Senin, 14 September 2015

Seakan Cantik – Kritik Marx terkait dengan agama atau kristianitas – Ingat Mimpi – Ingat Fantasi Lampau



Essay Fenomena Psikologi Jumat 11 September 2015

Seakan Cantik – Kritik Marx terkait dengan agama atau kristianitas –
Ingat Mimpi – Ingat Fantasi Lampau

Empat kejadian diatas terjadi dalam satu waktu ketika Jumat siang ini saya mempelajari kritik teori Marx dalam kaitan dengan agama dan kristianitas. Saat belajar saya merasa bahwa di sebelah ada beberapa gadis yang seakan-akan cantik sehingga saya tergoda untuk menoleh. Hampir langsung setelah itu saya teringat mimpi tadi malam karena saya sangat ingin menuliskan mimpi itu karena sangat unik. Saya juga ingat satu fantasi kotor masa lampau terkait dengan masalah seksual. Baik, satu per satu. Sekarang saya tuliskan dulu mimpi semalam.
Mimpi itu terjadi si suatu gedung serba guna besar macam Pasific Hall di Jalan Magelang Yogyakarta. Even saat itu adalah pertunjukan fun seperti dugem tapi anehnya terang sekali suasananya. Saya ingat waktu itu nampaknya sore hari. Matahari telah terbenam karena di luar gelap nan remang-remang.
Saya ingat pertunjukan waktu itu ada dance yang cenderung erotik. Wanita pertama tidak terlalu cantik tapi wanita selanjutnya bahenol. Rasanya ingin kubawa pulang saja.
Pergantian pengisi acara waktu itu dilakukan secara acak. Aku adalah salah satu orang yang mungkin mendapat giliran untuk perform. Hah!!! Perform apa coba???? Danse seperti itu, nyanyi, hah, yang benar saja. Saya cemas tiap kali MC mengumumkan siapakah yang mendapat giliran untuk tampil selanjutnya. Nah, tiap kali MC mengumumkan dan yang tampil bukan saya, rasanya lega sekali. Saya lantas tersenyum girang sambil melihat daftar antrian performer yang lain. Beberapa teman itu membalas senyuman saya. Eh, ada yang aneh. Rasanya ada satu dua teman yang ga jelas itu laki atau perempuan. Tapi senyumnya manis banget.
Aku lalu memutuskan untuk masuk ruang dalam, semacam ruang ganti pakaian. Luas sekali dan ada toiletnya yang sungguh absurd. Toilet itu hanya seperti lubang pembuangan yang mana dari lubang itu orang yang kencing bisa sambil melihat lantar bawah. Saluran pembuangan itu tidak rapat sehingga kecing harus hati-hati agar tidak tercecer alias klepret. Air untuk menyiram antara ada dan tiada.
Sial, pas lagi kencing ada seorang perempuan yang senyum. Ia senyum karena melihatku kencing di tempat yang salah. Hah!!!! Jangan-jangan itu tadi bukan toilet!!!!! Ga jelas banget ini gedung. Tapi rasanya tadi ada yang bilang bahwa ruang itu memang toilet. Bentuknya ya toilet tapi itu tadi, absurd. Ah, aku juga ingat, posisi kencingku juga absurd demi tidak terlihat dari luar. Yang bener saja, dindingnya dari kaca tembus pandang. Untung cuma satu wanita tadi yang lihat. Meski begitu aku selalu cemas kalau-kalau banyak orang yang lewat.
Kawan-kawan tolong bantu saya untuk menganalisis fenomena bawah sadar ini ya. Pakai freudian tidak apa-apa. Kalau ditambah pakai Jung ya semakin baik. Rasanya kejadian saya ini memiliki arti yang sangat konpleks deh. Oke lanjut.
Mimpi itu berlanjut kepada satu kejadian yang absurnya bukan main. Kalian ingat kan tadi konteks acaranya. Nah, sekarang teman-temanku yang nunggu giliran perform tadi malah tiba-tiba menyanyikan lagu pembuka dalam ibadat pernikahan katolik, judulnya Kami Langkahkan Kaki, di Altar-Mu ya Tuhan, dengan mantap kami bawa niat hati. Lagu itu, yang aku sudah hafal luar kepala. Oh ya, yang memimpin lagu itu Om Dwi. Mereka nyanyi bagus banget.
Tambah absurd lagi, jancok. Acara lantas dilanjutkan dengan Doa Syukur Agung atau inti ibadat Sakramen Ekaristi dalam gereja katolik. Entah siapa romonya. Kurang ajar lho ini panitianya, gumam dalam hatiku. Jangan-jangan ini adalah acara berkedok kristenisasi. Lha wong yang hadir banyak yang Islam kok. Banyak ibu-ibu juga yang berjilbab. Hah???? Ibu-ibu berjilbab datang ke acara yang sedianya bertemakan dugem. Cape deh!
Ekaristi berlangsung cepat. Saat komuni entah mengapa karena desak-desakan aku tidak bisa ikut, atau rasanya memang tidak mau ikut.
Singkat kata sampailah pada acara berkah penutup. Aku lihat di depan area altar ada satu atau dua bisa yang mulai meninggalkan acara. Hah,,,, ke acara yang sedianya bertemakan dugem pakai rombongan bisa segala????? Aku juga lihat ada satu perempuan yang nampaknya cantik duduk dalam bisa sembari membuat tanda salib berkah penutup.
Akhirnya acara absurd itu selesai juga. Aku lantas dengan siapa ingin menuju salah satu suduh ruangan yang lain yaitu area performance depan sebelah sana (yang kiri stage karena tadi ada di kanan stage). Aku lantas berusaha mencapai ujung tersebut melalui belakang layar. Anehnya kok sepi ya. Aku lantas lihat satu set mike dan kurni yang aku tahu ini tadi dipakai untuk brifing para pendeta. Hah!!!!!!! Ini seting belakang layar KKR orang-orang kristen yang kubenci itu!!!!!!!!! Kok tadi acaranya misa???????
Di bagian belakang saya juga melihat ada sekumpulan orang-orang yang nampaknya telah sukses dikristenisasi. Mereka diminta kumpul di ruangan yang dinamakan ruang jiwa baru. Konsep yang kurang ajar dari gaya karismatik!!!!!!!!!!!! Kurang ajar!!!!!!!!!!!!!!!!!!!! Mereka sukses juga memperdaya orang-orang non kristiani untuk dikristenisasi. Dengan acara absurd kaya tadi???? Cuih!!!!!!!!!!!!!!!
Aku lanjut jalan lagi. Kini sampai di bagian luar sebelah kiri stage. Aku lihat banyak sekali makanan-makanan mewah. Itu pasti disediakan untuk panitia dan orang-orang yang menerima diri mereka dikristenkan. Kurang ajar banget sih!!! Memaksakan agama tertentu pada orang dengan iming-iming makanan!!!!! Jangan-jangan ini semua karena desakan ekonomi alias kemiskinan alias perut keroncongan. Ah, gilak.
Waktu itu aku sendiri ingin mengambil makanan itu tapi aku represi. Aku tekan keinginan itu sehingga aku hanya lewat melulu sampai beberapa kali. Mimpi usai.
Jadi ingat mimpi satu hari atau beberapa hari sebelumnya. Mimpi ini tentang keikutsertaanku pada KKR yang mana pembicara khotbahnya adalah pak Obaja. Lucunya kami duduk di kursi panjang dengan meja seperti jaman SD dulu. Di laci meja sudah disediakan hidangan lezat-lezat. Hahahhaha, di laci mejaku sudah ada babi goreng yang dipotong besar-besar. Menggoda banget, hahahhaha..... Eh ada yang seakan cuma ayam tapi aku yakin itu babi. Kulitnya seperti ayam tapi ukurannya terlalu besar untuk ayam. Pastilah itu babi, aku yakin dah.
Lalu bisa-bisanya ya, ditengah pak Obaja khotbah, ada panitia yang sengaja membagikan permen. Memang waktunya untuk membagi permen tapi harus dilakukan dengan khidmat dan tertip. Nah, sayangnya lalu ada anak yang rewel. Ia merengek-rengek lantaran permennya dilempar temannya. Suasana agak gaduh tapi pak Obaja tetap khotbah melulu. Sampai akhirnya pak Obaja tak tahan lagi lalu marah pada anak itu. Ia sepertinya memukul ajak itu dengan kertas-kertas teks khotbahnya. Anak itu tidak takut. Suasana tidak pula jadi tegang. Hadirin nampaknya tidak terlalu peduli dengan kejadian yang sedang berlangsung misalnya dengan keributan yang disebabkan oleh anak kurang ajar itu maupun oleh khotbah pak Obaja yang bagaikan badai yang pasti berlalu dalam ketenangan.
Ibadah KKR selesai juga. Tapi kemana orang-orang? Seakan mereka lenyap dengan cepat sekali. Entah bagaimana aku dan seorang teman lantas membawa hidangan babi itu ke dapur. Kami mengambil banyak-banyak dan memasukkan ke plastik untuk dibawa pulang. Hahahahhahah...
Baik, mimpinya sampai di sini dulu.
Rasanya dua mimpi itu terkait dengan perasaanku akhir-akhir ini. Sejenis rasa gundah yang tidak tepat pula bila senada dengan gulana. Rasa yang seakan dimotori oleh kegelisahan tugas kewajiban yang tak kunjung usai karena enggan mengerjakan. Rasa yang juga disebabkan oleh akhir pekan mendebarkan ditengah tuntutan untuk menempatkan diri yang sulit. Tau sendiri lah.
Inginnya itu sekarang aku lenyap entah ke mana atau punya dana untuk pergi ke luar kota atau negara lain walau hanya sementara waktu. Aku ingin bebas dari keterkungkungan psikologis semacam ini dan solusinya hanya satu, uang. Dengan uang aku bisa melarikan diri dan move on kepada tugas kewajiban yang cerdas yaitu yang berorientasi praksis pada perolehan penghasilan.  
***
Nah, sekarang tentang inti kritik agama menurut marxisme. Dalam Marx agama adalah candu atau semata-mata merupakan wujud manifestasi buruk dari sistem ekonomi rakyat yang memaksa orang untuk hidup miskin. Agama adalah bentuk dari tekanan pertentangan antar kelas dan alienasi diri. Agama adalah bentuk ketidakberdayaan orang untuk lepas dari keterpurukan ekonomi yang olehnya orang mencari tempat pelarian diri untuk memulihkan harga diri dan kewibawaan. Agama membawa kewibawaan palsu karena orang berwibawa sesungguhnya adalah orang yang kaya secara finansial. Kalau kalian ingin membaca radikalisme dan keberanian Marx dalam kritik agama silahkan baca sendiri buku-buku beliau atau baca versi penuturan ulangnya dalam Pals (2012), Seven Thoeries of Religion. Btw, saya netral-netral saja lah karena saya ini kan orang bodoh, aku ini apa atuh.
Terakhir tentang ingatan fantasi masa lampau saya yang sungguh menjijikkan. Saking menjijikkannya saya tidak akan menceritakan secara eksplisit. Jujur saja, saking menjijikkannya, terkadang saya ingin merealisasi fantasi tersebut. Yah, setidaknya ada pengalaman praksis walau cuma sekali. Dengan demikian saya akan bisa menilai dengan praksis tentang jijik atau tidak sebenarnya itu.
Seks memang terkadang menjijikkan. Ijinkan saya untuk mengakhiri tulisan ini dengan curcolan. Sejujurnya sekitar dua atau tiga bulan lalu saya mengalami semacam frigiditas. Hasrat seksual saya hari itu tiba-tiba lenyap entah kemana. Iya dong, saya lantas berusaha dengan berbagai cara untuk menghidupkannya kembali. Saya tidak ingin kehilangan rasa bahagia itu. Saya bahkan ingin menikmati hasrat seperti SMP dulu yang begitu menggebu-gebu. Kenikmatan waktu itu rasanya tak mungkin terulang kembali.
Jadi, sejauh ini kalau ada hasrat seksual rasanya memaksa sekali. Semenjak saya merasa benar-benar lepas dari keinginan thanatos itu, hasrat seksual ikut terlepas. Berdasarkan freudian ini cukup aneh karena seks cenderung dibawa oleh eros dan bukan oleh thanatos. Jadi kalau thanatos lenyap, harusnya seks makin menguat dong!
Bagiku, rasanya eros tidak menjelma dalam seksualitas. Tapi saya lebih curiga lagi bahwasanya sedang terjadi mekanisme represi asadar yang kronik sampai-sampai hasrat seks yang sebelum hari itu menggebu-gebu tiba-tiba hilang sama sekali. Jujur, saat ini rasanya tidak ada hasrat seks sama sekali. Andai perempuan-perempuan pujaan hatiku itu kini telanjang dan strip tease di depan mataku, rasanya tidak akan ada ereksi, masturbasi, apalagi keinginan untuk berhubungan seks.
Tolong!!!!!!!!!!!!!!!!
Sebenarnya saya sudah sejak lama menginginkan kondisi ini. Saya ingin hidup tanpa gelora seks sama sekali. Ini terjadi ketika thanatos waktu itu sangat berkuasa ibarat Taliban di Afghanistan waktu itu. Padahal kan gairah hidup ada karena seks (teori Freud).
Jadi saya ini sekarang serba salah. Thanatos melemah tapi eros tidak menguat. Jadi hidup ini tidak didorong oleh eros maupun thanatos. Hidup ini didorong oleh apa coba?
Perjuangan untuk melawan penderitaan. Segalanya semata-mata adalah penderitaan. Tidak dapat dipungkiri. Satu-satunya cara untuk beradaptasi dalam kenyataan ini adalah dengan tenang seimbang agar sampai pada tahap upheksa, hidup penuh keadilan.
Sekarang tenang seimbang saja.
Rasakan upheksa.
Rasakan keadilan dalam setiap aspek. Keadilan dalam welas asih, welas asih dalam keadilan.
Welas asih adalah keadilan dan keadilan adalah welas asih.
Setiap aktivitas dilakukan bukan dengan hasrat tapi dengan kesadaran bahwa setiap tugas harus diselesaikan dengan keadilan. Keadilan adalah tanggung jawab. Keadilan adalah kesungguhan hati untuk tidak mendua dan setengah-setengah. Keadilan adalah semangat yang menghidupkan. Ia tenang dan seimbang. Tidak seperti eros atau thanatos yang mengintimidasi.
Rasakan sekali lagi. Apa sebenarnya yang kini aku alami. Ilusi, halusinasi, kebenaran, apakah itu? Apa yang kusangka tentang sesuatu jangan-jangan tak labih dari sekadar dugaan atau persepsi.
Rasakan sekali lagi. Hidup tanpa eros dan tanpa thanatos. Hidup tanpa keinginan untuk hidup atau mati. Hidup tanpa keinginan apapun. Hidup yang mencukupkan diri dalam segala yang ada. Hidup yang hidup. Hidup tanpa hidup. Hidup.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar