neo
Komunisme Futuristik
Apa itu? Nanti kita lihat bersama.
Sekarang bermula dari usaha diri sendiri dahulu untuk menghambat gerakan
tersebut. Maksudnya agar diri sendiri tidak segera menjadi korban. Semua akan
jadi korban sih tapi bisa diperlambat gitu. Apa sih?
Inilah filsafat anak muda yang suka
nongkrong di mal sambil minum kopi yang harganya tidak manusiawi. Jujur saja,
seni kopi lidah barista itu bagiku terlalu mengada-ada. Tidak relevan dengan
kondisi bangsa yang kadang beli air mineralpun tidak bisa. Eh, malah ada yang
kekeringan segala. Apa sih?
Baca sendiri tulisan Samuel Mulia
kemarin Minggu (6-9-2015) di koran Kompas! Kalian akan mengerti 50% apa yang
saya maksud. Mungkin kalian bilang, “Ah, ga penting banget!” Aku bilang, “Hmm,
ya silahkan kalau emang lo lebih seneng pura-pura BBMan sama teman imajinermu,
hahahhahahha.”
Aneh aja sih, ada-ada saja mereka
itu. Kalau lagi kumpul-kumpul, selalu aja lihat HP. Keliatan banget
mengada-adanya. Pasti sebenarnya ga ada SMS atau BBM atau semacamnya.
Hahahhaha.... ternyata tidak hanya aku yang canggung dengan realitas. Aku
berani singkirkan HP ketika melihat banyak orang tua yang tanpa HP tapi konek
dengan realitas. Ah, apa sih? Ini adalah fragmentasi kecil dari manifestasi harian
neo komunisme futuristik.
Maaf, saya menulis essay ini setelah
bangun tidur siang. Jadi sambil agak loading-loading gitu. Padahal gua benci
banget tidur siang kalee! Kata nenek gua ga ada rejekinya. Tidur siangnya
dirumah nenek gua itu tadi malahan. Cape deh!
Oke, to the point, lihat apa yang
akhir-akhir ini dilakukan Pemprof DKI. Di bawah pimpinan Ahok mereka makin
rajin membeli tanah-tanah masyarakat dan mengubahnya menjadi aset negara.
Bertolak belakang dengan yang dilakukan Megawat(i) dulu. Btw lo pikir aja ya,
entah berapa lama tapi pasti, semua tanah akan menjadi aset negara. Pasti.
Ketika makin banyak tanah dimiliki
‘pemerintah’, masyarakat tak punya lagi hak milik. Rakyat tinggal hidup mewah
dengan segala fasilitas yang lama-lama makin gratis.
Lihat lebih jeli, kapitalisme sedang
berjalan menuju neo komunisme futuristik.
What is that? Kini giliranmu untuk
berpikir!
Oya, hati-hati kalau mau melakukan
justifikasi antara benar dan salah atau antara baik dan buruk. Bismillah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar