Essay sastra 21 Oktober 2015
Romeo,
Juliet, dan Saya
Bersyukurlah Romeo dan Juliet sebab
tak perlu memerangi orang ketiga macam saya. Kisah mereka sudah terkenal
sepanjang masa. Akhir cinta yang diakhiri dengan kematian. Bunuh diri seperti
menjadi solusi atas permasalahan hidup yang tengah digeluti.
Lugas saja, andai kita-kita jaman
sekarang, ditengah arus pergumulan masalah hidup tak terperi, mengakhiri cerita
dengan bunuh diri, akan tenarkah kisah kita sebagaimana drama Romeo dan Juliet?
Sebelum lanjut, this is freedom writer, remember? Tak ada dosa, this is just
writing, a binal idea. Baik, jawabannya adalah ya.
Misalnya saya sendiri, bila tak kuat
lagi hadapi masalah hidup lalu bunuh diri, bisa saja kisahku ini mendunia nan
melegenda seperti Romeo dan Juliet. Syaratnya? Nah, ini yang terpenting.
Syaratnya adalah tulisan. Aku perlu menuliskan kisahku dengan baik, bahkan
melebihi gaya Shekespiere. Bayangkan dulu tulisan itu, kisah seorang jomblo
pengangguran, hidup ngenes dalam kesendirian, akhirnya mati gantung diri, usai
panen musim ceri.
Dream beyond the wildest dream. Why
not? If, I can realize it step by step however I can’t finish it but, I can
make the first step, cz I know that I’ll be guided by the unvisible hand of
gods.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar