Kamis, 19 November 2015

Untuk Pandji Pragiwaksono



Untuk Pandji Pragiwaksono
Essay 6 November 2015 (upload on mbahdam.blogspot.com)

Nasional.Is.Me jelas sudah mengubah hidupku. Menghabiskan bacaan itu seperti refreshing yang dalam terminologi Raditya Dika dinamakan bergizi. Nah, kukira Berani Mengubah makin menegaskan semangat kebangsaanku. Syukur kepada Yang Mahakuasa aku suka menulis seperti ini dan diupload ke blog (sebagian ke youtube). Ya semoga dengan aktivitas menulis ini saya dapat melaksanakan amanat dalam Berani Mengubah. Untuk menjadi pengaruh bagi bangsa? Tidak. Saya belum sampai sejauh itu. Pertama-tama adalah untuk menjadi dampak baik bagi diri sendiri. Dengan kebiasaan membaca, menulis essay, dan upload saat waktu luang, saya telah mengisi waktu dengan kegiatan konstruktif dari pada hanya maaf, ngegame atau nonton tayangan yang ga bener.
Anyway.
Pertama-tama adalah mengubah diri. Mencerdaskan bangsa adalah mencerdaskan diri. Bela negara setidaknya ditunjukkan kepedulian untuk terus mengikuti isu nasional baik itu politik, sosial, ekonomi, budaya, dan lain-lain. Kalau saya juga berjuang, sebagai orang Jawa, jangan sampai ilang Jawane. Maka saya juga mempelajari kitab-kitab Jawa kuno seperti tulisan-tulisan Mangkunegara IV, Suryomentaram, ajaran Ranggawarsita, dll (sedikit banyak memang dimotivasi Pandji agar anak bangsa cinta budaya sendiri). Nah, inilah yang saya lakukan. Saya tidak merasa kampungan tuh, justru bangga. Lebih bangga bisa gamelan dari pada gitar. Lebih bangga menguasai macapat dari pada lagu barat. Lebih bangga dengan cerita rakyat dari para novel barat yang katanya berat.
Anyway.
Saya kok malah melihat sisi positif Kim Jong Un ya. Lah, semua manusia pasti punya sisi positif dan negatifnya bukan? Hitler juga memiliki sisi positif pada beberapa bagian. Nah mas Pandji, tentang sisi positif Hitler ini akan saya jadikan penutup dalam surat sederhana ini. Trimakasih sebelumnya karena tulisan dan speech mu sudah menyemangatkan kami buat jadi anak bangsa yang ga lupa asal-usulnya.
Jadi Hitler itu juga punya sisi-sisi suci sebagai manusia yang ngerti budaya. Maksudnya gini, saya tu memprediksi bahwa Hitler pasti mengerti kajian agama dan budaya Yahudi sebagaimana termaktub dalam kitab suci mereka. Ini masih ada kaitannya dengan cinta budaya sendiri mas Pandji. Asal lo tau ya, ini juga cuma tafsir, mungkin saya salah, jadi tuh, jadi dalam ajaran religius yahudi itu sebenarnya memuat pesan kekejian. Ajaran religius dari Jehova atau Elohim mereka itu adalah kamuflase bangsa yahudi untuk menyebarkan satu teologi monotheis yang menganggap di luar yahudi manusia tidak mampu diselamatkan dst. Nah, ada tertulis dalam kitab mereka tuh yang intinya gini: segala macam bentuk budaya bangsa lain harus dihapuskan karena budaya atau tradisi itu bersifat bidaah dan mempersekutukan tuhan (mereka). Intinya kitab suci mereka tu mengajarkan bahwa segala ras bukan yahudi beserta tradisi-tradisinya halal untuk dibunuh. Gilak nggak!!!!!!! Ini ortodoksi tekstural kaum fundamentalis yahudi (ehem, maaf, ada yang kristiani juga, banyak) dalam rangka memusnahkan bangsa non yahudi agar bumi hanya dihuni oleh orang yahudi sebagaimana kehendak tuhan mereka. Gilak.
Jadi sudah mengerti maksudku?
Mana lebih keji, Hitler atau orang yahudi?
Maka saya mencoba paham kalau ada orang yang anti banget sama yahudi (terutama dari kalangan Islam).
Saya paham secercah cahaya dari hati Hitler.
Nah, ga usah jauh-jauh ke situ lah ya. Lagian ortodoksi itu mungkin juga mulai tergantikan oleh sekularisasi di timur tengah dan eropa (orang yahudi sendiri).
Tapi jujur saja, gema ortodoksi itu masih ada dan saya rasakan sendiri di Indonesia tercinta ini. Mereka berasal dari kalangan kristen fundamentalis yang memiliki visi sama dengan orang yahudi (ingin menggantikan tradisi non yahudi dengan tradisi yahudi sebagaimana tertulis dalam kitab suci mereka). Saya sungguh dongkol dengan kalangan itu. Masak ya, mereka tuh membidaahkan gamelan, baju adat jawa dianggap sebagai baju setan, keris dibidaahkan padahal mereka tidak paham maknanya, wayang apalagi, dianggap wujud setan, dan masih banyak lagi.
Pak polisi maaf, ini memang ujaran kebencian. Saya sungguh benci sama mereka. Jadi, kalau saya ditangkap maka saya akan makin senang karena akan ada proses mediasi dan pengadilan di mana saya dapat membeberkan kebencian saya tanpa rasa sesal karena memang saya mengatakan fakta kok.
Nah mas Pandji, bagaimana coba? Memang sih orang kristen itu tidak banyak tapi kan mereka anak muda kita juga. Yah kalau melihat dari kalangan Islam sih juga ada yang fundamentalis begitu. Tapi jujur saja kalau kita bandingkan maka akan kita temukan bahwa Al-Quran dan Hadits tidak pernah memuat seruan untuk menghancurkan tradisi lain di luar Islam. Sunan Kalijaga sendiri sukses melakukan Islamisasi dengan pendekatan tradisi. Nah, sekarang mas Pandji tahu kan mengapa dulu portugis dan belanda gagal melakukan kristenisasi?  Ya alhamdulilah kan yak, hahhahahahah. Sebagai orang katolik saya malah bersyukur. Andai mayoritas penduduk Indonesia ini katolik, maka lebih parah jadinya. Kaum fundamentalis kristiani itu kalau mengamuk akan 100 kali lebih kejam dari pada FPI. Percaya deh sama saya. Kalau mereka baca tulisan ini pasti menyangkal. Ya iyalah, karena mereka minoritas. Coba kalau mayoritas, hmmmmmmm.... berabe. Nah sekadar curcol, kalau mayoritas penduduk Indonesia ini buddha, lebih berabe lagi. Apa-apa salah bok! Duduk ngangkang ga boleh, ngomong keras ga boleh, batuk sembarangan ga boleh, hahahhahahhah. Itu mah kaum fundamentalisnya.
Lah, mengapa saya konsen pada kaum fundamentalis?
Karena mereka bagai duri dalam daging. Nyelekit!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!
Ingat kan mas Pandji, bagaimana kita setidaknya melawan mereka (kalau memang perlu dilawan, terutama yang yahudi itu tadi)?
Dengan dominasi mayoritas.
Inilah cara satu-satunya untuk menundukkan tirani minoritas.
Selama mayoritas penduduk Indonesia ini Islam, maka pasti aman-aman saja.
Nah, kiranya beberapa kalangan juga tak perlu cemas akan desas-desus kristenisasi yang tak lebih dari pada bualan omong kosong. Karena ada lho pendeta tertentu yang dalam acara super besar kalau ga salah waktu itu di GBK, bilang gini: 50% penduduk Indonesia akan beragama kristen! Lalu semua orang tepuk tangan. Ya memang tepuk tangan, tepuk tangan orang gila kepanasan karena putus asa. Pendeta itu bergelar prek su.
Sungguh tidak mungkin 50 persen penduduk Indonesia akan beragama itu. Masa agama itu sudah selesai sejak abad pertengahan. Tapi kalau memang ramalan itu benar akan terjadi, saya akan mengungsi ke Jerman saja yang sekular.
Jujur saja, bila orang kristen mendominasi maka mereka akan kembali pada tirani seperti gereja katolik sebelum Luther. Gila aja. Mati aja.
Maaf, cerita untuk mengakhiri ini terlampau panjang.
Surat ini benar-benar akan saya akhiri dengan prediksi perkembangan agama. Sejauh pembelajaran saya atas agama-agama, kok nampaknya usia agama itu tidak pernah lebih dari 2000tahun. Setelah masa itu memang masih ada tapi sudah tidak jaya. Kristiani misalnya, puncak kejayaannya sudah lewat setidaknya 300tahun. Nah, menurut saya, ini agak kontroversi dan konspiratif, kejayaan Islam baru akan dimulai (lagi). Agar kejayaan ini terulang, kuncinya tinggal Iran. Bila ia mau membuka diri kepada barat seperti Saudi, UEA, Qatar, dll maka Islam akan jaya kembali dalam tempo yang cukup lama.
Semoga provokatif proaktif. Trimakasih.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar