Essay Fenomena Psikologi Jumat 11 September 2015
Seakan
Cantik – Kritik Marx terkait dengan agama atau kristianitas –
Ingat
Mimpi – Ingat Fantasi Lampau
Empat kejadian diatas terjadi dalam
satu waktu ketika Jumat siang ini saya mempelajari kritik teori Marx dalam
kaitan dengan agama dan kristianitas. Saat belajar saya merasa bahwa di sebelah
ada beberapa gadis yang seakan-akan cantik sehingga saya tergoda untuk menoleh.
Hampir langsung setelah itu saya teringat mimpi tadi malam karena saya sangat
ingin menuliskan mimpi itu karena sangat unik. Saya juga ingat satu fantasi
kotor masa lampau terkait dengan masalah seksual. Baik, satu per satu. Sekarang
saya tuliskan dulu mimpi semalam.
Mimpi itu terjadi si suatu gedung
serba guna besar macam Pasific Hall di Jalan Magelang Yogyakarta. Even saat itu
adalah pertunjukan fun seperti dugem tapi anehnya terang sekali suasananya.
Saya ingat waktu itu nampaknya sore hari. Matahari telah terbenam karena di
luar gelap nan remang-remang.
Saya ingat pertunjukan waktu itu ada
dance yang cenderung erotik. Wanita pertama tidak terlalu cantik tapi wanita
selanjutnya bahenol. Rasanya ingin kubawa pulang saja.
Pergantian pengisi acara waktu itu
dilakukan secara acak. Aku adalah salah satu orang yang mungkin mendapat
giliran untuk perform. Hah!!! Perform apa coba???? Danse seperti itu, nyanyi,
hah, yang benar saja. Saya cemas tiap kali MC mengumumkan siapakah yang
mendapat giliran untuk tampil selanjutnya. Nah, tiap kali MC mengumumkan dan
yang tampil bukan saya, rasanya lega sekali. Saya lantas tersenyum girang
sambil melihat daftar antrian performer yang lain. Beberapa teman itu membalas
senyuman saya. Eh, ada yang aneh. Rasanya ada satu dua teman yang ga jelas itu
laki atau perempuan. Tapi senyumnya manis banget.
Aku lalu memutuskan untuk masuk
ruang dalam, semacam ruang ganti pakaian. Luas sekali dan ada toiletnya yang
sungguh absurd. Toilet itu hanya seperti lubang pembuangan yang mana dari
lubang itu orang yang kencing bisa sambil melihat lantar bawah. Saluran
pembuangan itu tidak rapat sehingga kecing harus hati-hati agar tidak tercecer
alias klepret. Air untuk menyiram
antara ada dan tiada.
Sial, pas lagi kencing ada seorang
perempuan yang senyum. Ia senyum karena melihatku kencing di tempat yang salah.
Hah!!!! Jangan-jangan itu tadi bukan toilet!!!!! Ga jelas banget ini gedung.
Tapi rasanya tadi ada yang bilang bahwa ruang itu memang toilet. Bentuknya ya
toilet tapi itu tadi, absurd. Ah, aku juga ingat, posisi kencingku juga absurd
demi tidak terlihat dari luar. Yang bener saja, dindingnya dari kaca tembus
pandang. Untung cuma satu wanita tadi yang lihat. Meski begitu aku selalu cemas
kalau-kalau banyak orang yang lewat.
Kawan-kawan tolong bantu saya untuk
menganalisis fenomena bawah sadar ini ya. Pakai freudian tidak apa-apa. Kalau
ditambah pakai Jung ya semakin baik. Rasanya kejadian saya ini memiliki arti
yang sangat konpleks deh. Oke lanjut.
Mimpi itu berlanjut kepada satu
kejadian yang absurnya bukan main. Kalian ingat kan tadi konteks acaranya. Nah,
sekarang teman-temanku yang nunggu giliran perform tadi malah tiba-tiba
menyanyikan lagu pembuka dalam ibadat pernikahan katolik, judulnya Kami
Langkahkan Kaki, di Altar-Mu ya Tuhan, dengan mantap kami bawa niat hati. Lagu
itu, yang aku sudah hafal luar kepala. Oh ya, yang memimpin lagu itu Om Dwi.
Mereka nyanyi bagus banget.
Tambah absurd lagi, jancok. Acara
lantas dilanjutkan dengan Doa Syukur Agung atau inti ibadat Sakramen Ekaristi
dalam gereja katolik. Entah siapa romonya. Kurang ajar lho ini panitianya,
gumam dalam hatiku. Jangan-jangan ini adalah acara berkedok kristenisasi. Lha
wong yang hadir banyak yang Islam kok. Banyak ibu-ibu juga yang berjilbab.
Hah???? Ibu-ibu berjilbab datang ke acara yang sedianya bertemakan dugem. Cape
deh!
Ekaristi berlangsung cepat. Saat
komuni entah mengapa karena desak-desakan aku tidak bisa ikut, atau rasanya
memang tidak mau ikut.
Singkat kata sampailah pada acara
berkah penutup. Aku lihat di depan area altar ada satu atau dua bisa yang mulai
meninggalkan acara. Hah,,,, ke acara yang sedianya bertemakan dugem pakai
rombongan bisa segala????? Aku juga lihat ada satu perempuan yang nampaknya
cantik duduk dalam bisa sembari membuat tanda salib berkah penutup.
Akhirnya acara absurd itu selesai
juga. Aku lantas dengan siapa ingin menuju salah satu suduh ruangan yang lain
yaitu area performance depan sebelah sana (yang kiri stage karena tadi ada di
kanan stage). Aku lantas berusaha mencapai ujung tersebut melalui belakang
layar. Anehnya kok sepi ya. Aku lantas lihat satu set mike dan kurni yang aku
tahu ini tadi dipakai untuk brifing para pendeta. Hah!!!!!!! Ini seting
belakang layar KKR orang-orang kristen yang kubenci itu!!!!!!!!! Kok tadi
acaranya misa???????
Di bagian belakang saya juga melihat
ada sekumpulan orang-orang yang nampaknya telah sukses dikristenisasi. Mereka
diminta kumpul di ruangan yang dinamakan ruang jiwa baru. Konsep yang kurang
ajar dari gaya karismatik!!!!!!!!!!!! Kurang ajar!!!!!!!!!!!!!!!!!!!! Mereka
sukses juga memperdaya orang-orang non kristiani untuk dikristenisasi. Dengan
acara absurd kaya tadi???? Cuih!!!!!!!!!!!!!!!
Aku lanjut jalan lagi. Kini sampai
di bagian luar sebelah kiri stage. Aku lihat banyak sekali makanan-makanan
mewah. Itu pasti disediakan untuk panitia dan orang-orang yang menerima diri
mereka dikristenkan. Kurang ajar banget sih!!! Memaksakan agama tertentu pada
orang dengan iming-iming makanan!!!!! Jangan-jangan ini semua karena desakan
ekonomi alias kemiskinan alias perut keroncongan. Ah, gilak.
Waktu itu aku sendiri ingin
mengambil makanan itu tapi aku represi. Aku tekan keinginan itu sehingga aku
hanya lewat melulu sampai beberapa kali. Mimpi usai.
Jadi ingat mimpi satu hari atau
beberapa hari sebelumnya. Mimpi ini tentang keikutsertaanku pada KKR yang mana
pembicara khotbahnya adalah pak Obaja. Lucunya kami duduk di kursi panjang
dengan meja seperti jaman SD dulu. Di laci meja sudah disediakan hidangan
lezat-lezat. Hahahhaha, di laci mejaku sudah ada babi goreng yang dipotong
besar-besar. Menggoda banget, hahahhaha..... Eh ada yang seakan cuma ayam tapi
aku yakin itu babi. Kulitnya seperti ayam tapi ukurannya terlalu besar untuk
ayam. Pastilah itu babi, aku yakin dah.
Lalu bisa-bisanya ya, ditengah pak
Obaja khotbah, ada panitia yang sengaja membagikan permen. Memang waktunya
untuk membagi permen tapi harus dilakukan dengan khidmat dan tertip. Nah,
sayangnya lalu ada anak yang rewel. Ia merengek-rengek lantaran permennya
dilempar temannya. Suasana agak gaduh tapi pak Obaja tetap khotbah melulu.
Sampai akhirnya pak Obaja tak tahan lagi lalu marah pada anak itu. Ia
sepertinya memukul ajak itu dengan kertas-kertas teks khotbahnya. Anak itu
tidak takut. Suasana tidak pula jadi tegang. Hadirin nampaknya tidak terlalu
peduli dengan kejadian yang sedang berlangsung misalnya dengan keributan yang
disebabkan oleh anak kurang ajar itu maupun oleh khotbah pak Obaja yang
bagaikan badai yang pasti berlalu dalam ketenangan.
Ibadah KKR selesai juga. Tapi kemana
orang-orang? Seakan mereka lenyap dengan cepat sekali. Entah bagaimana aku dan
seorang teman lantas membawa hidangan babi itu ke dapur. Kami mengambil
banyak-banyak dan memasukkan ke plastik untuk dibawa pulang. Hahahahhahah...
Baik, mimpinya sampai di sini dulu.
Rasanya dua mimpi itu terkait dengan
perasaanku akhir-akhir ini. Sejenis rasa gundah yang tidak tepat pula bila
senada dengan gulana. Rasa yang seakan dimotori oleh kegelisahan tugas
kewajiban yang tak kunjung usai karena enggan mengerjakan. Rasa yang juga
disebabkan oleh akhir pekan mendebarkan ditengah tuntutan untuk menempatkan
diri yang sulit. Tau sendiri lah.
Inginnya itu sekarang aku lenyap
entah ke mana atau punya dana untuk pergi ke luar kota atau negara lain walau
hanya sementara waktu. Aku ingin bebas dari keterkungkungan psikologis semacam
ini dan solusinya hanya satu, uang. Dengan uang aku bisa melarikan diri dan
move on kepada tugas kewajiban yang cerdas yaitu yang berorientasi praksis pada
perolehan penghasilan.
***
Nah, sekarang tentang inti kritik
agama menurut marxisme. Dalam Marx agama adalah candu atau semata-mata
merupakan wujud manifestasi buruk dari sistem ekonomi rakyat yang memaksa orang
untuk hidup miskin. Agama adalah bentuk dari tekanan pertentangan antar kelas
dan alienasi diri. Agama adalah bentuk ketidakberdayaan orang untuk lepas dari
keterpurukan ekonomi yang olehnya orang mencari tempat pelarian diri untuk
memulihkan harga diri dan kewibawaan. Agama membawa kewibawaan palsu karena
orang berwibawa sesungguhnya adalah orang yang kaya secara finansial. Kalau
kalian ingin membaca radikalisme dan keberanian Marx dalam kritik agama silahkan
baca sendiri buku-buku beliau atau baca versi penuturan ulangnya dalam Pals
(2012), Seven Thoeries of Religion.
Btw, saya netral-netral saja lah karena saya ini kan orang bodoh, aku ini apa
atuh.
Terakhir tentang ingatan fantasi
masa lampau saya yang sungguh menjijikkan. Saking menjijikkannya saya tidak
akan menceritakan secara eksplisit. Jujur saja, saking menjijikkannya,
terkadang saya ingin merealisasi fantasi tersebut. Yah, setidaknya ada
pengalaman praksis walau cuma sekali. Dengan demikian saya akan bisa menilai
dengan praksis tentang jijik atau tidak sebenarnya itu.
Seks memang terkadang menjijikkan.
Ijinkan saya untuk mengakhiri tulisan ini dengan curcolan. Sejujurnya sekitar
dua atau tiga bulan lalu saya mengalami semacam frigiditas. Hasrat seksual saya
hari itu tiba-tiba lenyap entah kemana. Iya dong, saya lantas berusaha dengan
berbagai cara untuk menghidupkannya kembali. Saya tidak ingin kehilangan rasa
bahagia itu. Saya bahkan ingin menikmati hasrat seperti SMP dulu yang begitu
menggebu-gebu. Kenikmatan waktu itu rasanya tak mungkin terulang kembali.
Jadi, sejauh ini kalau ada hasrat
seksual rasanya memaksa sekali. Semenjak saya merasa benar-benar lepas dari
keinginan thanatos itu, hasrat seksual ikut terlepas. Berdasarkan freudian ini
cukup aneh karena seks cenderung dibawa oleh eros dan bukan oleh thanatos. Jadi
kalau thanatos lenyap, harusnya seks makin menguat dong!
Bagiku, rasanya eros tidak menjelma
dalam seksualitas. Tapi saya lebih curiga lagi bahwasanya sedang terjadi
mekanisme represi asadar yang kronik sampai-sampai hasrat seks yang sebelum
hari itu menggebu-gebu tiba-tiba hilang sama sekali. Jujur, saat ini rasanya
tidak ada hasrat seks sama sekali. Andai perempuan-perempuan pujaan hatiku itu
kini telanjang dan strip tease di depan mataku, rasanya tidak akan ada ereksi,
masturbasi, apalagi keinginan untuk berhubungan seks.
Tolong!!!!!!!!!!!!!!!!
Sebenarnya saya sudah sejak lama
menginginkan kondisi ini. Saya ingin hidup tanpa gelora seks sama sekali. Ini
terjadi ketika thanatos waktu itu sangat berkuasa ibarat Taliban di Afghanistan
waktu itu. Padahal kan gairah hidup ada karena seks (teori Freud).
Jadi saya ini sekarang serba salah.
Thanatos melemah tapi eros tidak menguat. Jadi hidup ini tidak didorong oleh
eros maupun thanatos. Hidup ini didorong oleh apa coba?
Perjuangan untuk melawan
penderitaan. Segalanya semata-mata adalah penderitaan. Tidak dapat dipungkiri.
Satu-satunya cara untuk beradaptasi dalam kenyataan ini adalah dengan tenang
seimbang agar sampai pada tahap upheksa, hidup penuh keadilan.
Sekarang tenang seimbang saja.
Rasakan upheksa.
Rasakan keadilan dalam setiap aspek.
Keadilan dalam welas asih, welas asih dalam keadilan.
Welas asih adalah keadilan dan
keadilan adalah welas asih.
Setiap aktivitas dilakukan bukan dengan
hasrat tapi dengan kesadaran bahwa setiap tugas harus diselesaikan dengan
keadilan. Keadilan adalah tanggung jawab. Keadilan adalah kesungguhan hati
untuk tidak mendua dan setengah-setengah. Keadilan adalah semangat yang
menghidupkan. Ia tenang dan seimbang. Tidak seperti eros atau thanatos yang
mengintimidasi.
Rasakan sekali lagi. Apa sebenarnya
yang kini aku alami. Ilusi, halusinasi, kebenaran, apakah itu? Apa yang
kusangka tentang sesuatu jangan-jangan tak labih dari sekadar dugaan atau
persepsi.
Rasakan sekali lagi. Hidup tanpa
eros dan tanpa thanatos. Hidup tanpa keinginan untuk hidup atau mati. Hidup
tanpa keinginan apapun. Hidup yang mencukupkan diri dalam segala yang ada.
Hidup yang hidup. Hidup tanpa hidup. Hidup.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar