Kamis, 19 November 2015

Serdadu Menunggu Digilir



Puisi 3 Oktober 2015
Serdadu Menunggu Digilir

Perang ISIS VS ……….ah siapa ga jelas. Sudah menewaskan banyak korban. Masyarakat sipil sampai serdadu tak bisa luput dari mati misalnya oleh ranjau, roket, peluru, maupun meriam tank.
Halah, itu mah biasa dalam peperangan.
                Sekarang lihat sendiri saja di desa sebelah selatan Kobani. Basis ISIS kuat sekali. Di tempat X tersebut ada gudang senjata, tank-tank rahasia, sampai beberapa senjata biologis. Yang paling krusial, di sana juga ada basis seksual.
                Mari kita sebut desa X sebagai Desa Asat karena memang tak ada air.
                Pengepulan asap dapur adalah tugas anak-anak.
                Wanita ikut perang.
                Anak-anak untuk sementara belajar menembak dulu. Bila sudah bisa menembak, nanti akan diajari bawa bom bunuh diri. Tiga anak seusia SD kelas 6 pernah diutus ke Damaskus dengan bom tersembunyi di sorban. Sayangnya mereka mati dulu di ladang opium karna menginjak ranjau yang beberapa hari sebelumnya ditanam oleh kakek-kakek bersorban khas Syiah.

Desa Asat punya tradisi luhur turun temurun yaitu menggilir anak-anak. Wanita terlalu agung untuk digilir. Anak-anaklah yang pastas digilir agar nantinya bisa jadi serdadu tahan banting dan siap mati.

Pada suatu hari tanpa tertanggal masehi, warga Asat memutuskan untuk membalik tradisi. Para serdadu yang selamat ingin gantian digilir anak-anak. Mereka ingin variasi juga rupanya.
Inilah arti kekudusan di Desa Asat. Suci murni tanpa cela sebab tolok ukur kedosaan telah dimusnahkan mesiu. Tanpa aturan, tak ada dosa. Tanpa hukum, hanya ada kesucian surgawi.
Hasrat biologis tak mengalami represi.
Yang ingin menggilir, menggilirlah.
Yang ingin digilir, digilirlah.
Mereka yang menolak keinginan orang lain kan dipancung. Aliran darah pembangkang bakal jadi tugu peringatan kekuasaan militer kala tubuh tanpa kepala itu dibalik lalu ditusukkan pada tiang bendera sampai ujung tiang tersebut tembus dubur, membawa usus, lambung, tinja, atau entah apa yang tersangkut.
Oh ya, tubuh tanpa kepala itu tadi sebelum disate, digilir dulu rame-rame. Hubungan seks dengan mayat tanpa kepala, mereka lakukan dengan riang gembira sambil menembakkan beberapa peluru ke udara. Terkadang ada juga yang tidak dapat giliran menikmati tubuh. Mereka lantas dapat solusinya yaitu dengan menikmati oral seks menggunakan kepala tubuh itu.
Lanjutannya bayangkan sendiri. Saya ngeri.

Doa malam mereka: Tuhan, terimakasih. Dalam kekhusyukan dan kepasrahan, akhirnya kami menikmati sajian surgawiMu yaitu tubuh-tubuh halal manusia kafir yang telah sesat dari jalanMu. Maafkan kami juga yang selama ini menyangka bahwa percabulan ternyata nikmatan surgawi. Surgawi bukan surga. Yang berakhiran wi biasanya memang keji. Tuhan, maafkan kami. Amin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar