Senin, 14 September 2015

Just Correlation, based Daniel L. Pals’s Seven Theories of Religion



Essay 11 September 2015

Just Correlation, based Daniel L. Pals’s Seven Theories of Religion

1.       Freud menyatakan bahwa latar belakang perilaku manusia, apapun itu termasuk beragama, senantiasa didorong oleh motif-motif asadar yang hampir selalu neurotik. Nah, bandingkan dengan Marx yang menyatakan bahwa semua perilaku manusia cenderung didorong oleh motif ekonomi yaitu untuk memenuhi kebutuhan dasar (katakanlah makanan, uang, uang, dan uang). Jadi kesimpulannya kalau aku sih ya begini, neurotisisme yang menjadi motif asadar perilaku manusia menurut Freud tidak lain adalah himpitan ekonomi alias kemiskinan finansial. Jadi, kalau manusia ingin tidak neurotik alias sehat secara psikologis, jadilah kaya! Menjadi kaya adalah kebutuhan manusia yang paling dasar sekaligus daya dorong tiap perilaku manusia. Jadi, perilaku manusia, apapun itu, selalu didorong oleh kebutuhan dasar (baca: kebutuhan untuk jadi kaya) meskipun kebutuhan dasar itu telah dirasa mencukupi. Oh tidak, kebutuhan dasar akan senantiasa berkembang makin besar bak pulau yang melebar oleh lelehan magma gunung api.
2.       Marx, sepertinya you mau bilang gini, “Agama tercipta oleh suatu kekuatan sistem ekonomi yang mana olehnya pertentangan antar kelas dan alienasi tercipta.” Iya kan! So you mau lanjut lagi gini, “Kalau kekuatan sistem ekonomi itu dihancurkan oleh revolusi maka agama dengan sendirinya akan hancur.” Pasti begitu. Okay. Saya mau kritisi lagi tentang satu kata yang muncul dari mulutmu yaitu ‘revolusi’. Dirimu ingin melakukan revolusi pada kaum yang memiliki kekuatan sistem ekonomi itu karena kamu tidak kebagian kerjaan yang mana olehnya kamu bisa jadi orang kaya. Begini, revolusi agama kau inginkan karena kaum agama yang dalam hal ini adalah proyeksi dari kaum kapitalis, telah menyebabkan kamu hidup dalam kemiskinan. Ini lanjutan dari nomor 1 saja sih, intinya kalau kamu dulu itu kaya raya seperti Engels, rasanya kamu ga kan pernah bikin teori macem-macem deh. Das Kapital atau Communist Manifesto mungkin takkan pernah ada, maksudku gitu. By the way aku suka gagasanmu yang jeli untuk melihat akar masalah. Aku juga punya konflik batin sepertimu sih ya. Sekarang aku tahu bagaimana cara untuk mengakhiri konflik batin itu. Hacurkan akar masalahnya!
3.       Sekarang perbandingan teori-teori dalam Pals (2012) itu dengan teoriku yaitu kondisi kehidupanku pada masa kini. Baik, berangkat dari akar masalah saja. Akar masalahku saat ini adalah kebutuhan untuk memperkokoh dasar fundamental alias ekonomi finansial. Kurang ajarnya sekarang ini aku diharuskan untuk menyelesaikan satu tugas kebodohan yang olehnya uang tidak akan tercipta secara praksis. Jujur saja, ini adalah radikalisme teoriku bila nanti kalian membaca bukuku yang bertema ‘akar masalah’. BTW tentang masalahku itu tadi, dari pada seperti ini terus mendingan bercocok tanam atau berternak atau bahkan menjadi buruh rendahan namun jelas tiap bulannya mendapatkan penghasilan walaupun sedikit. Eh sebentar, akar masalahnya tidak begitu. Kondisi ini akan teratasi bila akar dari kondisi ini yaitu kewajiban tugas itu telah diselesaikan. Jadi untuk mengakhiri penderitaan ini adalah dengan menyelesaikan tugas kewajiban kebodohan tersebut sesegera mungkin lalu bisa move on jadi buruh atau apalah terserah yang penting tiap bulannya ada uang sedikit-sedikit dari pada tidak sama sekali.
4.       Hahahahhahah. Sekarang gunakan teori-teori agama dalam Pals (2012) untuk mengkritisi mentalitas inlander seperti yang masih ada dalam (sebagian) hidup saya.
5.       Baik sampai disini dulu belajar teoritik ini. Adapun mentalitas inlander saya tadi sedang saya kikis sedikit demi sedikit. Mentalitas inlander juga merupakan salah satu bentuk dampak dari keterhimpitan ekonomi. Jadi, ingat point-point di atas, kalian akan paham seluruh motif perilaku saya, mengapa saya menulis begini atau menulis begitu. Yah, motif saya begini adalah untuk melepaskan diri dari akar masalah, apalagi kalau bukan itu yang tidak usah disebutlah. Ijinkan saya untuk sedikit curcol ya. Jadi pola kerja saya itu seperti Karl Marx, aneh. Kalau Marx itu kadang mabuk-mabukan dan kadang kerja seharian sampe malam hari untuk menulis. Nah, kalau saya kadang menulis mati-matian tapi kadang cuma baca-baca novel dan nulis satu dua hal yang nampaknya sampah saja. Hmm, yang bagiku sampah bisa jadi berkah bagimu lho. Demikian juga sebaliknya.
6.       Jadi akhirnya adalah bagaimana untuk mewujudkan cita-cita solusi dalam praksis hidup sehari-hari. Perwujudan ini harus senyata mungkin sehingga benar-benar bisa menghapus kemiskinan pribadi. Ga usah mikir orang lain lah, bila diri bisa memastikan untuk jadi orang kaya, itu sudah sangat membantu komunitas atau negara. Curcol dikit lagi ya, kalau pakai contoh saya, sekarang masalahnya adalah bagaimana caranya supaya dengan menulis seperti ini saya dapat menjadi orang kaya. Bagaimana caranya supaya puisi, cerpen, novel, essay, dan tulisan-tulisanku yang lain dapat menghasilkan uang?
7.       Kalau anda ingin membantu saya silahkan. Bila anda tidak punya ide atau punya tapi disembunyikan ya tidak apa-apa. Yang penting bagi saya adalah dedikasi seorang penulis. Seperti Marx, tadi saya sudah bilang, oke dia mati miskin, yang penting hidupnya berdampak bagi orang banyak. Nah, berdampak itu baik buruknya relatif ya kan. Lihat saja para nabi, dampaknya baik dan buruk juga relatif kan!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar