Pembacaan Buku 17 September 2015
Masa
Depan Tuhan
Hari ini saya mulai mencicil
pembacaan Masa Depan Tuhan, buku
Karen Armstrong yang sangat dinanti
setelah pembacaan Sejarah Tuhan terselesaikan.
Introduksi di sampul depan MDT sudah sangat menggugah. Armstrong ingin
menentang atheisme agaknya. Sudut
pandang Armstrong yang sebenarnya non
theistik itulah sebenarnya yang membikin buku ini makin menarik. Saya jadi
ingin belajar untuk membedakan atheis dan
non theistik. Pasti menarik.
Berdasarkan paradigma theistisme
Judeo Kristen saya ini termasuk golongan non theistik, just like Karen
(mungkin). So, saya ingin netral senetral-netralnya dalam mempelajari diskursus
ini. Nah, sebagai essay pembuka di sini saya ingin menuliskan kesan pertama
tentang nada sanggahan terhadap atheisme. Saya juga ga setuju pada atheisme,
mungkin mirip dengan sudut pandang pemikiran Armstrong. Saya jelaskan saja
begini: tentang atheisme, justru ingat teori Marx dan Freud dong.
Asumsi saya: kaum atheis ingin
menghapuskan segala tentang Tuhan dalam hidup ini. Tuhan sudah mati. Tuhan
tidak diperlukan. Tuhan tidak bermanfaat, dan sebagainya.
Ingat Marx: bagi saya, selama
manusia masih hidup dalam belenggu kemiskinan dan kebutuhan ekonomi masih
menjadi dasar paling fundamental yang mendorong perilaku manusia, maka Tuhan
akan senantiasa ADA.
Ingat juga Freud: bagi saya, selama
manusia masih hidup dalam pengaruh neurotisisme atau patologi-patologi yang
disebabkan oleh konflik-konflik masa lalu atau selama perilaku manusia masih
didorong oleh alam bawah sadar atau selama bawah sadar manusia itu sendiri
masih ada, maka Tuhan akan senantiasa ADA.
TANYA MENGAPA?
Tuhan adalah manifestasi kebutuhan
manusia yang bersumber dari jelmaan kebutuhan ekonomi dan konflik asadar. Kata
saya. Silahkan difalsifikasi. Selama manusia masih butuh ini dan butuh itu,
Tuhan akan senantiasa ADA.
Oh Tuhan kerinduanku,
aku ini rusa di tengah gurun Jabal
Ali.
Tuhan pujaan hatiku, bawalah aku ke
utara dimana emas tersedia.
Aku ini rusa kehausan melihat Hummer
dipacu meretas gundukan pasri mendidih.
Tiap hari kulihat para Sheikh
berkemah mahal dan makan roti. Oh Tuhan, I believe in You.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar