Senin, 07 September 2015

Masa Depanku Bagaikan Musik Waltz di Tanah Jawa



Puisi 7 September 2015

Masa Depanku Bagaikan Musik Waltz di Tanah Jawa

Musik Waltz ingin mengalun bersama gamelan pelog
Penari jathilan ingin berdendang dengan musik Waltz
Penabuh gamelan ingin variasi. Ia hendak mengganti rebab dengan akordion.
Sebagai petani di dusun terpencil, aku ingin menggarap ladang warisan ayah ibuku sambil menarikan dansa Waltz dengan kekasih bayanganku.
Sembari mencangkul, ndaut, menebar pupuk kompos, mengatur air yang masuk ke sawah, ani-ani, dan sambil menggiling padi yang telah kami panen bersama.
Kemesraan kami mengalahkan Kamajaya dan Kamaratih. Romeo Juliet lewat. Cinta gelap Shinta pada Rahwanapun tanpa arti. Cinta kami lebih tinggi. Cinta kami tulus seperti merpati Jawa yang tiap sore dipacu beberapa anak muda dusunku.
Malam harinya, telah kami nanti bersama untuk bercinta.
Sambil menatap bulan yang terhalang mendung tanpa hujan. Mendung yang memainkan musik Waltz tanpa penari. Kamilah penarinya, aku, malam hari bersama kawanan tikus sahabat setiaku. Dengan takjub mereka berbaris rapi, menyaksikan aku berdansa Waltz di pematang sawah.
Malam hari. Bulan tertutup mendung tanpa hujan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar