Proisi 11 Oktober 2015
Tugas
Orang Muda
Orang muda dilarang mencaci maki.
Orang muda diharap memberi solusi. Bahkan lebih dari solusi, orang muda
didorong tuk jadi inspirasi.
Inspirator adalah segelintir orang
yang sering dikatakan sukses. Segelintir orang. Mengapa tidak banyak orang?
Berani beda dan puncak karier atau semacamnya, seakan hanya dimiliki beberapa
orang. Lalu apa manfaan koar-koar motivator layar kaca itu?
Masih dibikin heran oleh realita,
pabila ingat asumsi normalitas data statistik.
Tak perlu jauh mirik yang ga
perlulah. Begini saja oke og. Asal selalu mewujudkan asa biar tak terpendam
saja. Bisanya begini, jelek, buruk, tercaci, terbenci, penuh kedosaan, adalah
lebih baik dari pada kesempurnaan tanpa wujud.
Tak perlu lagi mencari akar masalah
perfesionitas tanpa tindakan. Ibarat hendak bikin gedung semiliar tapi cuma
punya seratus juta, lalu urung bikin gedung sampai dapet semiliar? Inilah dosa
masa lalu. Harusnya gedung dimulai aja sedikit demi sedikit. Seturut
berjalannya waktu, sambil duit datang satu per satu, gedung kan makin sempurna
terbangun.
Tugas orang muda adalah mengemban
tugas kewajibannya selama masih hidup. Hidup memang terdiri dari tugas-tugas
dan kewajiban-kewajiban luhur entah dari mana.
Siapa yang bilang itu semua?
Tidak ada. Ini semua dari kosong
untuk kosong.
Inilah tugas orang muda. Mengisi
kekosongan sebab tanpa diisi pada hakekatnya adalah kosong. Isipun kosong.
Semoga hal kekosongan ini tak pernah
dimengerti sebelum orang mati.
Bila toh orang mati masih belum
mengerti, moga-moga ia masih berpekerti.
Refleksi proisi ini ditulis kala
seorang gelisah namun tak tahu akar kegelisahannya. Bila orang ingin tapi tak
tahu apa yang diinginkannya, bagaimana cara mewujudkan keinginan tersebut?
Andaipun ia tahu keinginannya, iapun tahu jalannya, ia juga tahu cara melangkah
ke sana, tapi tak ada kemauan, mengapa tak ada kemauan? Haruskah keinginan
diwujudkan? Haruskan wujud diadakan? Masih perlukah ada itu sendiri? Apa wigati dari keberadaan? Inikah akar
masalahnya?
Mengapa ada keputusasaan? Mengapa
harapan harus ada? Apakah asa dan harapan masih ada bila manusia tiada? Apa
yang ada di alam kubur? Sastra mengungkapkannya melalui misteri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar