Essay Sosial 8 September 2015
Hari
Ketiga Lenin dan Marx
Respon atas tulisan Emha Ainun Nadjib: Aya iya, mas
doktor? Dalam Nadjib, E. A. (1992). Secangkir
Kopi Jon Pakir. Bandung: Penerbit Mizan.
Saya belum menyempatkan diri untuk
mendalami setiap sisi ajaran Lenin dan Marx (& Angels tentunya). Ada sisi
positif, ada sisi negatif, ada sisi menyenangkannya, dan ada sisi-sisi yang
lain pastinya. Whatever, saya pakai mitos saja, konon ajaran mereka-mereka itu
tepat nan relevan untuk kalangan miskin terpinggirkan yang tak tertahankan
lagi. Dimana ada kaum tertindas, Lenin dkk itu sedang menghembuskan nafas
kehidupannya (kembali). Let us unite!!!
Samar terlihat dalam masyarakat saat
kini, mozaik-mozaik dan fragmen-fragmen sosialisme, komunisme, tapi juga
kapitalisme yang ingin bersaing. Kapitalisme selalu begitu, aku juga sih.
Nampaknya Indonesia ini tidak bisa
seperti Iran di bawah revolusi Ayatullah Khomeini alias Ruhullah. Revolusi
Indonesia jelas sekali terwujud dalam bentuk transformasi dari sosialis menuju
komunis, dari komunis menuju kapitalis, dan dari kapitalis menuju neo
kapitalis. Sekarang juga sedang revolusi kok, dari neo kapitalis menuju? Kalau
kemiskinan makin tak tertahankan............
Anyway, itu hanyalah pikiran saya
yang pastilah menurut para pakar yang sesungguhnya dicap tidak bermutu. Okay.
Memang iya, masalah buat loh?
Sebagai bagian dari kaum marginal,
kaum tertindas, kaum miskin, arus bawah, masyarakat biasa, bahkan sampah
masyarakat (baca: disampahkan masyarakat), saya cuma ingin bilang bahwa selalu
ada positif dan negatif dalam tiap ajaran filsafat. Iya kah? Hmm,, ada sisi
positif dalam komunisme maupun sosialisme. Apa itu positif? Ajaran yang
baik-baik gitu, yang berguna untuk kehidupan. Apa itu ajaran? Apa itu baik? Apa
itu berguna? Apa itu kehidupan?
Jadi panjang melebar. Tanpa tepi
atau bertepi samar imaginer seperti kosmos yang terus mengembang. Tak pernah
ada kesimpulan final, tak pernah ada yang namanya sukses itself.
Tapi ada.
Bagiku ada final. Bagiku ada sukses
itself. Itulah yang kupahami dari ajaran Lenin, Marx, dan Angels. Bukan sisi
positif atau negatifnya. Bukan baik dan buruknya. Ah, aku bukan Tuhan yang bisa
membuat justifikasi seperti itu. Tetapi? Sisi terdalam? Entahlah! Bagiku mereka
mengajarkan untuk mencukupkan diri dengan hidup pada saat ini dan di sini.
Dengan ini aku (Jawa: kita) bisa merasakan makna hidup yang memang ada.
Pointnya bukan pada miskin atau tidak miskin tapi pada benarkah yang selama ini
kupahami tentang kehidupan? Ah, ga bener ini!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar