Puisi 26 September 2015
Ratapan
Mendasar dari Karang Kadempel
Salah satu masyarakat sedang
menjalani arus bawah. Ia ingin belajar menggareng. Ia hendak berjalan dengan
membagong. Tutur kata diperbaikinya hingga memetruk. Pola pikirnya diolah
sampai menyemar.
Salah satu masyarakat itu gelisah
betul. Ia lihat acara TV yang makin tak bermutu. Channel A pernah menampilkan
seorang tidak penting dan sok bgt untuk diwawancara juga oleh orang tidak
penting.
Channel B menampilkan wawancara
singkat dengan X yang sering main sinetron sehingga tertulislah ‘artis’ di
bagian bawah layar kaca. Channel B melanjutkan wawancara dengan orang yang
ditemui secara kebetulan di daerah Blok M. Orang misterius itu disebut
‘masyarakat’ di bagian bawah layar kaca.
Jadi, artis itu bukan masyarakat dan
masyarakat jelas bukanlah artis. Cinta boleh tak ada logika tapi di ‘bawah’
harus ada logika.
Sebut sajalah Jana, salah satu
masyarakat yang sedang belajar ini. Jana bukan ‘masyarakat’ yang waktu itu
diwawancara Channel B sehingga sempat nongol di TV meski tanpa potensi untuk
jadi artis.
Saat ini Jana lagi dongkol dengan
KBBI. Dicarinya arti kata ‘artis’. Artis disamakan dengan ahli seni, seniman,
seniwati, penyanyi, pemain film, pelukis, maupun pemain drama. Awalnya Jana
berlogika bahwa seseorang dikatakan artis hanya bila memiliki produktivitas.
Katakanlah si Cantik Pitaloka alias Ochi Rosdiana dibandingkan si sok cantik N
alias M. Ochi memang artis karena produktivitasnya berupa peran aktif dalam
film yang sedang digandrungi seluruh masyarakat Republik Indonesia ini. Lantas
artiskah N alias M? Aduh,,,,, ya bukanlah! Wong dia hanya kebetulan PERNAH main
film satu atau dua kali. Predikat artis dari mana? Bahkan His Excellency Slamet
Raharjopun tak layak disebut artis bila tiap hari udud-udud saja dirumah sambil bercanda dengan pembantunya yang
super gokil itu.
Rupanya jurus membagonglah yang diwateg Jana kali ini. Jurus itu seperti kamehame yang memerlukan waktu untuk
mencapai sasaran. Kegelisahan Jana memperkuat kamehamenya hingga berhulu ledak seperti 100 bom nuklir Kim Jong
Un. Semoga berhasil meledak meski tanpa korban jiwa. Semoga terjadi ledakan di
mana-mana: Amerika, Russia, London, Paris, Dubai, Seoul, Beijing, dan tentunya
Jakarta.
Bila harus perang besar, Jana siap
maju sendiri seperti dulu di Padang Kurusetra.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar