Puisi 3 Oktober 2015
Andai
Nisan Bisa Omong
Wahai para mayat, sabarlah bila kau bertumpuk-tumpuk di bawah sana!
Nikmatilah kebersamaanmu!
Mereka telah kubisiki agar
penguburan di sini diselang-seling, jangan satu lahat dikuburkan lelaki saja
atau perempuan saja.
Sekarang kalian bertujuh.
Sudahlah, bersenang-senanglah!
Hukum percabulan tak berlaku lagi di sini!
Sudah tak ada lagi yang namanya zinah!
Ayo!! Rame-rame!! Keburu matahari terbit!
Hei Sugeng! Tua Bangka kau ini! Kamu suka gadis kecil kan dulu! Ayoh, ini
ada Camelia!
Hahahahha,,,, kali ini kau tak bisa kemana-mana! Tembakan Sugeng pasti
lebih nikmat. Tenang saja!
Jawab Camelia, “Iya
mbak Nisan.”
***
Hayo! Nah gitu dong. Gimana Camelia, lancar kan?
“Lancar mbak. Tadi
agak pedih tapi ini tinggal nikmatnya saja.”
Woi Jono,
Yanti, Prapti, Bambang, Paijo! Kalian ini memang Paijo semua! Ayo pesta!!! Biar
Paijo kuurus. Sekarang sana, Jono sama Prapti, Bambang sama Yanti ya!
Jawab
mereka serentak, “Oke mbak bos!”
Jo, Paijo. Orang kok cuma clingak-clinguk!
Ternyata dia memang tak punya kemaluan.
Oh iya, Paijo dulu mati dirajam Taliban karna suka
oral. Bagaimana tidak? Spermanya keluar dari mulut. Jadi, putih-putih yang
biasa ia ludahkan itu bukan ludah!
Mbak Nisan bisanya pasrah, “Terserahlah aku mau digimanain.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar