Belajar
Psikologi Agama dari Foucault
Essay 16 November 2015
Kalau kepercayaan religius yang
mistik itu tidak boleh dibawa ke dalam konteks sosial kemasyarakatan masa kini,
maka beragama jadi tidak lebih dari perilaku delusional. Kutipan ide Foucault
ini sangat menarik untuk mengawali pembacaan ‘Agama, Seksualitas, Kebudayaan:
Esai, Kuliah, dan Wawancara Terpilih Foucault’ yang dieditori oleh Jeremy R.
Carrette. Membaca buku ini adalah usaha mengumpulkan potongan-potongan ilmu
pengetahuan itu sendiri agar tidak ada yang terbuang.
Trimakasih kepada Penerbit
Jalasutra, Andi Aunullah selaku penerjemah, Muhammad Al-Fayyadi selaku editor,
Jamroni selaku tata letak, AdilDee selaku desain ilustrasi sampul, dan semua
pihak yang tak bisa saya sebutkan satu per satu. Buku ini membuat saya sedikit
lega karena bisa memulai pembacaan ide-ide Foucault dalam bahasa Indonesia. Ini
adalah buku pengantar yang sangat patut dipertimbangkan.
Di samping itu semua sebenarnya saya
sangat ingin mengatakan imbauan kewaspadaan akademik berhubung ini adalah buku
terjemahan. Pembacaan karya terjemahan harus ekstra hati-hati dalam arti tidak
boleh mempercayai suatu konten secara literal sebagaimana kalau membaca karya
asli. Saya memang tidak mencurigai validitas terjemahan ini namun saya mengajak
untuk sadar pada fenomena gradasi makna.
Penyajian bacaan dalam bahasa lain
(di luar bahasa asli yang dipakai oleh pengarang) senantiasa mengandung reduksi
makna (saya sebenarnya lebih senang memakai istilah gradasi makna). Reduksi
makna terjadi tatkala pesan intrinsik mengalami pergeseran arti menjadi tidak
seperti yang dimaui penulis aslinya. Maaf sekali lagi maaf, tanpa bermaksud
apriori, dalam konteks Indonesia sendiri, buku terjemahan amat rawan reduksi
makna karena penerjemahan dilakukan oleh fihak yang kurang independen dan
kurang kompeten (dapat dilihat dalam terjemahan Sejarah Alkitab tulisan Karen
Armstrong, terjemahan yang kurang baik menyebabkan pihak penyunting harus
memberikan banyak sekali catatan kaki).
Akhirnya inilah solusi yang bisa
saya berikan bagi akademisi sejati, kembali kepada teks asli. Kalau ingin
mempelajari suatu teks dengan amat terpercaya ya bacalah tulisan aslinya.
Mempelajari Plato dkk ya harus belajar bahasa Yunani, mempelajari Foucault
sendiri ya harus belajar bahasa Perancis karena banyak tulisannya menggunakan
bahasa Perancis, dan lain sebagainya. Ya memang sulit tapi bisa. Begitu kan
pepatahnya? Hehe.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar