Senin, 14 September 2015

Paradigma Baru Kesusastraan Indonesia dalam Puisi



Komentar Berita Terkini 9 September 2015
Respon atas Kolom Kesusastraan Kompas hari ini.
Paradigma Baru Kesusastraan Indonesia dalam Puisi
Judul ini tidak terlalu muluk bila anda mengetahui praksis. Praksis adalah dasar paling fundamental dalam hidup seseorang. Dasar yang tidak dapat dikatakan segalanya tapi hampir segalanya memerlukan dasar fundamental tersebut. Dialah uang.
Kolom Kesusastraan kali ini mengangkat permasalahan tentang gairah penulisan puisi di Indonesia. Baiklah, saya akan menjawab di sini dengan metodologi praksis.
Sederhana saja, uang akan menjawab. Sebut saja apa yang kau perlukan.
Bila ia tak dapat memberi solusi langsung, jalan keluar lain akan selalu ditawarkannya.
Lihat saja, penerbit kan enggan menerbitkan antologi puisi.
Tidak masalah. Bagaimana kalau diterbitkan sendiri dengan biaya sendiri?
Menulis sendiri, edit sendiri, finishing sendiri, terbitkan sendiri dengan biaya sendiri. Penerbit tinggal memfasilitasi berdasarkan kesepakatan harga dengan pihak penulis. Bagaimana?
Inilah akal penulis yang mengerti praksis yaitu mereka yang memiliki uang.
Setelah tulisan jadi, biarkan uang bicara agar buku terbit ber-ISBN.
Bagaimana? Bisa? Ada penerbit yang bersedia bekerja sama tanpa potensi kerugian seperti ini?
Lihat aku yang hampir tiap hari menulis beberapa puisi. Terkadang curhat, terkadang ingin bermutu, terkadang naif, terkadang bingun dengan pola pikir manusia yang tidak bisa membedakan antara manis dan gula, antara asin dan garam. Mutu, aku geli dengan kata itu. Aku geli ketika sebuah karya harus dinilai oleh mereka yang tidak pernah menerbitkan satu karyapun. Mereka yang mengatakan diri ahli karena memiliki standing akademik tertentu. Ah, itulah yang kumaksud dengan kacaunya orang zaman ini, tidak bisa membedakan antara Arab dan Islam.
Baik, baik, kalau tak ada penerbit yang bersedia kerja sama, aku terbitkan sendiri. Aku buat PDF sendiri dan kubagi gratisan di milis pribadi alias blogspot. Versi audio atau videonya juga ada di youtube. Semua gratis.
Tak kupedulihan diri, mau dihargai atau tidak. Mau dibuka atau tidak. Silahkan.
Dengan ini aku nyatakan bahwa aku adalah sastrawan. Horeee!!!!!
Sebagian jiwa dan ruh Homer telah kubeli.
Beberapa milik Chairil Anwar juga sedang ditawarkan padaku.
26 Juli, met hari puisi nasional ya. Anwar, met ultah juga.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar