Puisi Reflektif 29 September 2015
Mengapa
aku begini?
Pernah dulu saya mendengar lagu yang begitu. Kesannya memilukan.
Bila ku mati, kau juga mati.
Bila kau mati, inailahi.
Penyonyonya kalau tidak salah Krisdayani.
Mengapa aku begini?
Siapa
yang dipersalahkan?
Diteruskan
oleh Junaedi adiknya Julkifli.
Hooooooo, yeah
Ending ini diucapkan saja oleh Julkarnaain yang lahir hari sen’ain.
Oh Tuhaaaaaa,,,,
mengapa aku begini?
Sedangkan dia
begitu.
Jalan mereka
lurus-lurus saja. Kaki mereka kuat. Hati mereka tabah.
Kisahku Kau penuhi
cobaan, tubuhku lemah, hatipun tak punya.
Ah siapa tu yang bilang, kalau pada dasarnya perjalanan
hidup manusia ditakdirkan mulia.
Sekalipun hidup
sebagai sampah masyarakat, pembunuh, pemerkosa, pemakai
Itupun kehendak ilahi
yang berujung mulia, seperti dia yang di sisi kananNya.
Kalau ingat dia yang
di sisi kananNya itu, mrembes mili.
Ingin bilang,
“Tuhan, meski aku bajingan, Kau tetap cinta aku kan ya?”
Bila tak ada cinta sehidup semati
Bila tak ada kerja tuk cari rejeki
Bila tak ada hasrat hidup lagi
Mengapa aku begini?
Gilak. Edian.
Juancuok. Jingan tnan.
“Sialan bener!
Bjingan semua! Sekian puluh tahun kita!”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar