Puisi 3 Oktober 2015
Serdadu
Menunggu Digilir
Perang ISIS VS ……….ah siapa ga jelas. Sudah
menewaskan banyak korban. Masyarakat sipil sampai serdadu tak bisa luput dari
mati misalnya oleh ranjau, roket, peluru, maupun meriam tank.
Halah, itu mah biasa dalam peperangan.
Sekarang
lihat sendiri saja di desa sebelah selatan Kobani. Basis ISIS kuat sekali. Di
tempat X tersebut ada gudang senjata, tank-tank rahasia, sampai beberapa
senjata biologis. Yang paling krusial, di sana juga ada basis seksual.
Mari
kita sebut desa X sebagai Desa Asat karena memang tak ada air.
Pengepulan
asap dapur adalah tugas anak-anak.
Wanita
ikut perang.
Anak-anak
untuk sementara belajar menembak dulu. Bila sudah bisa menembak, nanti akan
diajari bawa bom bunuh diri. Tiga anak seusia SD kelas 6 pernah diutus ke
Damaskus dengan bom tersembunyi di sorban. Sayangnya mereka mati dulu di ladang
opium karna menginjak ranjau yang beberapa hari sebelumnya ditanam oleh
kakek-kakek bersorban khas Syiah.
Desa Asat punya tradisi luhur turun temurun yaitu
menggilir anak-anak. Wanita terlalu agung untuk digilir. Anak-anaklah yang
pastas digilir agar nantinya bisa jadi serdadu tahan banting dan siap mati.
Pada suatu hari tanpa tertanggal masehi, warga Asat
memutuskan untuk membalik tradisi. Para serdadu yang selamat ingin gantian
digilir anak-anak. Mereka ingin variasi juga rupanya.
Inilah arti kekudusan di Desa Asat. Suci murni tanpa
cela sebab tolok ukur kedosaan telah dimusnahkan mesiu. Tanpa aturan, tak ada
dosa. Tanpa hukum, hanya ada kesucian surgawi.
Hasrat biologis tak mengalami represi.
Yang ingin menggilir, menggilirlah.
Yang ingin digilir, digilirlah.
Mereka yang menolak keinginan orang lain kan
dipancung. Aliran darah pembangkang bakal jadi tugu peringatan kekuasaan
militer kala tubuh tanpa kepala itu dibalik lalu ditusukkan pada tiang bendera
sampai ujung tiang tersebut tembus dubur, membawa usus, lambung, tinja, atau
entah apa yang tersangkut.
Oh ya, tubuh tanpa kepala itu tadi sebelum disate,
digilir dulu rame-rame. Hubungan seks dengan mayat tanpa kepala, mereka lakukan
dengan riang gembira sambil menembakkan beberapa peluru ke udara. Terkadang ada
juga yang tidak dapat giliran menikmati tubuh. Mereka lantas dapat solusinya
yaitu dengan menikmati oral seks menggunakan kepala tubuh itu.
Lanjutannya bayangkan sendiri. Saya ngeri.
Doa malam mereka: Tuhan, terimakasih. Dalam
kekhusyukan dan kepasrahan, akhirnya kami menikmati sajian surgawiMu yaitu
tubuh-tubuh halal manusia kafir yang telah sesat dari jalanMu. Maafkan kami
juga yang selama ini menyangka bahwa percabulan ternyata nikmatan surgawi.
Surgawi bukan surga. Yang berakhiran wi biasanya memang keji. Tuhan, maafkan
kami. Amin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar