Essay 12 Oktober 2015
Sunni
dan Syiah
Indonesia ini Sunni atau Syiah?
Katanya, sunni dicirikan oleh
penghayatan spiritual yang lebih pribadi. Sunni tidak mengkhultuskan imam
sebagaimana dalam tradisi syiah. Bila syiah selalu menganut ajaran sekunder
dari imam, sunni lebih senang dengan ajaran primern yang dapat orang peroleh
sendiri melalui penghayatan atas teks-teks kitab suci.
Orang syiah cemas dan menganggap
sunni sesat karena tradisi sunni berbahaya. Mengapa berbahaya? Karena penghayatan
agama bisa liar, tidak lagi terstruktur, sistematis, dan massif sebagaimana
bila bersumber pada petuah-petuah imam. Orang syiah cemas bahwa tradisi sunni
akan membuat penghayatan agama jadi sak geleme dhewe alias semaunya sendiri,
tergantung pada dapure umat.
Orang sunni juga cemas bahwa syiah
membawa kesesatan pada manusia. Mengapa? Karena tradisi syiah membuat orang
selalu patuh pada imam yang belum tentu benar adanya. Kecemasan sunni makin
parah misalnya dalam kasus totoknya tradisi syiah Taliban. Ajaran Mullah Omar
cs mengharamkan meja kursi, sendok garpu piring, musik, dsb. Sunni nampaknya
menganggap ajaran ini terlalu mengada-ada alias berdasar pada tafsir yang
kurang mendalam atas fikih. Yah mungkin tafsirnya memang benar tapi terlalu
literal sehingga kurang menyesuaikan dengan keadaan jaman.
Ini joke lucu untuk menggoda kaum
syiah yang selalu menekankan bahwa dalam segala aspek harus mengikuti teladan
nabi, bahwa dalam segala kegiatan manusia harus berdasarkan ajaran agama. Kata orang
sunni, lalu bagaimana cara untuk buang air besar? Apakah agama dan nabi memberi
contoh posisi yang baik untuk buang air besar? Hahhahahah,,, semoga lucu. Inilah
kegelisahan tradisi sunni.
Tentang fikih atau prinsip-prinsip
tradisi sunni dan syiah, anda dalam melakukan penelusuran yang lebih mendalam. Saya
ingin mengambil point yang lain.
Mari sekarang kita lihat ke Timur
Tengah. Setidaknya lihatlah tayangan-tayangan Youtube misalnya video jamaah
yang sedang menjalankan shalat. Beberapa hari lalu saya melihat banyak jamaah
kelas kakap yang sedang menjalankan shalat jenazah untuk almarhum Syeikh
Rasyid, putra Syeikh Muhammad bin Rasyid Al-Maktoum, perdana mentri UEA
sekaligus raja negara bagian Dubai. Video itu menarik. Jelas terlihat orang
sunni dan syiah dalam satu ruangan menjalankan sholat yang sedikit berbeda. Hey,
di UEA yang negara super maju, sunni dan syiah akur tuh! Miapah? Karena perut
mereka kenyang!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!! Hahahhahahahahah!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!
Sebentar, tidak sesederhana ini. Setidaknya point saya bukan di sini.
Mari melihat lebih jauh namun dengan
sedikit reduksionistik. Kita daftar dulu negara-negara yang cenderung syiah dan
sunni. Negara yang cenderung sunni: Qatar, Saudi, UEA, Turki, Bahrain, dan
Kuwait. Negara yang cenderung Syiah: Irak, Suriah, Iran, Yaman, Mesir, dan Libia.
Kalau kita lihat, negara-negara yang cenderung sunni itu lebih condong ke
Barat. Lihat saja hubungan mereka dengan barat yang akur-akur saja. Dampaknya? Negara
mereka aman kan! Maju kan! Jadi, kesimpulan 1: tradisi sunni cenderung
beraliran kiri atau Barat. Kalau syiah? Waduh, konflik melulu. ISIS di Irak dan
Suriah sudah jelas. Afghanistan yang masih ababil antara sunni dan syiah,
sekarang memanas. Lihat juga, poros Rusia, jelas memihak Assad yang notabene
syiah Suriah. Jadi, kesimpulan 2: tradisi syiah cenderung beraliran kanan atau
Timur.
Aliran kiri ada di bawah komando
Amerika, Nato, dan sekutunya. Aliran kanan ada di bawah komando Rusia,
Tiongkok, India, dan sekutunya. Nah, Indonesia ini mau sunni atau syiah? Sederhananya
kalau dari mainstream, nampaknya Indonesia cenderung sunni karena syiah tergolong
minoritas yang tertindas.
Tapi sunni sejatikah Indoensia? Sunnikah
bila masih tergantung pada MUI? Dari sudut pandang nama, Muhammadiyah memang
terlihat amat sunni namun Nahdatul Ulama, terasa amat syiah.
Lagi, kita lihat di akar rumput. Di satu
kabupaten di Pulau Jawa, masyarakatnya cenderung kurang terpelajar sehingga
dalam menjalankan kehidupan selalu mengikuti apa kata ustad setempat. Suatu saat
sang ustad bilang bahwa silaturahmi ke rumah orang non muslim haram hukumnya. Masyarakatpun
berbondong-bondong memboikot acara yang diselenggarakan sang non muslim. Alhasil,
hidangan yang sudah disediakan si fullan sia-sia. Eh tidak, hidangan itu
diberikan pada kawanan ikan yang mungkin masih bersaudara dengan ikan yang dulu
memangsa nabi Yunus. Hehe.
Jadi, Indonesia ada di mana? Nampaknya
Indonesia bisa dikatakan sunni bisa juga dikatakan syiah. Indonesia juga bukan
sunni juga bukan syiah. Indonesia dengan prinsip Ketuhanan Yang Maha Esa itu
canggih kok, apa yang baik dari sunni dan syiah diambil dan diamalkan dan apa
yang tidak baik dari sunni dan syiah ditinggalkan. Semoga memang canggih
seperti itu.
Lebih jauh, tentang konspirasi kiri
kanan tadi, sunni berhaluan kiri dan syiah berhaluan kanan, Indonesia gimana
itu? Mau kiri kanan kiri kanan kiri kanan, nanti cantik! Kiri kanan kiri kanan
cantik, cantik. Ga bisa dong.
Katanya sih Indonesia itu non blog.
Nampaknya tidak akan ada non blog di
masa depan.
Kalau melihat dari kemajuan ekonomi
Indonesia, jelas Indonesia lebih kiri alias lebih berhaluan barat yang sunni. Mari
lihat lebih jauh. Semua ini terkait dengan perang dunia ketiga. Perang ini
bukan melulu masalah militer namun meliputi masalah dalam berbagai bidang seperti
ekonomi dan politik.
Perang dunia ketiga tidak memberi
kemungkinan pada suatu negara untuk non blog, apalagi Indonesia. Keberpihakan akan
selau ditegakkan. Mengapa Indoneisa harus berpihak? Mengapa Indonesia tak bisa
non blog? Karena posisi geografis Indonesia yang super strategis.
Mari lihat probabilitas atau
posibilitasnya:
1.
Apabila Indonesia condong ke barat, maka poros
kekuatan barat akan makin kuat di Asia Tenggara. Dengan dukungan Australia yang
jelas barat, seluruh Asia Pasifik akan dengan mudah takluk ke tangan peradaban
barat. Bila Asia Pasifik telah dikuasai Barat, Tiongkok, Korea Utara, dan Rusia
tinggal menunggu waktu untuk jatuh.
2.
Bila Indonesia condong ke timur, maka dengan
dukungan Tiongkok dan Rusia, Australia dan seluruh Asia Pasifik akan tumbang
dengan cepat. Dengan dikuasainya Asia Pasifik seperti ini, Amerika akan
terkepung dari barat dan timur. Amerika dan sekutunya pasti akan kalah perang.
3.
Bila Indonesia non blog, kekuatan barat dan
timur akan bersaing pertama-tama di Indonesia (karena posisi geografis
Indonesia yang super strategis). Entah siapa yang menang tapi pasti Indonesia
akan hancur lebur jadi rebutan dua poros. Poros pemenang akan juga memenangkan
Asia Pasifik yang menjadi kunci kemenangan umum perang dunia ketiga.
Jadi
kesimpulannya, posisi Indonesia akan sangat menentukan pihak yang menang dalam
perang dunia ketiga. Keberpihakan Indonesia sangat krusial.
Jadi, persoalan
sunni dan syiah dalam tulisan ini lebih dipandang dengan pendekatan konspirasi
politik ekonomi dari pada teologis.
Sekarang terus
ngapa? Lalu langkah seperti apa yang harus diambil? Terus bagaimana kita harus
bersikap?
Setidaknya kita
tak lagi naïf dengan menganggap perbedaan filosofi intern agama hanya sebatas
masalah teologi. Pendekatan lain bisa dilakukan untuk melihat permasalahan
secara lebih luas misalnya dalam hal ini sunni syiah juga termasuk problema
ekonomi, politik, bahkan militer.
Terus ngapa?
Yah setidaknya kita tak
usah lagi berdebat gitu-gitu lah ya. Kebenaran itu kan selalu relatif kan. Pretty
Asmara misalnya, menurut kita gendut tapi menurut kaum gajah mungkin termasuk
kurusan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar