Kamis, 19 November 2015

Menulis Puisi atau Essay



Menulis Puisi atau Essay
Essay 17 November 2015

Menulis puisi bulan ini rasanya lebih sulit dari bulan lalu. Mengapa yah? Rasanya menulis essay jauh lebih mengalir dan lebih banya jadinya. Bisa dilihat di statistik kepenulisanku. Sampai tanggal 17 ini puisi November masih belum genap sepuluh biji. Memang sih sebagian akan mengatakan bahwa menulis karya sastra tidak bisa ditarget seperti itu. Tapi I say no! Bagi saya menulis harus ditarget. Tidak boleh menunggu ide tapi harus mengejar ide yang pada dasarnya selalu datang sendiri.
Visi progressive productivity memang sedang dibangun setahap demi setahap. Project ini mengharuskan saya untuk menulis sejumlah puisi, essay, cerpen, dan cicilan novel setiap harinya. Menulis adalah pekerjaan saya jadi sama sekali tidak make sense bila hanya bisa menghasilkan satu puisi tiap harinya. Oh tidak! Memang bisa saja dalam satu hari tertentu saya merencanakan untuk menulis satu puisi dengan tema tertentu yang memerlukan riset sangat panjang. Riset panjang itu mungkin berupa pembacaan beberapa buku tebal dan wawancara konfirmasi untuk beberapa ide. Kalau yang begini bisa jadi baru menulis satu puisi tiap tahun yak! Saya tidak berpikir begitu. Project ambisius seperti itu memang bisa dilakukan. Sah-sah saja tapiiiiii,, sepanjang pengerjaan kan pasti ada intuisi, ide, gagasan, bahkan pencerahan yang muncul kan! Nah, itulah! Tuliskanlah! Jadilah puisi pendek-pendek yang sangat banyak. Perkara nanti mau disatukan dalam satu puisi panjang seperti Pengakuan Pariyem ya tidak papa. Anda mengerti maksud saya kan? Maksudnya seperti Linus sendiri dalam menulis Pengakuan Pariyem. Katakan dia menulis puisi panjang ini selama tiga tahun. Tapi kan selama berproses dia juga menulis puisi pendek-pendek yang nanti akan digabung-gabung atau disadur menjadi versi akhir. Nah, puisi pendek-pendek harian ini (bisa puluhan biji) mungkin tidak diterbitkan atau disimpan rapat-rapat. Nah, kalau kebijakan ini memang terserah anda.
Naaaaa,,,,, menulis essay atau puisi? Kenapa menulis puisi jadi lebih sulit dari pada menulis essay? Alasannya itu tadi. Ide selalu datang padaku. Intuisi itu minta dituliskan dan lebih senang ditampilkan dalam paparan narasi seperti ini. Jadi supaya saya bisa terus menulis puisi caranya adalah dengan menyadur essay macam ini menjadi beberapa bait puisi, dengan kata-kata yang lebih singkat namun padat berisi alegori-alegori.
Baik. Saya akan berusaha.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar