Kamis, 01 Oktober 2015

Asumsi Normalitas Data Statistik



Proisi 2 Oktober 2015
Asumsi Normalitas Data Statistik

Bayangkan saja gambar kurva normal data statistik itu!
Dari kecil membesar sampai titik puncak lalu mengecil lagi.
Polanya sangat simetris, seperti satu gelombang air tsunami.
Begitulah gambar kurva normal dalam ilmu statistika. Mari lihat gambar tersebut dengan kacamata filsafat. Pernahkah Anda membaca Aleph karya Paulo Coelho? Kalau Anda pernah membaca karya tersebut pasti sudah paham apa yang ingin saya sampaikan melalui proisi (prosa puisi) ini.
Semua fenomena di dunia pasti memenuhi asumsi normalitas data statistik. Katakanlah status ekonomi. Data kiri mencerminkan kalangan miskin sedangkan data kanan mencerminkan kalangan kaya. Pastilah mayoritas kalangan berada di tengah.
Fenomena sosial juga tidak luput dari asumsi normalitas data statistik. Makin ke kiri menggambarkan makin kurang terpelajarnya seseorang sedangkan makin ke kanan menggambarkan makin terpelajarnya seseorang. Mahagoblog dan orang mahacerdas pastilah dapat dihitung jari.
Bila teori atau sebenarnya hukum normalitas data statisti ini dapat diterima, maka orang tak perlu lagi takjub pada suatu kejadian. Semua kejadian apapun itu normal-normal saja. Semua kejadian adalah wajar untuk ada. Saya tidak menemukan alasan lagi untuk terkejut. Tak ada lagi yang amazing.

Bila tiba-tiba ada seorang datang lalu menembak leher saya, itu normal.
Bila kapitalis ingin direvolusi untuk menumbuhkan kapitalisme baru, itu normal.
Bila saya harus mati tertabrak kereta api, itu normal.
Bila korupsi terus jaya, itu normal.

Orang miskin akan selalu ada padamu, itu normal.
Penindasan sampah masyarakat dan penegakan HAM, itu normal.
Konspirasi politik ekonomi Timur Tengah, itu normal.

Anak pemulung kuliah di Hardvard, itu normal.
Dapat lotre sejuta dollar Amerika, itu normal.


Perang nuklir, itu normal. Lha wong sudah bikin bomnya, kalau tidak digunakan mubadzir, dosa kan!

Asumsi normalitas data statistik adalah hukum agung Mahakuasa
Aturan keseimbangan alam tersebut tak mengizinkan semua orang kaya raya
Tak mungkin semua orang jadi tenar dan dihormati
Sebagian harus mati ngeri tanpa materi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar