Kamis, 19 November 2015

Surat untuk Ry Kusumaningtyas.



Kakek mengantarkan aku sampai rumah. Di temani tongkatnya ia berjalan lambat sedang aku dua tiga meter di depannya, jalan nggleleng sebagaimana anak kecil pada umumnya. Sesampai rumah aku tak tahu harus berkata apa, langsung masuk rumah saja sambil bilang uwis yang berarti sudah. Kakek lalu pergi tanpa sempat masuk rumah. Mungkin ia ingin masuk rumah anak bungsunya ini tapi enggan karena aku seakan menghalanginya. Entah mengapa aku begitu jahat pada kakekku. Sepeninggalnya, aku baru sadar atas begitu dalamnya kasihku padanya. Kini ia sering hadir dalam mimpiku. Seperti dulu, ia jarang mengucap kata-kata tapi aku mengerti apa yang dimauinya. Hadirannya telah membuat perubahan besar dalam hidupku. Tentu ini bukan sembarang mimpi.
HD. Wiyono, 2015
Surat untuk  Ry Kusumaningtyas.

Kata-kata sejati tidak mengungkapkan diri dalam bentuk tulis atau suara.
Buku anda membuat saya lebih jujur pada diri sendiri.
Itu.
Tak ada lagi yang bisa kuungkapkan. Trimakasih.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar