Senin, 28 September 2015

Ratapan Mendasar dari Karang Kadempel



Puisi 26 September 2015

Ratapan Mendasar dari Karang Kadempel

Salah satu masyarakat sedang menjalani arus bawah. Ia ingin belajar menggareng. Ia hendak berjalan dengan membagong. Tutur kata diperbaikinya hingga memetruk. Pola pikirnya diolah sampai menyemar.
Salah satu masyarakat itu gelisah betul. Ia lihat acara TV yang makin tak bermutu. Channel A pernah menampilkan seorang tidak penting dan sok bgt untuk diwawancara juga oleh orang tidak penting.
Channel B menampilkan wawancara singkat dengan X yang sering main sinetron sehingga tertulislah ‘artis’ di bagian bawah layar kaca. Channel B melanjutkan wawancara dengan orang yang ditemui secara kebetulan di daerah Blok M. Orang misterius itu disebut ‘masyarakat’ di bagian bawah layar kaca.
Jadi, artis itu bukan masyarakat dan masyarakat jelas bukanlah artis. Cinta boleh tak ada logika tapi di ‘bawah’ harus ada logika.
Sebut sajalah Jana, salah satu masyarakat yang sedang belajar ini. Jana bukan ‘masyarakat’ yang waktu itu diwawancara Channel B sehingga sempat nongol di TV meski tanpa potensi untuk jadi artis.
Saat ini Jana lagi dongkol dengan KBBI. Dicarinya arti kata ‘artis’. Artis disamakan dengan ahli seni, seniman, seniwati, penyanyi, pemain film, pelukis, maupun pemain drama. Awalnya Jana berlogika bahwa seseorang dikatakan artis hanya bila memiliki produktivitas. Katakanlah si Cantik Pitaloka alias Ochi Rosdiana dibandingkan si sok cantik N alias M. Ochi memang artis karena produktivitasnya berupa peran aktif dalam film yang sedang digandrungi seluruh masyarakat Republik Indonesia ini. Lantas artiskah N alias M? Aduh,,,,, ya bukanlah! Wong dia hanya kebetulan PERNAH main film satu atau dua kali. Predikat artis dari mana? Bahkan His Excellency Slamet Raharjopun tak layak disebut artis bila tiap hari udud-udud saja dirumah sambil bercanda dengan pembantunya yang super gokil itu.
Rupanya jurus membagonglah yang diwateg Jana kali ini. Jurus itu seperti kamehame yang memerlukan waktu untuk mencapai sasaran. Kegelisahan Jana memperkuat kamehamenya hingga berhulu ledak seperti 100 bom nuklir Kim Jong Un. Semoga berhasil meledak meski tanpa korban jiwa. Semoga terjadi ledakan di mana-mana: Amerika, Russia, London, Paris, Dubai, Seoul, Beijing, dan tentunya Jakarta.
Bila harus perang besar, Jana siap maju sendiri seperti dulu di Padang Kurusetra.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar