Kamis, 19 November 2015

Belajar Psikologi Agama dari Foucault



Belajar Psikologi Agama dari Foucault
Essay 16 November 2015

Kalau kepercayaan religius yang mistik itu tidak boleh dibawa ke dalam konteks sosial kemasyarakatan masa kini, maka beragama jadi tidak lebih dari perilaku delusional. Kutipan ide Foucault ini sangat menarik untuk mengawali pembacaan ‘Agama, Seksualitas, Kebudayaan: Esai, Kuliah, dan Wawancara Terpilih Foucault’ yang dieditori oleh Jeremy R. Carrette. Membaca buku ini adalah usaha mengumpulkan potongan-potongan ilmu pengetahuan itu sendiri agar tidak ada yang terbuang.
Trimakasih kepada Penerbit Jalasutra, Andi Aunullah selaku penerjemah, Muhammad Al-Fayyadi selaku editor, Jamroni selaku tata letak, AdilDee selaku desain ilustrasi sampul, dan semua pihak yang tak bisa saya sebutkan satu per satu. Buku ini membuat saya sedikit lega karena bisa memulai pembacaan ide-ide Foucault dalam bahasa Indonesia. Ini adalah buku pengantar yang sangat patut dipertimbangkan.
Di samping itu semua sebenarnya saya sangat ingin mengatakan imbauan kewaspadaan akademik berhubung ini adalah buku terjemahan. Pembacaan karya terjemahan harus ekstra hati-hati dalam arti tidak boleh mempercayai suatu konten secara literal sebagaimana kalau membaca karya asli. Saya memang tidak mencurigai validitas terjemahan ini namun saya mengajak untuk sadar pada fenomena gradasi makna.
Penyajian bacaan dalam bahasa lain (di luar bahasa asli yang dipakai oleh pengarang) senantiasa mengandung reduksi makna (saya sebenarnya lebih senang memakai istilah gradasi makna). Reduksi makna terjadi tatkala pesan intrinsik mengalami pergeseran arti menjadi tidak seperti yang dimaui penulis aslinya. Maaf sekali lagi maaf, tanpa bermaksud apriori, dalam konteks Indonesia sendiri, buku terjemahan amat rawan reduksi makna karena penerjemahan dilakukan oleh fihak yang kurang independen dan kurang kompeten (dapat dilihat dalam terjemahan Sejarah Alkitab tulisan Karen Armstrong, terjemahan yang kurang baik menyebabkan pihak penyunting harus memberikan banyak sekali catatan kaki).
Akhirnya inilah solusi yang bisa saya berikan bagi akademisi sejati, kembali kepada teks asli. Kalau ingin mempelajari suatu teks dengan amat terpercaya ya bacalah tulisan aslinya. Mempelajari Plato dkk ya harus belajar bahasa Yunani, mempelajari Foucault sendiri ya harus belajar bahasa Perancis karena banyak tulisannya menggunakan bahasa Perancis, dan lain sebagainya. Ya memang sulit tapi bisa. Begitu kan pepatahnya? Hehe.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar