Essay 23 Oktober 2015
On
writing skill
Bagiku, kemampuan menulis itu muncul
dengan sendirinya karena kebiasaan membaca buku-buku (bermutu) yang tak bisa
dihindari. Orang dulu menyebutnya kutu buku. Saya lebih senang menyebutnya haus
ilmu. Kenapa haus ilmu? Karena rindu buat temuin makna hidup yang pada dasarnya
tidak ada. Hey, coba lihat! Kalau tidak kau maknai, adakah makna itu? Membaca
adalah menarik nafas, menulis adalah mengembuskan nafas. Itulah hidupku.
Kemampuan menulis makin meningkat
seturut ragam bacaan serta ragam ide, gagasan, atau intuisi yang muncul
otomatis selama atau setelah melumati isi buku. Proses menulis jadi tak
terhindarkan. Mengapa harus menulis? Agar ide itu tidak menguap. Jangan-jangan
ia nanti bermanfaat! Bahaya kan!
Inilah cara saya melatih kemampuan
menulis, bukan dengan teori-teori sastra yang membosankan namun dengan hobi.
Sekali lagi: membaca adalah latihan menulis; Berpikir dan menuliskan stensilan
ide adalah latihan menulis. Lama-lama pasti seperti Budi Dharma yang katanya sudah
bisa mengalir. Sebenarnya menulis itu memang seperti aliran air. Biarkan saja
mengalir! Aliran air bisa deras bisa seret. Dalam hal tulis menulis, aliran itu
bisa bagus dan buruk tapi yang penting deras dulu. Maksudnya apa sih? Pokoknya
tuliskan aja! Jelek tidak papa, kan bisa diedit!
Penulis adalah orang yang kerjaannya
menulis. Dengan menulis, seorang penulis memperoleh penghasilan finansial untuk
hidup. Kita tahu, pastilah tulisannya bermutu.
Sebentar,,,, saya mau mengakhiri
tulisan ini begini saja, dengan kisah seorang teman. Teman saya itu (semoga
saya dianggap sebagai temannya ya, hahahhaha) pernah dicurhatin seorang lain
yang katanya sedang dalam proses menulis novel. Temanku bertanya, “Novel apa
yang sedang kau tulis?” Jawaban stranger itu begini, “Hmmm, yah pokoknya
menulis cerita aja. Saya belum pernah baca novel. Saya ingin novel saya itu
super original.” Teman saya itu tiba-tiba jadi manusia kera yang gemar
garuk-garuk kepala. Saya cuma bisa tertawa sendiri dengan cekikikan halus yang
berlebihan.
Inisial teman saya itu ASL. Dia lalu
menyampaikan kebijaksanaan ini: orang harus fair dong! Orang nulis buku itu
karna ingin bukunya dibaca orang lain kan!!!!! Kalau demi originalitas lalu
seorang penulis enggan membaca karya orang lain, bagaimana ia bisa berharap
karyanya akan dibaca orang lain??????????????????????? Saya sedang membantu
kegundahan teman saya itu.
Fair ajalah intinya. Kalau saya sih
menduga, orang yang ingin super original itu pada dasarnya ga suka baca buku.
Keinginan menulis novel itu mungkin juga cuma bualan, hahahhahahhahahahhah.
Curcol: kalau saya sendiri, adalah
wajib untuk membaca karya beberapa orang ini: Ananta Toer, Djoko Damono, Karen
Armstrong, Ayu Utami, Paulo Coelho, Dan Brown, Allan Poe, Al-Quran, Bible,
Bhagawad Gita, dan Tipitaka.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar