Minggu, 11 Oktober 2015

Pembunuhan Sadis



Puisi 12 Oktober 2015
Pembunuhan Sadis

Gadis belia dibunuh setelah diperkosa.
Entah begitu, atau dibunuh lalu diperkosa.
Pembunuh buang mayat gadis belia.
Dimasukkan kardus, dipak, lalu buang.
Sepertinya tidak professional.
Ia gegabah dan tak sempat bikin alibi.
Gak konsul ke aku sih!

Lagi, ibu dan anak dibunuh karna bisnis.
Sadis katanya.
Tessio bilang, “Ini hanya masalah bisnis.”
Kadang bisnis perlu pelicin dari minyak darah.

Para pembunuh sadis berkeliaran.
Semoga ia tak bunuh orang lain lagi.
Kecuali aku.

Wahai para pembunuh sadis,
kalian yang haus darah,
kenapa tak kau bunuh aku saja?
Halal darahku.
Lagi pula sudah putus segala asa.
Hidup mati tiada beda.

Kemarin aku melintas di jalanan Jogja.
Ada tulisan, “Ya Allah, semoga yang buang sampah di sini cepat mati.”
Aku sengaja buang sampah di situ.
Kulempar beberapa kresek omong kosong.
Semoga aku cepat mati.
Mungkin Tuhan kan pakai pembunuh sadis.
Maka dari itu ketahuilah,
bila malam aku suka begadang di gardu depan rumah.
Sepi,,, tanpa anjing, tanpa kelelawar.
Itulah saat tepat.
Bila ada pembunuh sedang ringan tangan,
tolong aku akhiri derita!
Sadislah bunuh aku!
Tapi bersegeralah!
Pakailah Mandaumu yang paling tajam!
Sekali saja sabetkan pada leherku sampai putus!
Semoga dengan itu tak ada rasa sakit.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar