Burung
Pelikan
16 November 2015
Ia mencucuk dadanya agar aliran
darah itu bisa diminum anak-anaknya yang kehausan. Menjadi seperti burung
pelikan adalah impianku. Aku mau berdarah demi memperjuangkan apa yang
kupercayai. Mimpi, cita-cita, masa depan, harapan, dan angan-angan.
Pabila jawaban atas pertanyaan
mengapa dapat dibenarkan, aku sudah siap menerimanya. Masa lalu yang pesimis
akan ditinggalkan untuk optimisme masa yang akan datang. Aku ingin menjadi apa,
tergantung dari bagaimana yang bisa kulakukan saat ini.
Aku ingin jadi penulis, maka hari
ini aku menulis beberapa hal.
Aku ingin jadi orang berguna, maka
kupastikan tulisan itu bermanfaat bagi orang lain.
Aku ingin mendirikan aliran seni
tulis tersendiri, gabungan konstruksionis, postmodernis, kolonialis, feodalis,
meski pasti tetap reduksionis dengan sedikit polesan fundamentalis.
Aku ingin menjadi makin apa adanya.
Aku ingin dikenal secara apa adanya. Aku ingin menjadi diri sendiri, sesuatu
yang sudah lama aku tinggalkan. Aku hanya ingin terus berjalan, terus bergerak,
terus move on. Aku ingin mengatakan bahwa hidup ini indah begini adanya. Dan
saat terakhir nanti aku ingin mengatakan, I did it my way.
Selamat jalan diriku yang lama.
Selamat datang diriku yang baru.
Selamat pergi kebiasaan lama.
Selamat menetap kebiasaan baru.
Semoga engkau berbahagia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar