Minggu, 11 Oktober 2015

Sunni dan Syiah



Essay 12 Oktober 2015
Sunni dan Syiah

Indonesia ini Sunni atau Syiah?
Katanya, sunni dicirikan oleh penghayatan spiritual yang lebih pribadi. Sunni tidak mengkhultuskan imam sebagaimana dalam tradisi syiah. Bila syiah selalu menganut ajaran sekunder dari imam, sunni lebih senang dengan ajaran primern yang dapat orang peroleh sendiri melalui penghayatan atas teks-teks kitab suci.
Orang syiah cemas dan menganggap sunni sesat karena tradisi sunni berbahaya. Mengapa berbahaya? Karena penghayatan agama bisa liar, tidak lagi terstruktur, sistematis, dan massif sebagaimana bila bersumber pada petuah-petuah imam. Orang syiah cemas bahwa tradisi sunni akan membuat penghayatan agama jadi sak geleme dhewe alias semaunya sendiri, tergantung pada dapure umat.
Orang sunni juga cemas bahwa syiah membawa kesesatan pada manusia. Mengapa? Karena tradisi syiah membuat orang selalu patuh pada imam yang belum tentu benar adanya. Kecemasan sunni makin parah misalnya dalam kasus totoknya tradisi syiah Taliban. Ajaran Mullah Omar cs mengharamkan meja kursi, sendok garpu piring, musik, dsb. Sunni nampaknya menganggap ajaran ini terlalu mengada-ada alias berdasar pada tafsir yang kurang mendalam atas fikih. Yah mungkin tafsirnya memang benar tapi terlalu literal sehingga kurang menyesuaikan dengan keadaan jaman.
Ini joke lucu untuk menggoda kaum syiah yang selalu menekankan bahwa dalam segala aspek harus mengikuti teladan nabi, bahwa dalam segala kegiatan manusia harus berdasarkan ajaran agama. Kata orang sunni, lalu bagaimana cara untuk buang air besar? Apakah agama dan nabi memberi contoh posisi yang baik untuk buang air besar? Hahhahahah,,, semoga lucu. Inilah kegelisahan tradisi sunni.
Tentang fikih atau prinsip-prinsip tradisi sunni dan syiah, anda dalam melakukan penelusuran yang lebih mendalam. Saya ingin mengambil point yang lain.
Mari sekarang kita lihat ke Timur Tengah. Setidaknya lihatlah tayangan-tayangan Youtube misalnya video jamaah yang sedang menjalankan shalat. Beberapa hari lalu saya melihat banyak jamaah kelas kakap yang sedang menjalankan shalat jenazah untuk almarhum Syeikh Rasyid, putra Syeikh Muhammad bin Rasyid Al-Maktoum, perdana mentri UEA sekaligus raja negara bagian Dubai. Video itu menarik. Jelas terlihat orang sunni dan syiah dalam satu ruangan menjalankan sholat yang sedikit berbeda. Hey, di UEA yang negara super maju, sunni dan syiah akur tuh! Miapah? Karena perut mereka kenyang!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!! Hahahhahahahahah!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!! Sebentar, tidak sesederhana ini. Setidaknya point saya bukan di sini.
Mari melihat lebih jauh namun dengan sedikit reduksionistik. Kita daftar dulu negara-negara yang cenderung syiah dan sunni. Negara yang cenderung sunni: Qatar, Saudi, UEA, Turki, Bahrain, dan Kuwait. Negara yang cenderung Syiah: Irak, Suriah, Iran, Yaman, Mesir, dan Libia. Kalau kita lihat, negara-negara yang cenderung sunni itu lebih condong ke Barat. Lihat saja hubungan mereka dengan barat yang akur-akur saja. Dampaknya? Negara mereka aman kan! Maju kan! Jadi, kesimpulan 1: tradisi sunni cenderung beraliran kiri atau Barat. Kalau syiah? Waduh, konflik melulu. ISIS di Irak dan Suriah sudah jelas. Afghanistan yang masih ababil antara sunni dan syiah, sekarang memanas. Lihat juga, poros Rusia, jelas memihak Assad yang notabene syiah Suriah. Jadi, kesimpulan 2: tradisi syiah cenderung beraliran kanan atau Timur.
Aliran kiri ada di bawah komando Amerika, Nato, dan sekutunya. Aliran kanan ada di bawah komando Rusia, Tiongkok, India, dan sekutunya. Nah, Indonesia ini mau sunni atau syiah? Sederhananya kalau dari mainstream, nampaknya Indonesia cenderung sunni karena syiah tergolong minoritas yang tertindas.
Tapi sunni sejatikah Indoensia? Sunnikah bila masih tergantung pada MUI? Dari sudut pandang nama, Muhammadiyah memang terlihat amat sunni namun Nahdatul Ulama, terasa amat syiah.
Lagi, kita lihat di akar rumput. Di satu kabupaten di Pulau Jawa, masyarakatnya cenderung kurang terpelajar sehingga dalam menjalankan kehidupan selalu mengikuti apa kata ustad setempat. Suatu saat sang ustad bilang bahwa silaturahmi ke rumah orang non muslim haram hukumnya. Masyarakatpun berbondong-bondong memboikot acara yang diselenggarakan sang non muslim. Alhasil, hidangan yang sudah disediakan si fullan sia-sia. Eh tidak, hidangan itu diberikan pada kawanan ikan yang mungkin masih bersaudara dengan ikan yang dulu memangsa nabi Yunus. Hehe.
Jadi, Indonesia ada di mana? Nampaknya Indonesia bisa dikatakan sunni bisa juga dikatakan syiah. Indonesia juga bukan sunni juga bukan syiah. Indonesia dengan prinsip Ketuhanan Yang Maha Esa itu canggih kok, apa yang baik dari sunni dan syiah diambil dan diamalkan dan apa yang tidak baik dari sunni dan syiah ditinggalkan. Semoga memang canggih seperti itu.
Lebih jauh, tentang konspirasi kiri kanan tadi, sunni berhaluan kiri dan syiah berhaluan kanan, Indonesia gimana itu? Mau kiri kanan kiri kanan kiri kanan, nanti cantik! Kiri kanan kiri kanan cantik, cantik. Ga bisa dong.
Katanya sih Indonesia itu non blog.
Nampaknya tidak akan ada non blog di masa depan.
Kalau melihat dari kemajuan ekonomi Indonesia, jelas Indonesia lebih kiri alias lebih berhaluan barat yang sunni. Mari lihat lebih jauh. Semua ini terkait dengan perang dunia ketiga. Perang ini bukan melulu masalah militer namun meliputi masalah dalam berbagai bidang seperti ekonomi dan politik.
Perang dunia ketiga tidak memberi kemungkinan pada suatu negara untuk non blog, apalagi Indonesia. Keberpihakan akan selau ditegakkan. Mengapa Indoneisa harus berpihak? Mengapa Indonesia tak bisa non blog? Karena posisi geografis Indonesia yang super strategis.
Mari lihat probabilitas atau posibilitasnya:
1.       Apabila Indonesia condong ke barat, maka poros kekuatan barat akan makin kuat di Asia Tenggara. Dengan dukungan Australia yang jelas barat, seluruh Asia Pasifik akan dengan mudah takluk ke tangan peradaban barat. Bila Asia Pasifik telah dikuasai Barat, Tiongkok, Korea Utara, dan Rusia tinggal menunggu waktu untuk jatuh.
2.       Bila Indonesia condong ke timur, maka dengan dukungan Tiongkok dan Rusia, Australia dan seluruh Asia Pasifik akan tumbang dengan cepat. Dengan dikuasainya Asia Pasifik seperti ini, Amerika akan terkepung dari barat dan timur. Amerika dan sekutunya pasti akan kalah perang.
3.       Bila Indonesia non blog, kekuatan barat dan timur akan bersaing pertama-tama di Indonesia (karena posisi geografis Indonesia yang super strategis). Entah siapa yang menang tapi pasti Indonesia akan hancur lebur jadi rebutan dua poros. Poros pemenang akan juga memenangkan Asia Pasifik yang menjadi kunci kemenangan umum perang dunia ketiga.

Jadi kesimpulannya, posisi Indonesia akan sangat menentukan pihak yang menang dalam perang dunia ketiga. Keberpihakan Indonesia sangat krusial.
Jadi, persoalan sunni dan syiah dalam tulisan ini lebih dipandang dengan pendekatan konspirasi politik ekonomi dari pada teologis.
Sekarang terus ngapa? Lalu langkah seperti apa yang harus diambil? Terus bagaimana kita harus bersikap?
Setidaknya kita tak lagi naïf dengan menganggap perbedaan filosofi intern agama hanya sebatas masalah teologi. Pendekatan lain bisa dilakukan untuk melihat permasalahan secara lebih luas misalnya dalam hal ini sunni syiah juga termasuk problema ekonomi, politik, bahkan militer.
Terus ngapa?
Yah setidaknya kita tak usah lagi berdebat gitu-gitu lah ya. Kebenaran itu kan selalu relatif kan. Pretty Asmara misalnya, menurut kita gendut tapi menurut kaum gajah mungkin termasuk kurusan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar