Puisi 3 Oktober 2015
Kuda
Kesejahteraan Ekonomi
Ide kuda Troya hasil imajinasi Homer tak lain adalah
kritikannya atas kondisi otak masyarakat Troya yang kurang berpendidikan secara
akademis.
Homer pingin bilang bahwa manusia macam penduduk
Troya itu baiknya dibasmi saja.
Sampah masyarakat (seperti saya juga), pastasnya
dibuang ke TPA.
Aktivis HAM dilemma.
Berikut ini adalah beberapa lapisan struktur sampah
masyarakat:
Lapisan A= tak punya keahlian, punya kerja, tapi ga
punya uang.
Lapisan B= punya keahlian, tak punya kerja, ga punya
uang.
Lapisan C= punya keahlian, tapi pemalas, en ga punya
uang.
Lapisan D= tak punya keahlian, tak punya kerja, ga
punya duit.
Lapisan E= tak punya keahlian, males, ga punya duit.
Lapisan F= penyandang difabilitas, punya kerja, ga
punya duit.
Lapisan G= penyandang difabilitas, tak punya kerja,
ga punya duit.
Anda yang ingin
merevisi silahkan saja.
“Ya begitulah yang mereka kira. Itu kan perkiraan
mereka! Bukan saya!” Semua orang bilang gini.
Intinya adalah duit. Sampah masyarakat adalah mereka
yang tak punya wang.
Aktivis HAM dilemma.
Dari pada
koar-koar bela HAM dalam keterlambatan, mendingan kasih duit, beres.
Mengapa mereka sering terlambat? Karena sibuk
pelihara jenggot!
Sekarang tentang pembagian lapangan kerja. Singkat kata
kalau masih ada lapisan B, mengapa memaksa cari yang dari lapisan G? Tentu
mereka akan menjawab seperti penulis puisi kenamaan.
Aktivis HAM dipersilahkan untuk
makin dilemma.
Inilah hidup. Jenis hidup yang ingin dimusnahkan
Homer.
Konon, Homer sepanjang hidup selalu konsisten miskin.
Mungkin Homer ingin bunuh diri tapi ga berani sehingga memilih pelampiasan
dalam bentuk menulis dongeng.
Eh ya, dongengnya masih mengilham dalam bentuk
antropomorfisme Tuhan.
Halah, ini cuma masalah ekonomi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar