Jumat, 30 Oktober 2015

Gatal-gatal



Gatal-gatal

Sang Barhu adalah penguasa jagad raya yang cukup besar. Ada yang lebih besar, namanya Mishna. Jangan kau pikirkan mereka itu lelaki atau perempuan. Tidak penting jenis kelamin itu sebab peran jauh lebih krusial.
Sistem penguasa mereka seperti dewa-dewa mitologi Yunani yang kadang membingungkan sebab tidak ada gugus tugas yang jelas sehingga tiap pihak dapat saling klain kekuasaan sampai-sampai banyak korban jiwa baik yang diharapkan maupun yang tidak diharapkan, dari pihak manusia atau dari pihak dewata sendiri.
Pertama kali bila kau mulai belajar mengenal dunia ini, sebaiknya berkenalan dulu dengan Sang Barhu dan Mishna. Jangan sekali-kali menyebut mereka dewa atau tuhan ini tuhan itu, bisa menimbulkan keberabean diatara teman-teman pihak-pihak itu yang ga bisa ngerti-ngerti apa sebenarnya yang sedang terjadi.
Sang Barhu sudah lama meninggal sehingga kini tinggal ruh. Yang kau lihat itu ruh meski seperti tubuh. Bila sosok itu didekati dan dihembusi nafas lemah saja, bisa melayang sampai beberapa pulau. Kalau Mishna tidak begitu. Ia lebih anggun, cantik, meski amat berbobot seperti wanita cantik abad pertengahan di Prancis.
Mishna senang sekali mendengar cerita Barhu tentang kekonyolan negri sampai kadang pipis di celana, Barhunya.
Cerita yang paling sering diulang adalah epos Supermen yang waktu itu menyempatkan diri untuk foto selfie dengan Nyi Roro Jonggrang. Konon, pihak Supermenlah yang menyebabkan Bandung Bondhowosho marah besar hingga mengadu kepada Ken Arok. Masalah jadi makin runyam sebab Ken Dedes, temapt Ken Arok biasa meminta nasihat, sedang menghadiri pembukaan Universitas Hardvard di Amrik.
Kegokilan Mishna tak perlu diragukan lagi. Siapapun sudah saling mengerti bahwa baik Barhu atau Nyi Roro Jonggram memang menyimpan panah asmara satu sama lain. Mishna maunya tidak bisa diatur. Ingin cerita macam apa saja pokoknya harus ada. Inilah letak kecerdasan Barhu yang tiada tara. Ia pandai meramu cerita sampai absurd binti absurd binti abdurd sampai yang lebih kecil dari sepertriliunnya sepertriliun.
Terkadang semua orang ingin menikmati cerita tentang dunia fiksi Batman dan Kungfu Hustle yang saling beradu kekuatan untuk melawan dominasi Minion di Planet Namex. Ya tinggal meramu saja sampai jadi cerita dengan tetap mempertahankan alur tertentu, tokoh tertentu, penokohan tertentu, sudut pandang penceritaan tertentu, dan lain sebagainya.
Baik. Itu tadi adalah introduksi yang memang belum masuk kepada inti cerita sebenarnya sebagaimana ingin saya ceritakan kepada anda semua penggemar cerita absurd. Perhatikan sekali lagi, ini adalah kisah yang super ga jelas, jangan harapkan manfaat signifikan karena selain tak ada, ia sulit ditemui sementara waktu ini. Mohon diindahkan sekali lagi.
Angkat tanganmu untuk Indonesia dengan mengacungkan kedua telunjukkmu ke udara bebas sambil serukan, “Salam akidah!”
Marilah kita berdoa.
Ya Tuhan yang entah sekarang ada di mana, lindungilah dan berikanlah kami ketabahan untuk menulis apalagi untuk membaca naskah ini sebelum para editor akhirnya memuntahkan seluruh isi lambung beserta lambungnya yang kemerahan.
Semoga rohmat dariMu mampu membuat kami tabah dalam menjalani proses absurditas ini sampai skema yang benar terpelajari sempurna oleh beberapa sarjanawan sarjanawati yang Engkau utus sebagai malaikat kami. Ia sedari tadi berdiri untuk menjagai tiap perhatian mata kami sampai nanti sudah selesai menggeluti. Amin.
Hari ini Mishna ingin menikmati cerita tentang pengalaman si Teodoris kala menyelesaikan naskah William Shekespier (semoga penulisan nama itu benar, apalah arti sebuah nama).
Awalnya Teodoris merasa gatal di seluruh tubuh mungilnya yang selalu berbalut selembar kain panjang saja. Kain panjang itu dililitkan sedemikian rupa sehingga tertutuplah seluruh bagian Tubuh Teodoris. Kain lilit itu juga memudahkan si Teodoris yang gatal-gatal untuk menggaruki beberapa bagian tubuh sensitifnya. Terkadang, ia sengaja memperlihatkan satu atau dua wilayah-wilayah tertentu yang dianggap tabu oleh masyarakat umum. Tapi ia tak peduli. Yang penting isis dan hepi aja sudah cukup untuk memanjakan semua pihak. Toh, mereka juga senang bila memiliki sajian gratis Tubuh Teodoris yang berbalut kain lilit.
Busana lilit seperti itulah yang mendampingi kesendirian Teodoris di Perpustakaan Sanata Dharma Mrican Yogyakarta tiap hari Minggu pagi sampai sore. Ia masuk sendiri dan keluar sendiri tanpa seorang pun tahu apalagi memperhatikan. Selain hari Minggu perpus memang tutup, ia punya kunci misterius yang didapat secara gaib dari salah satu pengusaha kunci di bilangan Demangan. Para pengusaha itu memang sudah ahli menyadur kunci di gedung ini atau itu. Aku sendiri pernah mencobai kejahatan mereka itu tapi gagal. Mungkin mereka tahu bahwa aku belum terampil.
Sengaja AC perpus tidak dinyalakan, toh Teodoris tidak bisa merasakan panas dingin kehidupan. Kain lilitnya sering sudah sangat hangat sampai tidak memungkinkan udara masuk kecuali melalui salah satu lubang hidungnya yang belum diamputasi.
Minggu ini ia telah bersumpah komitment prasetia untuk menyelesaikan seluruh karya Shekespeare dalam satu hari dengan kecepatan mengagumkan yang tidak perlu dipertanyakan keabsahannya bila nanti ada tim penguji akreditasi atau keahlian misalnya karena mau memberi semacam sertifikat tanda lulus kecepatan membaca.
Sumpah prasetia Teodoris berbunyi: Aku bersumpeh untuk menyelesaiken semua naskah sastra karya William pada hari ini juga sebelum matahari terbenam yang menandai akhir hidupku.
Mata hari tenggelam memang menyebabkan Teodoris mau tak mau harus segera berpindan menuju semesta lain, entitas lain, eksistensi lain dan menjadi oknum yang sepenuhnya baru. Pada pagi harinya Teodoris baru akan kembali kepada jati dirinya.
Sering kasihan juga misalnya dia sedang tertransformasi ke alam nerakawi yang menyebabkan penderitaan seperti dilindas asmara. Bagi Teodoris yang kini sudah beranjak gede, siksa paling berat dalam hidup ini adalah cinta. Ia sama sekali tidak ingin apapun yang berbau cinta.
Penderitaan ragawi mah, Teodoris justru malah senang minta ampun. Dia itu sudan masokis, sadomasokis, penganut paham sadisme, dan lain-lain. Semua kecenderungan seksuil yang aneh-aneh sudah menyatu padu dalam raga jiwa Teodoris sejak dahulu kala si Christophoris menciptakan mimpinya.
Romeo dan Juliet sudah terlalu mainstream meski aku sendiri belum pernah menyelesaikan pembacaan mereka. Aku cuma dengar dari konon-konon dan konon. Tapi Teodoris tidak begitu. Baik panggil saja gadis itu Doris, sebab ia sering gatal-gatal.
RJ, begitu singkatan kegemarannya, adalah epos yang musti dikaji dengan analisis wacana yang paling ketat seperti seorang profesor miskin dari daerahnya yang senang pada Bhagawad Gitta. Doris membedah RJ sambil mendengarkan alunan Gitta dari Raul Seixas featuring Cleopatra Stratan.
Perlu waktu setidaknya tujuh jam untuk menyelesaikan RJ. Baru setelah itu Doris sadar bahwa RJ berbicara tentang cinta. Ia jadi makin gatal-gatal. Kegatalan itu sampai menyebar ke area-area klitoristik yang mudah terdeteksi oleh sabetan halus buluh-buluh kulai. Kegatalan kali ini sudah tidak termaafkan. Ia geram, gusar, dan was-was, jangan-jangan gatal ini membawanya kepada kematian.
Kisah Romeo dan Juliet disadurnya dengan gaya bebas sebebas ekspresinya ketika gatal sudah tak terelakkan bahkan oleh obat yang bernama Doris. Doris memakai Doris yang tinggal sedikit itu sebab sebagian besar isinya sudah digunakan untuk menterapi dingin si Malki, anjing Pit Bull kesayangan ayah Mishna.
Cara minggal Romeo yang dipilih masih tetap bunuh diri namun kali ini dengan cara menyayat-nyayat tubuhnya sendiri dengan garpu sampai kepuasan tak terbatas itu tak pernah dicapai jua. Pernahkah kalian merasakan gatal tak terperi macam Doris itu? Sudah diobati dengan Doris juga tak sembuh, padahal Doris biasanya digunakan untuk anjing yang memerlukan takaran kimiawi lebih tinggi agar efek lebih ces pleng.
Bila kalian pernah gatal-gatal di sekujur tubuh, maka pastilah mengerti betapa nikmatnya bila kegatalan itu disikapi dengan tindakan menggaruk tanpa henti. Garukan makin kuat makin nikmat rasanya. Makin lama jemari tidak berdaya memberi sentuhan yang diinginkan, maka beralih menggunakan alat-alat lain. Mulai pakai alat penggaruk konvensional yang bisa diperloleh di indomarket terdekat sampai alat penggaruk non konvensional yang bisa dicicil dari alvamaret terjauh.
Kalau sudah begitu tapi belum puas? Ya pakai sendok, garpu, pisau kalau perlu, dan lain sebagainya.
Begitulah Romeo mati.
Akhirnya Juliet juga mati dengan cara yang relatif sama. Juliet lebih berani dengan memakai pisau dapur ibu Romeo.
Akhir kata, semua tokoh dalam cerpen ini sudah puas.


Cerpen HD. Wiyono/ Kamis, 29 Oktober 2015






Tidak ada komentar:

Posting Komentar