Kamis, 19 November 2015

Mimpi 19 November 2015



Mimpi 19 November 2015

Aku sebenarnya ingin DO dan memulai hidupku yang sebenarnya sebagai petani miskin di desa terpencil. Tapi aku tak berdaya. Baiklah kalau begitu akan kuperjuangkan untuk lulus dalam segala macam penghinaan ini demi dua hal. Satu, agar merasa enak dengan orang tua. Dua, agar mendapat kartu alumni untuk masuk perpus gratis sepanjang masa.
Entah mengapa prolog itu sepertinya akan berkaitan dengan mimpi semalam. Ada dua pokok dalam mimpi itu. Satu tentang cinta dan satunya lagi tentang lingkungan hidup. Yang pertama, si dia hadir di rumah ayah ibuku. Dia sibuk memasak atau mengerjakan sesuatu di dapur sedang aku malah tidak peduli. Aku malah hendak pergi entah kemana sambil bertanya, “N kapan pulangnya?” Aku ingin dia segera pulang. Kenapa juga dia sampai ada di rumah kami? Nampaknya ia telah mendahuluiku.
Jujur kuakui saja bahwa ia masih ada di hatiku sekadar karena hadirnya mampu membawa rasa damai. Baru kali ini aku merasakan kedamaian hati karena hadirnya seorang perempuan yang jauh di sisiku. Tak berani bila kukatakan jatuh cinta. Aku sama sekali tidak berhak. Aku tidak sanggup bila harus sekadar mengharapkannya kecuali indeks ekonomiku telah terpenuhi. Aku tidak ingin ada cerita Beauty and the Beast dalam kenyataan hidup ini.
Tak mampu aku mengusirnya dari hatiku, maka aku seakan menunggu tak sabar, kapan ia pergi. Ia harus segera pergi. Sepertinya di akhir bagian mimpi itu ia pamit dari rumah kami. Aku masih tidak peduli. Aku buang muka. Aku malu dengan kenyataan ini. Ia harus dilupakan. Harapan ini sungguh terlarang. Bahkan hanya untuk memikirkannya di otakku, rasanya tak pantas. Cerita tentang cinta ini sudah selesai. Semoga rasa ini kan segera berlalu. Tuhan tolong aku dalam hal ini. Mampukan aku buat move on.
Mimpi kedua adalah tentang keindahan alam yang tiada tara. Awalnya aku berada di sebuah lapangan bola yang cukup luas. Pinggir-pinggirnya adalah hutan pohon tertentu yang sangat sejuk. Super sejut sekali di sana. Aku lalu berlari keliling sambil menikmat pepohonan itu. Ternyata di sisi lain ada view yang tak kalah menarik. Pantai. Ada pantai dan kolam renang. Ada beberapa itu yang mengingatkanku pada itu tapi kali ini itu tidak kuat untuk membangkitkan itu dalam hatiku. Sepertinya itu hendak mati atau sebenarnya tak lebih dari ilusi. Itu tak berdaya karena ada cinta sejati yang muncul? Oh Tuhan, tolong aku.
Lalu aku bertemu beberapa orang. Rasanya pertemuan itu tidak penting-penting amat. Aku tidak menaruh banyak perhatian di sana karena ingin segera memutari lapangan lagi untuk menikmati keindahan deretan pepohonan itu. Maka aku tak sabar sehingga berlari begitu saja memutari lapangan, memandangi jajaran pohon yang super cantik. Tapi kenapa lariku cepat sekali dan pengalaman itu cepat terlalui?
Cinta harus diakui meski akhirnya ia hanya cerita. Walau cinta hanya cerita dalam anganku pula, nikmati saja. Kelak ia akan membangkitkan kenangan yang jauh lebih manis.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar