Komentar Berita Terkini 9 September 2015
Respon atas Kolom Kesusastraan Kompas hari ini.
Paradigma
Baru Kesusastraan Indonesia dalam Puisi
Judul ini tidak terlalu muluk bila
anda mengetahui praksis. Praksis adalah dasar paling fundamental dalam hidup
seseorang. Dasar yang tidak dapat dikatakan segalanya tapi hampir segalanya
memerlukan dasar fundamental tersebut. Dialah uang.
Kolom Kesusastraan kali ini
mengangkat permasalahan tentang gairah penulisan puisi di Indonesia. Baiklah,
saya akan menjawab di sini dengan metodologi praksis.
Sederhana saja, uang akan menjawab.
Sebut saja apa yang kau perlukan.
Bila ia tak dapat memberi solusi
langsung, jalan keluar lain akan selalu ditawarkannya.
Lihat saja, penerbit kan enggan
menerbitkan antologi puisi.
Tidak masalah. Bagaimana kalau
diterbitkan sendiri dengan biaya sendiri?
Menulis sendiri, edit sendiri,
finishing sendiri, terbitkan sendiri dengan biaya sendiri. Penerbit tinggal
memfasilitasi berdasarkan kesepakatan harga dengan pihak penulis. Bagaimana?
Inilah akal penulis yang mengerti
praksis yaitu mereka yang memiliki uang.
Setelah tulisan jadi, biarkan uang
bicara agar buku terbit ber-ISBN.
Bagaimana? Bisa? Ada penerbit yang
bersedia bekerja sama tanpa potensi kerugian seperti ini?
Lihat aku yang hampir tiap hari
menulis beberapa puisi. Terkadang curhat, terkadang ingin bermutu, terkadang
naif, terkadang bingun dengan pola pikir manusia yang tidak bisa membedakan
antara manis dan gula, antara asin dan garam. Mutu, aku geli dengan kata itu.
Aku geli ketika sebuah karya harus dinilai oleh mereka yang tidak pernah
menerbitkan satu karyapun. Mereka yang mengatakan diri ahli karena memiliki
standing akademik tertentu. Ah, itulah yang kumaksud dengan kacaunya orang
zaman ini, tidak bisa membedakan antara Arab dan Islam.
Baik, baik, kalau tak ada penerbit
yang bersedia kerja sama, aku terbitkan sendiri. Aku buat PDF sendiri dan
kubagi gratisan di milis pribadi alias blogspot. Versi audio atau videonya juga
ada di youtube. Semua gratis.
Tak kupedulihan diri, mau dihargai
atau tidak. Mau dibuka atau tidak. Silahkan.
Dengan ini aku nyatakan bahwa aku
adalah sastrawan. Horeee!!!!!
Sebagian jiwa dan ruh Homer telah
kubeli.
Beberapa milik Chairil Anwar juga
sedang ditawarkan padaku.
26 Juli, met hari puisi nasional ya.
Anwar, met ultah juga.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar