Puisi 3 Oktober 2015
Bahasa
Aku selalu merasa gagal untuk sekadar ngobrol dengan
sesama manusia. Materi obrolan kok rasanya salah begini atau salah begitu,
harusnya begini dan harusnya begitu, lalu menyesal dan merasa bersalah.
Ternyata bahasaku lain.
Jadi ingat, dulu ada wartawan yang tanya pada pematung mashur, “Dari mana
anda dapat inspirasi?”
Sang pematung mashur menjawab, “Saya ini seniman.”
Oke, bahasa pematung adalah patung.
Bahasa pelukis adalah lukisan.
Bahasa penulis adalah tulisan.
Hehe, beberapa penulis puisi menolak keras untuk membacakan karyanya.
Hahahhaha.
Orator pembaca susastra, justru tak pernah bikin tulisan.
Kritikus, bisanya kritik kebermutuan padahal tak pernah ada karya,
hahahhahahha.
Geli rasanya.
Juga saat baca-baca buku panduan menulis karya sastra genre X yang
ditulis oleh ah, entah siapa, hahahhaha.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar