Kata
bijak hari ini: FAAL FAAL
Essay 12 November 2015
Konten yang sama bila diungkapkan
pada saat yang tidak tepat akan gagal dalam memenuhi maknanya. Makanya ada
tertulis: segalanya indah pada waktunya. Tuhan tak pernah terlambat atau
terlalu dini. Ia tahu waktu terbaik untuk melakukan sesuatu.
Kata lain:
-
Makna ditemukan dalam pengalaman yang terjadi
pada saat presisi.
-
Pengalaman pada saat yang tepat adalah bermakna.
Tidak ada cara lain.
Kata bijak ini dipicu oleh
permenungan saya atas beberapa fenomena baik secara verbal maupun non verbal
yang terjadi pada saat yang amat presisi. Fenomena itu berupa pengalaman baik
dialami sendiri maupun disaksikan dalam diri orang lain. Pernah suatu ketika
saat sedang melintas di jalan Gedongan-Seyegan saya melihat kakek-kakek yang
turun dari sepedanya lalu berdoa di pinggir sawah. Saya duga itu pasti sawah
miliknya atau setidaknya adalah sawah yang ia garap. Ia menaikkan doanya agar
Tuhan memberkati padi yang baru ditanam itu sehingga nanti bisa menghasilkan
panen berlimpah. Ingatan ini tidak akan pernah terhapus dari memori saya
kecuali kematian atau amnesia yang membuatku tak berkutik. Dalam bahasa
metodologi penelitian naratif, pengalaman ini sering disebut sebagai titik
balik kehidupan atau titik belok cerita narasi hidup seseorang. Bahasa khusus
untuk menyebut titik balik atau titik belok ini adalah epifani.
Saya juga pernah mendapat satu
pengalaman epifani melalui sebuah narasi cerita kisah nyata. Sang tokoh utama
waktu itu sedang dalam perjalanan ke sekolah. Ia agak buru-buru sehingga harus
sedikit berlari. Kakeknya yang mulai renta terus mengikutinya dari belakang
dengan sedikit tertatih. Sang tokoh utama sedianya hendak masuk kompleks
sekolah melalui celah di salah satu tembok sekolah. Celah itu ternyata sudah ditutup
dengan batu bata dan diplester sehingga tak mungkin lagi dilalui. Cara
satu-satunya untuk tidak terlambat tinggal melompat pagar. Memutari pagar untuk
masuk melalui gerbang pasti akan membuatnya terlambat. Ia berusaha untuk
melompat pagar namun pagar itu terlalu tinggi. Sang kakek yang ia panggil
Yangkakung itu ingin menolong. Setelah Yangkakung sampai di tembok dekat bekas
celah yang kini ingin dinaiki cucunya itu, ia menawarkan untuk mengangkat
cucunya agar bisa melompat pagar sehingga tidak terlambat. Sang cucu tidak mau
karena kakeknya sedang sakit dan lagipula sudah terlalu tua untuk mengangkatnya
yang kini sudah makin besar. Namun Yangkakung tetap mencoba. Ia mengangkat
cucunya sekali, dua kali, tiga kali namun tetap tidak terangkat. Akhirnya Yangkakung
mengakui bahwa tenaganya tak lagi cukup untuk menolong sang cucu melompat
tembok. Cucunya lalu mencium tangan Yangkakung lalu berlari ke arah gerbang
sekolah tanpa menoleh ke belakang lagi. Ia akan terlambat dan dicurigai oleh
gurunya karena air mata dan isak tangisnya yang tak terbendung selama pelajaran
hari itu.
Maaf, narasi saya jelek sekali.
Saya memang sengaja tidak mengedit narasi kisah itu. Anda yang ingin membaca
kisah lengkapnya yang lebih susastra silahkan mencari buku karya Ry Kusumaningtyas
yang berjudul Mereka Bilang...Aku Gila:
Perjuangan Hidup Pengidap Bipolar Disorder. Btw saya harus membaca buku itu
sambil sembunyi-sembunyi agar orang lain tidak tahu kalau air mataku mengalir
sampai kemerahan. Hahahahah. Opoh. Pokoknyai itu buku yang bagus, banyak titik
epifaninya yang bisa bermanfaat praktis dalam hidup pembaca budiman.
Selamat merasakan makna dalam
epifani kehidupan. Makna itu tak perlu dicari. Ia akan datang bila manusia
telah siap menerimanya. Inilah yang disebut faal, cara Tuhan berbicara melalui
pengalaman-pengalaman. Tidak semua pengalaman mengandung makna pun faal tak
perlu dicari dalam semua pengalaman. Kalau seakan ada banyak faal yang
membingungkan hadir bertubi-tubi bahkan berisi hal-hal yang kontradiktif,
hati-hati. Bisa jadi itu bukan faal sejati. Faal selalu membawa kedamaian yang
kalau tidak diikuti oleh gelak tawa pasti dibarengi isak tangis kebahagiaan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar