Menulis
Puisi atau Essay
Essay 17 November 2015
Menulis puisi bulan ini rasanya
lebih sulit dari bulan lalu. Mengapa yah? Rasanya menulis essay jauh lebih
mengalir dan lebih banya jadinya. Bisa dilihat di statistik kepenulisanku.
Sampai tanggal 17 ini puisi November masih belum genap sepuluh biji. Memang sih
sebagian akan mengatakan bahwa menulis karya sastra tidak bisa ditarget seperti
itu. Tapi I say no! Bagi saya menulis harus ditarget. Tidak boleh menunggu ide
tapi harus mengejar ide yang pada dasarnya selalu datang sendiri.
Visi progressive productivity memang
sedang dibangun setahap demi setahap. Project ini mengharuskan saya untuk
menulis sejumlah puisi, essay, cerpen, dan cicilan novel setiap harinya.
Menulis adalah pekerjaan saya jadi sama sekali tidak make sense bila hanya bisa
menghasilkan satu puisi tiap harinya. Oh tidak! Memang bisa saja dalam satu
hari tertentu saya merencanakan untuk menulis satu puisi dengan tema tertentu
yang memerlukan riset sangat panjang. Riset panjang itu mungkin berupa
pembacaan beberapa buku tebal dan wawancara konfirmasi untuk beberapa ide.
Kalau yang begini bisa jadi baru menulis satu puisi tiap tahun yak! Saya tidak
berpikir begitu. Project ambisius seperti itu memang bisa dilakukan. Sah-sah
saja tapiiiiii,, sepanjang pengerjaan kan pasti ada intuisi, ide, gagasan,
bahkan pencerahan yang muncul kan! Nah, itulah! Tuliskanlah! Jadilah puisi
pendek-pendek yang sangat banyak. Perkara nanti mau disatukan dalam satu puisi
panjang seperti Pengakuan Pariyem ya tidak papa. Anda mengerti maksud saya kan?
Maksudnya seperti Linus sendiri dalam menulis Pengakuan Pariyem. Katakan dia
menulis puisi panjang ini selama tiga tahun. Tapi kan selama berproses dia juga
menulis puisi pendek-pendek yang nanti akan digabung-gabung atau disadur
menjadi versi akhir. Nah, puisi pendek-pendek harian ini (bisa puluhan biji)
mungkin tidak diterbitkan atau disimpan rapat-rapat. Nah, kalau kebijakan ini
memang terserah anda.
Naaaaa,,,,, menulis essay atau
puisi? Kenapa menulis puisi jadi lebih sulit dari pada menulis essay? Alasannya
itu tadi. Ide selalu datang padaku. Intuisi itu minta dituliskan dan lebih
senang ditampilkan dalam paparan narasi seperti ini. Jadi supaya saya bisa
terus menulis puisi caranya adalah dengan menyadur essay macam ini menjadi
beberapa bait puisi, dengan kata-kata yang lebih singkat namun padat berisi
alegori-alegori.
Baik. Saya akan berusaha.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar