Serpihan
Nilai Hidup: Menghargai Pendapat Orang Lain
Essay 8 November 2015 (18.20 WIB – 18.30)
Kalau ada sesama yang sedang
mengutarakan sesuatu, janganlah langsung menyanggah negatif bila anda tidak
menyetujuinya. Misalkan anak anda meminta HP baru, jangan langsung bilang bahwa
anda tidak mau membelikan karena tidak punya uang. Lebih baik katakanlah
begini: “Dik, besok papa beliin ya kalau sudah ada uang. Oya, HP yang lama kan
masih ada, kenapa mau beli HP baru?” Nah, sampai pada titik ini dimulailah diskusi
konstruktif untuk mencari solusi yang terbaik. Jadi, janji kalau sudah ada uang
itu tadi hanya pemancing menuju diskusi antar dua belah pihak yang dalam hal
ini adalah ayah dan anak.
Baik jujur saja, saya menulis
serpihan nilai hidup ini karena tadi sempat terlibat dalam suatu percakapan
sederhana dengan kakak perempuan sebagai berikut:
Damar : “Nanti
aku mau beli lampu duduk dulu untuk belajar karena lampu kamar terlalu gelap.”
Kakak : “Eh
jangan! Lampu duduk itu menyebabkan kerusakan mata lho!”
Damar : “Ah
biarin lah, biar ampe picek ya gapapa, hahahhahahha.”
Percakapan
tersebut tentu saya bikin hiperbolis agar jadi sesuatu. Hahahhahhahah. Intinya
adalah saya langsung mendapat tentangan sepihak dan tidak sempat memberikan
argumentasi dalam diskusi yang paling sederhana sekalipun. Emang sih saya
akademisi psikologi tapi jujur aja ya, komunikasi dalam keluarga kami tu memang
begitu. Jujur saja memang ada yang tidak beres. Saya sendiri tidak mencari
solusi selain diam. Diam, adalah sikap misterius orang Jawa untuk menghadapi
masalah hidup. Kalian jangan meremehkan sikap diam apalagi dengan argumentasi
kalian yang reduksionistik. Ada motif amat besar dan kompleks di belakang sana.
Eh, tapi kalau kalian mau berkomentar reduksionistik ya gapapa lah, wong dulu
saya aja pernah berhadapan dengan psikolog yang reduksionistik, nylekit,
hahahahhahahhaha.
Maaf malah curcol. Sebelum terlalu
jauh ke topik masalah pribadi, mari kita kembali ke bahasan serpihan nilai
hidupnya. Jadi? Kalau ada orang atau teman anda yang mengutarakan maksud
terlebih minta tolong, ya jangan langsung ditolak tapi didiskusikan dulu. Tips
saya sebaiknya tahu motif orang itu, jujur atau berbohong. Paling parah
seandainya kalian dibohongi ya tidap apa-apa yang penting tahu bahwa kalian
sedang dibohongi. Hahahahhahahha.
Dibohongi itu tidak papa asal kita
tahu bahwa sedang dibohongi, hahahhahahah. Geli.
Pengalaman ditentang secara sepihak
kadang memang menyakitkan tapi bisa jadi pembelajaran seperti ini. Yah, sesuatu
lah. Hahahhahahah. Semoga bermanfaat yah. Hehe.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar