Proisi 2 Oktober 2015
Asumsi
Normalitas Data Statistik
Bayangkan saja gambar kurva normal data statistik itu!
Dari kecil membesar sampai titik puncak lalu mengecil lagi.
Polanya sangat simetris, seperti satu gelombang air tsunami.
Begitulah gambar kurva normal
dalam ilmu statistika. Mari lihat gambar tersebut dengan kacamata filsafat. Pernahkah
Anda membaca Aleph karya Paulo Coelho? Kalau Anda pernah membaca karya tersebut
pasti sudah paham apa yang ingin saya sampaikan melalui proisi (prosa puisi)
ini.
Semua fenomena di dunia pasti
memenuhi asumsi normalitas data statistik. Katakanlah status ekonomi. Data kiri
mencerminkan kalangan miskin sedangkan data kanan mencerminkan kalangan kaya. Pastilah
mayoritas kalangan berada di tengah.
Fenomena sosial juga tidak luput
dari asumsi normalitas data statistik. Makin ke kiri menggambarkan makin kurang
terpelajarnya seseorang sedangkan makin ke kanan menggambarkan makin
terpelajarnya seseorang. Mahagoblog dan orang mahacerdas pastilah dapat
dihitung jari.
Bila teori atau sebenarnya hukum
normalitas data statisti ini dapat diterima, maka orang tak perlu lagi takjub
pada suatu kejadian. Semua kejadian apapun itu normal-normal saja. Semua kejadian
adalah wajar untuk ada. Saya tidak menemukan alasan lagi untuk terkejut. Tak ada
lagi yang amazing.
Bila tiba-tiba ada seorang datang lalu menembak
leher saya, itu normal.
Bila kapitalis ingin direvolusi untuk menumbuhkan
kapitalisme baru, itu normal.
Bila saya harus mati tertabrak kereta api, itu
normal.
Bila korupsi terus jaya, itu normal.
Orang miskin akan selalu ada padamu, itu normal.
Penindasan sampah masyarakat dan penegakan HAM, itu
normal.
Konspirasi politik ekonomi Timur Tengah, itu
normal.
Anak pemulung kuliah di Hardvard, itu normal.
Dapat lotre sejuta dollar Amerika, itu normal.
Perang nuklir, itu normal. Lha wong sudah bikin
bomnya, kalau tidak digunakan mubadzir, dosa kan!
Asumsi normalitas data statistik adalah hukum agung
Mahakuasa
Aturan keseimbangan alam tersebut tak mengizinkan
semua orang kaya raya
Tak mungkin semua orang jadi tenar dan dihormati
Sebagian harus mati ngeri tanpa materi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar