Komentar Berita Terkini 7 September 2015
Swasembada
Susu Sapi, aku mau berkontribusi.
Pak Jokowi, plis deh. Dalam hal ini
serius yuk! Pada dasarnya swasta punya modal yang melimpah kok. Nah, sekarang
tinggal dari pemerintah mau atau tidak untuk bersinergi. Dengan demikian akan
terciptalah satu kondisi saling nyengkuyung.
Kondisi saling nyengkuyung masih terkait dengan pengembangan budaya pedesaan
sebagaimana telah saya tuliskan sebelumnya. Nyengkuyung
adalah kegiatan berpartisi aktif dalam melakukan program tertentu demi
mewujudkan tujuan tertentu. Maaf, saya harus jujur, nyengkuyung yang dalam artian waton
ngetok harus ditinggalkan agar masyarakat berkembang. Maaf bgt aku jujur
nggih, waton ngetok ki jan ming marakna
lestari kerene.
Anyway, kondisi saling nyengkuyung dilakukan oleh masyarakat
dan pemerintah (pemerintah juga masyarakat kaleee!). Begini mudahnya:
1.
Masyarakat jelas punya kemauan. Masyarakat juga
punya modal, ada yang besar ada yang kecil.
2.
Soal pelatihan berternak bisalah didapat dari
petani pendahulu. Teori dari pak dosen biasanya nonsense.
3.
Ini yang paling penting, masyarakat butuh
kepastian pasar. Artinya, produk masyarakat harus selalu dibeli pemerintah.
Nanti ya, kalau susu dari masyarakat sudah banyak, ya jangan impor lagi. Impor
harus selalu dikurangi berdasarkan ketercukupan produksi dalam negri. Gitu lho.
Ya!
4.
Untuk teknis harian, pemerintah harus hadir bagi
kelompok-kelompok tani susu sapi yang ada untuk diskusi seputar rumput,
konsentrat tambahan, pemerahan modern, upgrade teknologi, permodalan lanjutan,
dan program-program lain yang berbau UMKM begitu.
So sampai di sini dulu harapan saya untuk berkontribusi nyata
bagi mimpi swasembada susu sapi. Namanya juga baru harapan. Hmm,, yah dari pada
impor susu dari Selandia Baru yang mana wilayah daratannya cuma secuil gitu,
atau dari mana entahlah. Anyway, terimakasih pada Kompas Senin, 7 September
2015 halaman 24. Ya kalau Malang bisa, Jogja juga bisa. Pasti bisa.
Tuhan, Engkau juga nyengkuyung
ya, dengan cara menjauhkan bencana Merapi dari wilayah di sekitarnya. Tapi
kalau ia memang harus batuk demi kesuburan tanah Jawa ya mau gimana lagi.
Kamilah yang harus selalu memperbaharui iman dan tawakal kami. Amin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar