Kamis, 19 November 2015

Serpihan Nilai Hidup: Menghargai Pendapat Orang Lain



Serpihan Nilai Hidup: Menghargai Pendapat Orang Lain
Essay 8 November 2015 (18.20 WIB – 18.30)

Kalau ada sesama yang sedang mengutarakan sesuatu, janganlah langsung menyanggah negatif bila anda tidak menyetujuinya. Misalkan anak anda meminta HP baru, jangan langsung bilang bahwa anda tidak mau membelikan karena tidak punya uang. Lebih baik katakanlah begini: “Dik, besok papa beliin ya kalau sudah ada uang. Oya, HP yang lama kan masih ada, kenapa mau beli HP baru?” Nah, sampai pada titik ini dimulailah diskusi konstruktif untuk mencari solusi yang terbaik. Jadi, janji kalau sudah ada uang itu tadi hanya pemancing menuju diskusi antar dua belah pihak yang dalam hal ini adalah ayah dan anak.
Baik jujur saja, saya menulis serpihan nilai hidup ini karena tadi sempat terlibat dalam suatu percakapan sederhana dengan kakak perempuan sebagai berikut:
Damar   : “Nanti aku mau beli lampu duduk dulu untuk belajar karena lampu kamar terlalu gelap.”
Kakak    : “Eh jangan! Lampu duduk itu menyebabkan kerusakan mata lho!”
Damar   : “Ah biarin lah, biar ampe picek ya gapapa, hahahhahahha.”
                Percakapan tersebut tentu saya bikin hiperbolis agar jadi sesuatu. Hahahhahhahah. Intinya adalah saya langsung mendapat tentangan sepihak dan tidak sempat memberikan argumentasi dalam diskusi yang paling sederhana sekalipun. Emang sih saya akademisi psikologi tapi jujur aja ya, komunikasi dalam keluarga kami tu memang begitu. Jujur saja memang ada yang tidak beres. Saya sendiri tidak mencari solusi selain diam. Diam, adalah sikap misterius orang Jawa untuk menghadapi masalah hidup. Kalian jangan meremehkan sikap diam apalagi dengan argumentasi kalian yang reduksionistik. Ada motif amat besar dan kompleks di belakang sana. Eh, tapi kalau kalian mau berkomentar reduksionistik ya gapapa lah, wong dulu saya aja pernah berhadapan dengan psikolog yang reduksionistik, nylekit, hahahahhahahhaha.
Maaf malah curcol. Sebelum terlalu jauh ke topik masalah pribadi, mari kita kembali ke bahasan serpihan nilai hidupnya. Jadi? Kalau ada orang atau teman anda yang mengutarakan maksud terlebih minta tolong, ya jangan langsung ditolak tapi didiskusikan dulu. Tips saya sebaiknya tahu motif orang itu, jujur atau berbohong. Paling parah seandainya kalian dibohongi ya tidap apa-apa yang penting tahu bahwa kalian sedang dibohongi. Hahahahhahahha.
Dibohongi itu tidak papa asal kita tahu bahwa sedang dibohongi, hahahhahahah. Geli.
Pengalaman ditentang secara sepihak kadang memang menyakitkan tapi bisa jadi pembelajaran seperti ini. Yah, sesuatu lah. Hahahhahahah. Semoga bermanfaat yah. Hehe.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar