Jumat, 04 September 2015

Hidupku, my friend.



Refleksi Murni 4 September 2015
Hidupku, my friend.
Sejak hari lahirnya Sastrondleming Corp. tanggal 3 Agustus 2015 kemarin, rasanya saya telah meninggalkan refleksi murni harian yang sebelumnya hampir tiap hari kulakukan. Refleksi ini akan dihidupkan lagi. Biarkanlah semua orang tahu. Refleksi harian adalah tradisi ignasian yang baik untuk dilakukan, warisan ajaran di De Britto, dulu sampai kini.
Sungguh aku amat bangga menjadi alumnus SMA Kolese De Britto Yogyakarta. Saat menulis refleksi ini, aku sempat tercengang tidak percaya bahwasanya aku memang benar-benar alumni SMA Kolese De Britto yang mashur itu. Akulah putra SMA De Britto, gagahlah cita-citaku, murni sejati jiwaku, jujur semangat hatiku. Itulah rencana hidupku, itulah tujuan niatku. Agar dapat menuang tenagaku bagi Tuhan dan bangsaku. Malah mrembes mili.
Hidupku.
Sekali lagi kurefleksikan saat ini. Entah mengapa akhir-akhir ini aku sungguh tertantang. Mengapa aku akhir-akhir ini digundahkan oleh kenyataan yang ternyata begini. Tantangan begini, baru kusadari, seakan terlambat lima tahun. Regresi, seakan segala-galanya bagiku terlambat lima tahun.
Skripsi. Saat ini sedang mengerjakan skripsi, saat tahu pasti, semua ini tanpa faedah praksis. Aku tahu persis, tugas ini tak lebih dari administrasi. Tugas terakhir yang harus diselesaikan demi ijasah dan kelulusan. Pekerjaan? Harus cari sendiri, berjuang sendiri, kreatif sendiri. Tidak ada cara lain.
Rencana besar itu senantiasa tersimpan rapih untuk menghindari paido orang-orang sekitarku. Namun kupastikan saja untuk sementara (kalau tidak seterusnya), setelah lulus ini jelaslah pekerjaanku. Menggarap sawah orang tuaku. Ladang hijau yang menguning perlu tanganku untuk mengolahnya. Para tikus akan menghadapi bencana nyata karna kehadiranku. Takkan ada lagi kesempatan buat mereka karna gropyokan kan kugalakkan sendiri tiap hari.
Masa depan hidupku, cita-cita semasa SD yang terpenuhi, ingin menjadi petani. Itulah cita-citaku. Cita-cita untuk hidup sederhana, memberi kesempatan orang lain bernafas di kota yang juga belum tentu bergelimang harta. Kesempatan? Kata mereka kesempatan hanya ada di kota. Di sawah begini mana ada kesempatan? Entahlah. Tuhan Mahaadil.
Hidupku. Sederhana saja. Jangan gundah wahai otak dalam kepala ini. Jangan gelisah oleh berbagai rencana omong kosong. Selesaikan saja tugas saat ini, focus on purpose. Setelah itu pergilah ke ladang, padi telah menguning. Jangan lupa gropyokan tikus. Sempatkan waktu untuk bersih-bersih rumah dan kuburan-kuburan terdekat. Akhirnya, baca tulis upload tetap menjadi tradisi di tengah dunia sosial kemasyarakatan yang tak dapat dipungkiri. I love you my friend, I come back.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar