Proisi 29 September 2015
Mengorbit
Setiap benda angkasa pasti mengorbit
pada sesuatu lain yang memiliki massa lebih besar. Benda bermassa besar
menyebabkan gravitasi yang memaksa setiap benda dalam radius tertentu mengorbit
padanya. Kita lihat bulan, ia mengorbit pada bumi. Bumi, mengorbit pada
matahari. Matahari, mengorbit pada pusat Bima Sakti. Bima Sakti juga tidak
diam. Pergerakan misteriusnya seperti mengorbit pada entitas mahadahsyat. Orbit
Bima Sakti itu akan memaksa Bima Sakti membentur Andromeda sekian miliar tahun
dari sekarang. Bagaimana nasib tata surya matahari dan bumi kita ini?
Kiamatkah?
Tidak kesana. Kiamat, nasib buruk,
pasti dialami manusia bila tidak mengorbit sebagaimana mestinya. Aku, mengorbit
pada Sesuatu Bermassa Besar. Orbitku lurus dalam lengkungan sempurnanya. Ini
seperti roda lingkaran sempurna. Dengan melihat relativisme atas bawah,
pointnya bukan seperti roda yang kada di atas dan kadang di bawah. Namun,
seperti roda lingkaran sempurna itu, ia tak bisa diam. Kalau tidak mundur pasti
maju. Kalau tidak berkembang pasti menyusut. Kosmos ini juga begitu. Kalau
tidak membesar pasti mengecil sampai titik singularitas. Kalau tidak tambah
kaya pasti tambah miskin. Kalau tidak tambah bodoh pasti tambah cerdas.
Hari ini aku diinspirasi oleh proyek
Indovidgram. Orang-orang hebat berdedikasilah di belakang Indovidgram tersebut.
Saya suka kehidupan kerja mereka yang inspiratif. Tentu akan banyak orang yang
ngebet jadi artis akan mengikuti orbit mereka. Hah? Mungkinkah orbit Bumi
misalnya, dilalui oleh planet lain juga. Kalaupun bisa, planet lain itu pasti
memiliki variasi massa yang berbeda dengan Bumi sehingga kecepatan
revolusinyapun akan berbeda. Maka, planet lain itu pasti akan hancur karna
berbenturan dengan Bumi. Bumipun akan ikut hancur. Maka dari pada itu sistem
seperti ini tidak diijinkan oleh kaidah hukum alam kosmos. Bila suatu benda
ingin mengorbit pada matahari misalnya, ia tidak boleh dan memang tidak bisa
memposisikan diri seperti Bumi. Ia harus mencari orbitnya sendiri dengan mengatur
massa atau gravitasinya. Katakanlah seperti Sedna, meski amat jauh namun ia
otentik. Ia bahkan mirip komet yang fantastis itu. Tapi bentuknya bulat,
mungkin lunak kalau diinjak. Mungkin ia tersusun dari gas dan uap panas,
mungkin ada kehidupan di sana. Batu-batu yang saling bicara dalam dunia ruh
batu. Mereka menyangka hanya di Sedna sajalah ada kehidupan. Mereka menganggap
manusia Bumi tak lebih dari seonggok benda-benda melayang terbawa angin.
Mengorbit ayo mengorbit. Kan selalu
ada lintasan kosong yang belum dilalui benda lain. Selalu ada kesempatan
mengada, tinggal bagaimana mengatur massa dan gravitasinya itu tadi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar