Kamis, 19 November 2015

Burung Pelikan



Burung Pelikan
16 November 2015
Ia mencucuk dadanya agar aliran darah itu bisa diminum anak-anaknya yang kehausan. Menjadi seperti burung pelikan adalah impianku. Aku mau berdarah demi memperjuangkan apa yang kupercayai. Mimpi, cita-cita, masa depan, harapan, dan angan-angan.
Pabila jawaban atas pertanyaan mengapa dapat dibenarkan, aku sudah siap menerimanya. Masa lalu yang pesimis akan ditinggalkan untuk optimisme masa yang akan datang. Aku ingin menjadi apa, tergantung dari bagaimana yang bisa kulakukan saat ini.
Aku ingin jadi penulis, maka hari ini aku menulis beberapa hal.
Aku ingin jadi orang berguna, maka kupastikan tulisan itu bermanfaat bagi orang lain.
Aku ingin mendirikan aliran seni tulis tersendiri, gabungan konstruksionis, postmodernis, kolonialis, feodalis, meski pasti tetap reduksionis dengan sedikit polesan fundamentalis.
Aku ingin menjadi makin apa adanya. Aku ingin dikenal secara apa adanya. Aku ingin menjadi diri sendiri, sesuatu yang sudah lama aku tinggalkan. Aku hanya ingin terus berjalan, terus bergerak, terus move on. Aku ingin mengatakan bahwa hidup ini indah begini adanya. Dan saat terakhir nanti aku ingin mengatakan, I did it my way.
Selamat jalan diriku yang lama.
Selamat datang diriku yang baru.
Selamat pergi kebiasaan lama.
Selamat menetap kebiasaan baru. Semoga engkau berbahagia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar