Senin, 14 September 2015

Yang Kupahami Tentang Psikoanalisis



Essay Psikoanalisis Kamis, 10 September 2015
Yang Kupahami Tentang Psikoanalisis
Sejauh pembacaan saya atas diskursus psikoanalisis terutama dalam konteks Freudian, saya tidak mendapati satu konklusi yang menyatakan kemungkinan bagi seseorang untuk memperluas area kesadarannya dan mengikis area ketidaksadarannya. Ikuti penjelasan di bawah ini untuk mengetahui apa yang sebenarnya saya maksud.
Lihatlah sekarang parabel gunung es itu. Menurut saya kajian psikoanalisis hendak menyatakan bahwa gunung es tidak pernah bisa naik atau turun namun bisa mengecil maupun membesar. Gunung es tidak bisa turun karena memang tidak dimungkinkan oleh teorema massa jenis. Gunung es juga tidak bisa naik ke permukaan seutuhnya misalnya karena tidak dimungkinkan oleh teorema massa jenis juga. Teorema massa jenis hendak mengatakan tentang dasar keseimbangan bagi gunung es itu sendiri.  Bagian tenggelam menjadi dasar bagi bagian permukaan yang tampak oleh mata.
Bagi gunung es tersebut, sekarang kemungkinannya tinggal untuk membesar atau mengecil. Ketika gunung es membesar maka area nampak menjadi makin besar diiringi oleh area tenggelam yang juga makin besar. Ketika gunung es menyusut, area nampak akan makin kecil yang dibarengi dengan area tenggelam yang juga makin kecil. Gunung es sendiri tidak dapat musnah karena ia adalah gambaran eksistensi manusia dengan kesadarannya (bagian nampak di permukaan) dan ketidaksadarannya (bagian yang tenggelam).
Anda sudah mengerti maksud saya? Ini adalah keyakinan filosofis saya sendiri atas pembacaan diskursus psikoanalisis terutama freudian. Apakah saya benar demikian? Tinggal sekarang bisa atau tidak bisa keyakinan filosofis saya tersebut difalsifikasi. Nah, untuk sederhananya sekarang, tanyakan saja pada diri sendiri. Mungkinkah sadar sepenuhnya seperti konsep pencerahan Buddhisme? Atau jangan-jangan point Buddhisme bukan pada peningkatan area kesadaran freudian? Bagaimana cara melakukan falsifikasi? Metodologi kuantitatif sering menjadi solusi namun saya sanksi. Metodologi kualitatif nampak lebih relevan. Mix method mungkin bisa jadi jalan tengah. Silahkan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar