Senin, 14 September 2015

Hari Ketiga Lenin dan Marx



Essay Sosial 8 September 2015
Hari Ketiga Lenin dan Marx
Respon atas tulisan Emha Ainun Nadjib: Aya iya, mas doktor? Dalam Nadjib, E. A. (1992). Secangkir Kopi Jon Pakir. Bandung: Penerbit Mizan.

Saya belum menyempatkan diri untuk mendalami setiap sisi ajaran Lenin dan Marx (& Angels tentunya). Ada sisi positif, ada sisi negatif, ada sisi menyenangkannya, dan ada sisi-sisi yang lain pastinya. Whatever, saya pakai mitos saja, konon ajaran mereka-mereka itu tepat nan relevan untuk kalangan miskin terpinggirkan yang tak tertahankan lagi. Dimana ada kaum tertindas, Lenin dkk itu sedang menghembuskan nafas kehidupannya (kembali). Let us unite!!!
Samar terlihat dalam masyarakat saat kini, mozaik-mozaik dan fragmen-fragmen sosialisme, komunisme, tapi juga kapitalisme yang ingin bersaing. Kapitalisme selalu begitu, aku juga sih.
Nampaknya Indonesia ini tidak bisa seperti Iran di bawah revolusi Ayatullah Khomeini alias Ruhullah. Revolusi Indonesia jelas sekali terwujud dalam bentuk transformasi dari sosialis menuju komunis, dari komunis menuju kapitalis, dan dari kapitalis menuju neo kapitalis. Sekarang juga sedang revolusi kok, dari neo kapitalis menuju? Kalau kemiskinan makin tak tertahankan............
Anyway, itu hanyalah pikiran saya yang pastilah menurut para pakar yang sesungguhnya dicap tidak bermutu. Okay. Memang iya, masalah buat loh?
Sebagai bagian dari kaum marginal, kaum tertindas, kaum miskin, arus bawah, masyarakat biasa, bahkan sampah masyarakat (baca: disampahkan masyarakat), saya cuma ingin bilang bahwa selalu ada positif dan negatif dalam tiap ajaran filsafat. Iya kah? Hmm,, ada sisi positif dalam komunisme maupun sosialisme. Apa itu positif? Ajaran yang baik-baik gitu, yang berguna untuk kehidupan. Apa itu ajaran? Apa itu baik? Apa itu berguna? Apa itu kehidupan?
Jadi panjang melebar. Tanpa tepi atau bertepi samar imaginer seperti kosmos yang terus mengembang. Tak pernah ada kesimpulan final, tak pernah ada yang namanya sukses itself.
Tapi ada.
Bagiku ada final. Bagiku ada sukses itself. Itulah yang kupahami dari ajaran Lenin, Marx, dan Angels. Bukan sisi positif atau negatifnya. Bukan baik dan buruknya. Ah, aku bukan Tuhan yang bisa membuat justifikasi seperti itu. Tetapi? Sisi terdalam? Entahlah! Bagiku mereka mengajarkan untuk mencukupkan diri dengan hidup pada saat ini dan di sini. Dengan ini aku (Jawa: kita) bisa merasakan makna hidup yang memang ada. Pointnya bukan pada miskin atau tidak miskin tapi pada benarkah yang selama ini kupahami tentang kehidupan? Ah, ga bener ini!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar