Kamis, 05 November 2015

Uneg-Uneg Kata Bijak



Uneg-Uneg Kata Bijak
Essay 1 November 2015
                Rahayu, berkah Dalem Gusti.
Kata-kata romantis nan bijak rasanya enggan meluncur dari benakku. Bila ada kata bijak, biasanya itu hasil quote dari pihak lain seperti Paulo Coelho yang inspiratif dan sederet penulis lain. Mengapa saya enggan menuliskan kebijaksanaan hidup? Apakah karena saya sendiri tidak bijak? Tidak ada nilai yang saya hasilkan? Inilah uneg-uneg saya.
Orang biasanya bilang bahwa saya itu innocent alias lugu dan polos, itu benar. Saya orangnya amat lugu, cenderung jujur, gampang dibohongi, kurang pertimbangan dalam memutuskan suatu hal, terkesan tidak dewasa, dan segala sifat lain yang mungkin anda lebih tahu. Itulah mengapa saya tidak suka mengumbar kata bijak karena pada dasarnya saya sendiri masih butuh kata bijak seperti humor sufi berikut ini: seorang pemimpin tidak butuh memimpin. Seorang pemimpin sejati hanya memimpin bila ada orang yang perlu pimpinannya. Jadi? Mungkin saya akan memberi kata bijak kalau, ada yang ingin kata bijak itu dari saya. Saya akan menasihati orang yang minta nasihat, itupun kalau saya ada dalam kapasitas untuk menasihati. Basicly, saya tidak suka menggurui. Saya sangat berhati-hati untuk memberikan ujaran yang sekiranya menggurui. Namun bila saya khilaf, mohon ingatkan agar saya kembali ke jalan yang benar.
Inspirator tulisan ini adalah essay karya pak J. Sumardianta dalam Simply Amazing bab 6: Benderang dalam Cahaya Mati Raga. Sebagai pembuka, pak Sumar mengutip kata bijak dari Collin Powell (eks Menhan AS): Hidup berarti rangkaian tugas, dedikasi, integritas, kesetiaan, kejujuran, profesionalisme, dan pertanggungjawaban sebuah panggilan. Kuotasi ini sangat menohok karena akhir-akhir ini saya dibikin bingung dengan makna hidup.
Tiap orang memiliki cara unik untuk memaknai hidup. Ada yang memaknai bahwa hidup adalah ini sedang yang lain memaknai hidup adalah itu. Ada lagi yang mengatakan bahwa hidup adalah ini sehingga bukan itu. Yang lain lain mengatakan bahwa hidup adalah itu sehingga tidak sama dengan ini. Ada yang lain lagi bilang bahwa hidup adalah ini dan itu. Bingung kan! Saya sengaja membikin realita itu jadi abstrak agar tidak ada yang tersinggung. Lalu siapa yang baik dan benar? Oh tidak. Saya tidak mampu untuk menilai mana yang baik atau tidak baik. Saya juga tak mampu bilang bahwa yang ini benar dan yang itu tidak benar.
Bagi saya, Collin Powell mengatakan secara holistik dan itu lebih mudah diterima, oleh saya. Itulah hidup, misterinya sudah disampaikan oleh Mr. Powell. Mungkin dia juga melihat dimensi lain lagi. Pemaknaannya tentang hidup mungkin akan makin kompleks dan dalam seturut perjalanan usianya. Saya kira Collin Powell amat terbuka pada caranya memaknai hidup. Bangingkan dengan kaum hidup adalah ini itu, hahahhahaha.
Sering ya, saya dihadapkan pada pilihan ini atau itu. Sekarang saya tidak mau lagi terjebak pada ini atau itu, yangi ini bukan itu, yang itu bukan ini, atau ini dan itu sama saja. Hahahahhahah. Saya tidak mau terjebak lagi pada pilihat yang disediakan pihak lain seakan tidak ada pilihan ketiga, hahhahahahha. Mohon maaf pada pihak yang tersinggung ya. Saya sudah berusaha menyampaikan ujaran kebencian dengan cara yang paling santun, bermartabat, dan intelektuil. Semoga tidak menyinggung tapi bisa jadi pembelajaran bersama. Maksud saya baik kok.
Baik, saya tidak mau menyimpang dari judul atau tujuan penulisan essay ini. Kalau anda perhatikan tentang yang ini itu tadi, secara amat tidak langsung saya sudah memberikan kata-kata bijak atau nasihat kehidupan. Inilah cara saya, secara tidak langsung, melalui alegori, melalui perumpanaan, lewat cerpen, puisi, dan lain-lain. Hehe. Sisi positifnya? Saya sama sekali tidak tersentuh oleh hukum. Inilah yang dimaui Seno Gumira Ajidarma: Ketika pers dibungkam, sastra harus bicara. Sebab? Tidak ada kata dosa dalam sastra.
Eh, tapi tadi siang saya dapat intuisi bahwa suatu saatpun sastra akan dibungkam. Lah kalau sastrapun dibungkam? Manusia sudah tidak bisa berbuat apapun. Maka Tuhan akan bicara.
Selamat berbahagia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar