Gatal-gatal
Sang Barhu adalah penguasa jagad
raya yang cukup besar. Ada yang lebih besar, namanya Mishna. Jangan kau
pikirkan mereka itu lelaki atau perempuan. Tidak penting jenis kelamin itu
sebab peran jauh lebih krusial.
Sistem penguasa mereka seperti
dewa-dewa mitologi Yunani yang kadang membingungkan sebab tidak ada gugus tugas
yang jelas sehingga tiap pihak dapat saling klain kekuasaan sampai-sampai
banyak korban jiwa baik yang diharapkan maupun yang tidak diharapkan, dari
pihak manusia atau dari pihak dewata sendiri.
Pertama kali bila kau mulai belajar
mengenal dunia ini, sebaiknya berkenalan dulu dengan Sang Barhu dan Mishna.
Jangan sekali-kali menyebut mereka dewa atau tuhan ini tuhan itu, bisa
menimbulkan keberabean diatara teman-teman pihak-pihak itu yang ga bisa
ngerti-ngerti apa sebenarnya yang sedang terjadi.
Sang Barhu sudah lama meninggal
sehingga kini tinggal ruh. Yang kau lihat itu ruh meski seperti tubuh. Bila
sosok itu didekati dan dihembusi nafas lemah saja, bisa melayang sampai beberapa
pulau. Kalau Mishna tidak begitu. Ia lebih anggun, cantik, meski amat berbobot
seperti wanita cantik abad pertengahan di Prancis.
Mishna senang sekali mendengar
cerita Barhu tentang kekonyolan negri sampai kadang pipis di celana, Barhunya.
Cerita yang paling sering diulang
adalah epos Supermen yang waktu itu menyempatkan diri untuk foto selfie dengan
Nyi Roro Jonggrang. Konon, pihak Supermenlah yang menyebabkan Bandung
Bondhowosho marah besar hingga mengadu kepada Ken Arok. Masalah jadi makin
runyam sebab Ken Dedes, temapt Ken Arok biasa meminta nasihat, sedang
menghadiri pembukaan Universitas Hardvard di Amrik.
Kegokilan Mishna tak perlu diragukan
lagi. Siapapun sudah saling mengerti bahwa baik Barhu atau Nyi Roro Jonggram
memang menyimpan panah asmara satu sama lain. Mishna maunya tidak bisa diatur.
Ingin cerita macam apa saja pokoknya harus ada. Inilah letak kecerdasan Barhu
yang tiada tara. Ia pandai meramu cerita sampai absurd binti absurd binti
abdurd sampai yang lebih kecil dari sepertriliunnya sepertriliun.
Terkadang semua orang ingin
menikmati cerita tentang dunia fiksi Batman dan Kungfu Hustle yang saling
beradu kekuatan untuk melawan dominasi Minion di Planet Namex. Ya tinggal
meramu saja sampai jadi cerita dengan tetap mempertahankan alur tertentu, tokoh
tertentu, penokohan tertentu, sudut pandang penceritaan tertentu, dan lain
sebagainya.
Baik. Itu tadi adalah introduksi
yang memang belum masuk kepada inti cerita sebenarnya sebagaimana ingin saya
ceritakan kepada anda semua penggemar cerita absurd. Perhatikan sekali lagi,
ini adalah kisah yang super ga jelas, jangan harapkan manfaat signifikan karena
selain tak ada, ia sulit ditemui sementara waktu ini. Mohon diindahkan sekali
lagi.
Angkat tanganmu untuk Indonesia
dengan mengacungkan kedua telunjukkmu ke udara bebas sambil serukan, “Salam
akidah!”
Marilah kita berdoa.
Ya Tuhan yang entah sekarang ada di
mana, lindungilah dan berikanlah kami ketabahan untuk menulis apalagi untuk
membaca naskah ini sebelum para editor akhirnya memuntahkan seluruh isi lambung
beserta lambungnya yang kemerahan.
Semoga rohmat dariMu mampu membuat
kami tabah dalam menjalani proses absurditas ini sampai skema yang benar
terpelajari sempurna oleh beberapa sarjanawan sarjanawati yang Engkau utus
sebagai malaikat kami. Ia sedari tadi berdiri untuk menjagai tiap perhatian
mata kami sampai nanti sudah selesai menggeluti. Amin.
Hari ini Mishna ingin menikmati
cerita tentang pengalaman si Teodoris kala menyelesaikan naskah William
Shekespier (semoga penulisan nama itu benar, apalah arti sebuah nama).
Awalnya Teodoris merasa gatal di
seluruh tubuh mungilnya yang selalu berbalut selembar kain panjang saja. Kain
panjang itu dililitkan sedemikian rupa sehingga tertutuplah seluruh bagian
Tubuh Teodoris. Kain lilit itu juga memudahkan si Teodoris yang gatal-gatal
untuk menggaruki beberapa bagian tubuh sensitifnya. Terkadang, ia sengaja
memperlihatkan satu atau dua wilayah-wilayah tertentu yang dianggap tabu oleh
masyarakat umum. Tapi ia tak peduli. Yang penting isis dan hepi aja sudah cukup
untuk memanjakan semua pihak. Toh, mereka juga senang bila memiliki sajian
gratis Tubuh Teodoris yang berbalut kain lilit.
Busana lilit seperti itulah yang
mendampingi kesendirian Teodoris di Perpustakaan Sanata Dharma Mrican
Yogyakarta tiap hari Minggu pagi sampai sore. Ia masuk sendiri dan keluar
sendiri tanpa seorang pun tahu apalagi memperhatikan. Selain hari Minggu perpus
memang tutup, ia punya kunci misterius yang didapat secara gaib dari salah satu
pengusaha kunci di bilangan Demangan. Para pengusaha itu memang sudah ahli
menyadur kunci di gedung ini atau itu. Aku sendiri pernah mencobai kejahatan
mereka itu tapi gagal. Mungkin mereka tahu bahwa aku belum terampil.
Sengaja AC perpus tidak dinyalakan,
toh Teodoris tidak bisa merasakan panas dingin kehidupan. Kain lilitnya sering
sudah sangat hangat sampai tidak memungkinkan udara masuk kecuali melalui salah
satu lubang hidungnya yang belum diamputasi.
Minggu ini ia telah bersumpah
komitment prasetia untuk menyelesaikan seluruh karya Shekespeare dalam satu
hari dengan kecepatan mengagumkan yang tidak perlu dipertanyakan keabsahannya
bila nanti ada tim penguji akreditasi atau keahlian misalnya karena mau memberi
semacam sertifikat tanda lulus kecepatan membaca.
Sumpah prasetia Teodoris berbunyi:
Aku bersumpeh untuk menyelesaiken semua naskah sastra karya William pada hari
ini juga sebelum matahari terbenam yang menandai akhir hidupku.
Mata hari tenggelam memang
menyebabkan Teodoris mau tak mau harus segera berpindan menuju semesta lain,
entitas lain, eksistensi lain dan menjadi oknum yang sepenuhnya baru. Pada pagi
harinya Teodoris baru akan kembali kepada jati dirinya.
Sering kasihan juga misalnya dia
sedang tertransformasi ke alam nerakawi yang menyebabkan penderitaan seperti
dilindas asmara. Bagi Teodoris yang kini sudah beranjak gede, siksa paling
berat dalam hidup ini adalah cinta. Ia sama sekali tidak ingin apapun yang
berbau cinta.
Penderitaan ragawi mah, Teodoris
justru malah senang minta ampun. Dia itu sudan masokis, sadomasokis, penganut
paham sadisme, dan lain-lain. Semua kecenderungan seksuil yang aneh-aneh sudah
menyatu padu dalam raga jiwa Teodoris sejak dahulu kala si Christophoris
menciptakan mimpinya.
Romeo dan Juliet sudah terlalu
mainstream meski aku sendiri belum pernah menyelesaikan pembacaan mereka. Aku
cuma dengar dari konon-konon dan konon. Tapi Teodoris tidak begitu. Baik
panggil saja gadis itu Doris, sebab ia sering gatal-gatal.
RJ, begitu singkatan kegemarannya,
adalah epos yang musti dikaji dengan analisis wacana yang paling ketat seperti
seorang profesor miskin dari daerahnya yang senang pada Bhagawad Gitta. Doris
membedah RJ sambil mendengarkan alunan Gitta dari Raul Seixas featuring
Cleopatra Stratan.
Perlu waktu setidaknya tujuh jam
untuk menyelesaikan RJ. Baru setelah itu Doris sadar bahwa RJ berbicara tentang
cinta. Ia jadi makin gatal-gatal. Kegatalan itu sampai menyebar ke area-area
klitoristik yang mudah terdeteksi oleh sabetan halus buluh-buluh kulai.
Kegatalan kali ini sudah tidak termaafkan. Ia geram, gusar, dan was-was,
jangan-jangan gatal ini membawanya kepada kematian.
Kisah Romeo dan Juliet disadurnya
dengan gaya bebas sebebas ekspresinya ketika gatal sudah tak terelakkan bahkan
oleh obat yang bernama Doris. Doris memakai Doris yang tinggal sedikit itu
sebab sebagian besar isinya sudah digunakan untuk menterapi dingin si Malki,
anjing Pit Bull kesayangan ayah Mishna.
Cara minggal Romeo yang dipilih
masih tetap bunuh diri namun kali ini dengan cara menyayat-nyayat tubuhnya
sendiri dengan garpu sampai kepuasan tak terbatas itu tak pernah dicapai jua.
Pernahkah kalian merasakan gatal tak terperi macam Doris itu? Sudah diobati
dengan Doris juga tak sembuh, padahal Doris biasanya digunakan untuk anjing
yang memerlukan takaran kimiawi lebih tinggi agar efek lebih ces pleng.
Bila kalian pernah gatal-gatal di
sekujur tubuh, maka pastilah mengerti betapa nikmatnya bila kegatalan itu
disikapi dengan tindakan menggaruk tanpa henti. Garukan makin kuat makin nikmat
rasanya. Makin lama jemari tidak berdaya memberi sentuhan yang diinginkan, maka
beralih menggunakan alat-alat lain. Mulai pakai alat penggaruk konvensional
yang bisa diperloleh di indomarket terdekat sampai alat penggaruk non
konvensional yang bisa dicicil dari alvamaret terjauh.
Kalau sudah begitu tapi belum puas?
Ya pakai sendok, garpu, pisau kalau perlu, dan lain sebagainya.
Begitulah Romeo mati.
Akhirnya Juliet juga mati dengan
cara yang relatif sama. Juliet lebih berani dengan memakai pisau dapur ibu
Romeo.
Akhir kata, semua tokoh dalam cerpen
ini sudah puas.
Cerpen HD. Wiyono/ Kamis,
29 Oktober 2015
Tidak ada komentar:
Posting Komentar