Puisi 9 Oktober 2015
Curi
Pandang
Tadi ada 2 perempuan lugu yang Nampak belum dapat predikat ‘anak perpus’.
Mereka masuk Pusdok Verhaar & Artati di basement sunyi ini.
Entah cari buku apa, mereka bingung.
Dari sela-sela rak, sambil duduk manis karna lagi menulis, aku curi
pandang pada salah satu gadis itu.
Aduh, manisnya!
Mereka berjalan mendekat ke arahku. Disambangilah rak buku sebelah
mejaku.
Lalu perempuan yang tadi tidak kucuri pandang bertanya, “Bukunya ditaruh
di mana ya pak?”
Gebrak!!! Kurang ajar!!! Lonthe asu tenan!!! Jingan!!! Mugo-mugo tempekmu
kobong!!!
Aku dipanggil ‘pak’??? Bangsat!!! Keparat ra patot!!!
Akhir-akhir ini aku memang suka pakai pantofel, celana kain hitam lurik
setelan jas, dan hem batik.
Memang lagi senang berdandan tuwa sih.
Mungkin mereka sangka aku ini dosen apa gitu.
Sayangnya tadi waktu dia yang tidak kucuri pandang bertanya, “Bukunya
ditaruh di mana ya pak?”
aku tidak curi pandang lagi pada yang manis.
Dia yang bertanya, “Bukunya ditaruh di mana ya pak?” memang tidak terlalu
cantik.
Aku cuma ingin
bilang bahwa dia yang kucuri pandang atau yang tidak bertanya, “Bukunya ditaruh
di mana ya pak?” memang super cantik. Impresi darinyalah yang mendorong aku
menulis puisi ini. Diberkatilah dia itu. Yang bertanya , “Bukunya ditaruh
di mana ya pak?” semoga tidak terberkati.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar