Kamis, 19 November 2015

Aku memesan sengsu, kau memesan apa?



Puisi 5 Oktober 2015
Aku memesan sengsu, kau memesan apa?

Mari kita pergi ke restoran yang bener.
Restoran yang bener menjual olahan daging anjing.
                Eh, jangan kau larang penjualan daging anjing dong!
                Anjing itu najis kan?
                Nah, biarin aja pada dijagal biar segera punah. Gitu dong!
                O iya ya.
Kalau di restoran, aku memesan sengsu, asu ditongseng alias tongseng asu.
Adanya sengsu bukan berarti ada sengbi, sengtik, maupun sengbek.
Sengsu khusus untuk asu, sssttt, makanan favoritku.

Satu kali aku pernah melihat bagaimana asu dipotong.
Tepatnya bukan dipotong tapi dibunuh.
Tidak seperti sapi qurban, asu tak bisa dipotong lehernya.
Ia tahu masa depan, jadi ia pasti berontak.
Maka dari itu, penjagal akan memasukkan asu dalam karung
lalu memukulinya sampai tak ada suara lagi.
Setelah kaing-kaing itu berhenti, penjagal akan memisahkan leher dari badan.
Asu kini tanpa kepala.
Sayang, darahnya sedikit. Tapi tak apa, aku pesan saja untuk bikin sangsang B1.
Sangsang tanpa darah, bilangnya Amang: omong kosong!

Aku juga pernah melihat asu dikuliti. Biasa aja, just like the goat.
Pernah juga waktu itu sang asu masih kecil, bahkan belum dapat dikatakan remaja.
Kaing-kaingnya seperti puppy, tapi aku orangnya tegaan. Jadi, tak ada rasa kasihan.
“Mampus lu suuu, asu! Dagingmu nanti akan kumakan sebagai sengsu!”

By the way kalian perlu tahu ini, riwayat asu sampai jadi sengsu.
Jadi kalau di restoran, aku memesan sengsu, kau tau harus memesan apa?
Inspired by Damono’s Poetry ‘di restoran’.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar