How
I Learn? For What?
Essay 8 November 2015
Aku hanya ingin belajar. Segala
sesuatu, tidak bolehkah? Tuk selamanya akan kuingat ketika seseorang berkata
padaku, “Lalu mas kepentingannya apa ya?” Hahahhahahah, menggelikan sekali.
Saat itu aku memang masih mahasiswa, mahasiswa tua sehingga sudah seperti
masyarakat. Hahahhaha. Aku lebih senang dianggap masyarakat yang punya mimpi
terlalu tinggi. Masyarakat ini ingin melakukan sesuatu untuk dapat mempelajari
segala macam ilmu pengetahuan meski ia tahu persis di sebelah mana fokusnya.
Psikologi agama dan filsafat agama. Tak dapat dipungkiri, bidang filsafat dan
psikologi secara umum juga harus dipelajari. Kejadian akhir-akhir inipun harus
dipelajari. Memang inikan pekerjaan akademisi atau sarjana! Hahhahaha,, aku
memang terlalu idealis. Alasannya kalian tak perlu tahu, sangat innocent.
Sangat, sangat, sangat sampai beberapa kali saya sendiripun heran pada diri
sendiri.
Aku memimpikan suasana seperti itu
untuk belajar dan bekerja. Belajar adalah tarikan nafas dan bekerja adalah
hembusan nafasku. Membaca, menulis, upload, terutama konten-konten ilmiah sebab
mimpiku yang lebih besar adalah S2 lalu S3 tentunya. Hah, dana dari mana?
Inilah mimpi. Segala kerja sejauh halal akan kulakukan demi meraih cita-cita
itu. Pasti ada jalan. Aku ingin meretasnya. Jujur saja, kalau kalian di
posisiku pasti akan terlihat naif sekali, tak ada jalan, impossible, sok, dan
seterusnya. But I have a dream today and I want to realize that dream, satu hal
yang mereka takut bahkan untuk membayangkannya.
How I learn? Ah entahlah. Yang perlu
kalian tahu adalah bahwa saat ini saya sedang dipenuhi api semangat merealisasi
mimpi secara praktis setahap demi setahap. Aku sedang seperti di meter-meter
pertama lari marathon dan betapa aku ingin menghidupi semangat berlari itu
untuk menjadi number one even the fastest.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar