Puisi Stensilan 5 Oktober 2015
Beberapa
kelucuan negri
- Katung-katung jenazah pendeta Paulus. Ada apa dengan keluarga? Kenapa tidak mau terima jenazah? Tidak punya tempat di rumah? Tidak mampu sewa PUKJ? Kemana saja jemaatnya? Tidak ada yang peduli dengan bapak gembalanya? Habis manis sepah dibuang? Atau sepah terus? Aneh sekali kalau jenazah sanah family sendiri tidak ada yang mau mengambil dari rumah sakit. Sudah diambil, eh, malah dikembalikan. Aneh. Kasihan pak Paulusnya kalau aku. Terkatung gelisah.
- Bandingkan lawatan luar negri Setnov cs VS Ganjar cs! Koran tempo selasa, 29 September 2015 halaman 15 sudah menulis laporan jurnalis yang amat lengkap mengenai kegiatan Ganjar cs di luar negri. Kok Setnov cs kesannya hanya jalan-jalan ya? Kalau ketemu Trump sih bagiku sah-sah saja. Namanya juga silaturahmi. Ah, jangan-jangan saya aja yang belum baca pemberitaan mengenai kegiatan Setnov cs di luar negri. Btw, yang penting bukan kegiatan artifisial.
- Ngomong-ngomong tentang artifisialitas, banyak hal yang aku pandang artifisial. Makanan contohnya. Makin artifisial saja. Cuma makan pake dikemas dengan piring mahal segala, dianter orang khusus, dibungkus plastik elastis, padahal isinya, aduh! Harganya, aduh! Sebelum dipak, ditimbang dulu gizinya, nasinya ditimbang, sayurnya ditimbang, ah, gilak! Artifisial! Kalau dilihat manusia bawah kolong jembatan, apakah sajian seperti itu manusiawi? Tidak! Tapi artifisial.
- Andai semua anggota DPR dan para Mentri atau semua jajaran pemerintahan saja, mempublikasikan total harta kekayaannya melalui BPK misalnya, maka rakyat akan sedikit terhibur. Setidaknya kami bisa melihat orang-orang kaya ditengah hawa kemelaratan tak tertahankan ini.
- Berkas tuntutan 6374 halaman untuk mantan bupati Bangkalan Fuad Amin Imron itu kalau diterbitkan jadi buku mungkin akan jadi best seller. Animo pembaca akan tinggi karena daftar korupsi atau semacamnya yang terbungkus rapi dalam kata-kata penyair sejati. Lagi pula, pembaca juga akan diuntungkan karena buku itu nantinya juga bisa jadi hurup-hurup.
- Doa paranormal untuk Ahok: ayam putih kepala merah untuk kesucian, ayam cemani untuk menghilangkan angkara murka, boneka mr. Bean untuk menghalau musuh dengan rasa sakit, kemenyan untuk pewangi ruang-ruang Jakarta yang mayoritas parfumnya dari kendaraan bermotor. Adapula dua gadis cantik, mengingatkan agar Ahok jangan poligami. Ada dua paranormal dengan tangan ke atas, mungkin mengingatkan agar Ahok juga refreshing ke diskotik untuk shake it up, hands up. Eh, jangan-jangan paranormal itu cuma terbawa emosi karena habis dugem semalaman?
- Untuk Jati: aku juga katakan terimakasih kepada AS yang waktu itu mengebom Hirosima dan Nagasaki. Dengan begitu Jepang lalu keluar dari Indonesia sehingga Indonesia merdeka. Jadi kalau sebagian dari Freeport dikuasai Amerika, ya tidak apa-apa, untuk balas budi gitu. Iya sih. Semua itu masalah ekonomi yang harus saling balas budi.
- Dana amanah Soekarno: isumu masih menggaungkan beberapa kontroversi. Aku senang bila keberadaanmu benar adanya. Bagiku dana amanah itu adalah warisan dari kerajaan Mataram. Dana itu dikumpulkan oleh dinasti Mataram di bawah Mahapatih Gadjah Mada. Nah, waktu itu Majapahit lalu goyah karena ulah Raden Patah. Mengapa Raden Patah berani memecah belah? Karena disponsori oleh kolonial Belanda (dan sekutunya) yang hendak datang ke Indonesia. Telah menjadi rahasiam umum waktu itu bahwa bangsa Barat itu hebat-hebat. Masyarakat juga telah tahu kisah-kisah kepahlawanan dari Yunani maupun Persia. Jadi, hadirnya bangsa penjajah ke Indonesia semata-mata adalah untuk merampas harta kekayaan yang dikumpulkan Majapahit atau Mataram Kuno. Untuk cari rempah-rempah? Bah!!! Omong kosong besar itu! Bangsa Eropa telah hidup ribuan tahun dengan makanan setempat. Mereka telah beradaptasi dengan makanan yang ada di tanah Eropa. Jadi, mereka pada dasarnya tidak butuh rempah-rempah dari Indonesia. Lihat saja kenyataan perdagangan masa kini. Swiss misalnya, lebih bangga dengan fonduenya dari pada dengan tempe bengok kan!!!!
- Ketika Hardvard berdiri, bangsa Indonesia masih dikuasai oleh Ken Arok yang memperjuangkan hati Ken Dedes.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar