Essay 12 Oktober 2015
Parafrase
Puisi Edgar Allah Poe: Eldorado
Pekerjaan memparafrase puisi kiranya
akan sangat dipengaruhi subyektifitas individu yang melakukan parafrase. Subyektifitas
ini dapat diatasi dengan cara mengacukan pembahasan parafrase dengan latar
belakang penulis puisi. Dalam kesempatan ini, saya mengacu pada biografi hidup
Edgar Allan Poe yang termaktub dalam novel Misteri Kematian Poe karya Matthew
Pearl maupun misteri-misteri kehidupan Poe yang tersebar secara sporadis di
Internet.
Berikut ini puisi Poe: Eldorado
Gaily bedight
A gallant knight
In sunshine and in shadow
Had journeyed long
Singing a song
In search of Eldorado
But
he grew old
This
knight so bold
And
o’er his heart a shadow
Fell
as he found
No
spot of ground
That
looked like Eldorado
And as his strength
Failed him at length
He met a pilgrim shadow
“shadow”, said he
Where can it be
This land of Eldorado?
Over
the mountains
Of
the moon
Down
the valley of the shadow
Ride,
boldly ride
The
shade replied
If
you seek for Eldorado
Pahlawan gagah perkasa, petualang
pemberani yang digambarkan Poe adalah (cita-cita ideal) dirinya sendiri. Sang
pahlawan bertualang sampai jauh untuk mencari Eldorado. Siapakah Eldorado? Nampaknya
lebih tepat, apakah Eldorado itu? Eldorado adalah personifikasi cita-cita
kehidupan Poe. Eldorado mungkin berarti kemapanan hidup sebagaimana yang
diidamkan Poe. Berdasarkan biografi Poe, petualangan sang pahlawan adalah
perjalanan karier puisi dan cerpennya di berbagai media massa, karier
kepengajarannya di berbagai tempat di dunia yang nyaris dilakoni tanpa seorang
teman. Kesendirian Poe dalam bekerja merupakan gambaran pahlawan gagah perkasa
yang mampu mengatasi masalah hidup sendirian. Eldorado? Bisa jadi proyeksi dari
visi Poe untuk menerbitkan majalahnya sendiri, The Stylus.
Sang pahlawan bertualang sampai tua
dan gagal menemukan Eldorado. Poe bekerja menjalani karier kepenulisan dan
kepengajaran sastra namun ia gagal meraih kemapanan hidup, ia gagal menerbitkan
The Stylus. Cita-cita kemapanan hidup akhirnya tidak lebih dari sebuah
bayangan. Teman atau orang yang ia harapkan untuk membantu mencapai kemapanan
hidup akhirnya juga tidak lebih dari bayangan kosong. Poe nampaknya merasa
sendiri di tengah keramaian kolega dan teman. Poe merasa tidak memiliki teman
hidup yang sepadan. Hal ini menjadi masuk akal ketika kita melihat mainstream
kepenulisan sastra tahun 1800-1900an yang didominasi oleh sastra romantik. Poe tidak
mengikuti mainstream ini. Poe memilih jalannya sendiri yaitu dongeng gotik atau
horror (meski tidak semua karya Poe berbau horror, sebagaimana puisi Eldorado
ini yang terkesan horror namun sebenarnya tidak horror). Poe merasa sendiri
karena tidak memiliki teman sastrawan yang satu mainstream dengannya.
Setelah perjalanan jauh dan
berbahaya, Eldorado tetap tidak ditemukan. Sampai pahlawan menua (dan mati),
Eldorado tidak ditemukan. Demikianlah perjalanan hidup Poe. Nampaknya keyakinan
Poe ini menjadi kenyataan dalam hidupnya. Matinya tragis lagi masih muda. Poe benar-benar
hidup seperti petualang yang sayangnya kurang memperhatikan daerah-daerah
berbahaya seperti Baltimore, tempat di mana Poe diduga dibunuh terkait masalah
politik.
Eldorado menggambarkan akhir
kehidupan Poe yang masih penuh misteri. Satu hal yang ingin saya tekankan
sebagai penulis yang berdiri di belakang Poe, Poe mati dalam keluguannya. Eldorado,
nama yang seakan lugu, menggambarkan bahwa Poe cenderung naïf. Dengan ini saya
menyangkal keras kalau Poe meninggal karena minuman keras. Saya tidak percaya! Poe
mungkin dibunuh dengan intrik yang berasal dari idenya sendiri, cerpen yang
belum sempat ia selesaikan. Mampirnya di Baltimore waktu itu mungkin sekadar
dalam rangka riset untuk menyelesaikan satu cerpennya. Ah, siapa yang tahu
pasti kegelapan itu. Biarlah sang penyair mati dalam kegelapan seperti gelapnya
dongeng-dongeng sang maestro. Biarlah ia beristirahat dalam kegelapan. Damai
sejahtera adalah kegelapan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar